Wednesday, July 22, 2009


Oleh si Mamah, aku dari kecil ndak pernah diajar untuk mengeluh... pelajaran ini konsisten dicontohkan olehnya.

Seingatku, dari dulu sampai sekarang... Si Mamah ndak pernah mengeluarkan kata-kata bernada keluh keluar dari mulutnya.


Dulu, jaman kami masih kecil ... kami hidup dalam kondisi yang sungguh prihatin. Di mata kami (Aku dan Aan, adikku)... baru sadar sekarang, Si Mamah mengajarkan bahwa hidup itu harus kayak bajaj ... mau depan belakang, kiri kanan udah mentok ... bajaj selalu saja bisa belok! semua bisa disiasati ...


yang sedih bisa dibikin suka hati

yang kesal bisa dibuat jadi sesuatu yang tak membuat sesal

Yang sumpek bisa dibikin sesuatu yang ndak mbikin kepala jadi judeg

Si Mamah mengajarkan untuk selalu menertawakan kesempitan...


celetukan-celetukannya justru membangkitkan kami anak-anaknya untuk bermimpi dan yakin pada mimpi-mimpi itu bahwa suatu saat mimpi dijawab 100% komplit ndak dikurang-kurangi!


"Bapak lagi pergi jauh cari duit banyak buat kita... ambil buku ... tulis apa aja yang kamu mau beli dengan uang yang banyak itu!"


sedih jadi berganti kesenangan menuangkan rasa hati ...

sedih jadi empat lembar daftar mimpi ...


"Tuhan lagi becanda sama kita ... kita punya rumah kok malah ngontrak ya heheheh ... biar ngerasain jadi juragan kontrakan kayaknya!"


"Mending makan begini aja ya .. diawet-awet uangnya.. mbesok sabtu minggu jalan-jalan"

kami memahami nilai uang, hidup cermat dan prihatin dengan cara-cara yang ajaib

Kalau kami mengeluarkan kalimat mengeluh ...

Si Mamah bakal segalak kingkong ngamuk!


dari situ bermula .. sekarang sering kali muncul celetukan dari kawan seperti begini:


"Ya ampun cinnn .. kerjaan buanyak kok lo masih ketawa-tawa aja sih bo' .... plis deh!"


"Bo' .. lo sedih beneran nggak sih? kok gue nggak yakin ya?!"

"Gue nggak percaya deh ... serius lo bo'? terus gimana? ... aaaah ....lo ngomongnya sambil cengengesan ketawa-ketawa gitu sih!"


efek sampingnya dari cara spartan si Mamah dulu adalah... sekarang, aku sulit total kalo curhat yang sedih-sedih... cuma seiprit-seiprit ... ndak tuntas hahahahahah!

selalu saja ada yang tertinggal .. satu atau dua kalau lagi curhat yang sedih-sedih hahahahah ...


errrrr dipikir-pikir, itu sebenarnya bukan efek samping yang negatif malah ya ... justru bagus malah .. orang lain jadi nggak nanggung terlalu banyak ... beban hidup mereka kan juga udah berat heheheheh

Tapi dulu, beberapa kali sih kami memergoki Si Mamah menangis diam-diam ... biasanya di dapur ... malam-malam saat dianggapnya kami sudah tidur.


Kami sih pura-pura ndak tau aja ... justru melawak lebih sering ... biar rame


yang rame-rame biasanya ces pleng .. mujarab ngusir sedih!


dan itu kebawa sampai sekarang ...
kalau aku banyak ngelucu yang ndak penting terlalu sering ... sebenarnya indikasi utama kalau sebenarnya lagi banyak beban hidup hahahahahah

duh duh duh ... yo opo tho aku iki ... ngalor ngidul nulis ndak penting!


well well well ... sebenarnya ini caraku sendiri buat mengingatkan hal-hal esensial dalam hidup yang pernah diajarkan si Mamah
termasuk diantaranya ndak boleh terlalu gampang mengeluh ..

Agus...
ayo semangat!!!!


Thursday, July 16, 2009

Ketika Aku Kagum Padamu



Setiap kita berjalan bersisian, aku selalu rindu rasa nyaman yang tertular dari setiap pori-pori kulitmu

dengan cara yang sederhana, kau membuatku merasa yakin bahwa semuanya baik-baik saja

Setiap kita berjalan bersisian, aku selalu rindu bagaimana kau menabrakkan banyak inspirasi tentang menjalani hidup yang lebih baik

dengan cara yang sederhana, kau membuatku merasa yakin bahwa visi hidupku sudah berjalan pada jalur yang sesuai

setiap kita berjalan bersisian, kau memperkaya dunia ku dengan banyak hal yang tidak pernah terpikir sebelumnya

dengan cara yang sederhana, bingkai hidupku kau isi banyak warna

dan... saat itulah ... aku demikian kagum padamu ....



Monday, July 13, 2009

Perjalanan Arya (Part 6)


Give Me S.E.X

Tidak ada yang mengalahkan nuansa hati yang bernyanyi ...
Pada satu saat, saya pernah menyaksikan bagaimana matahari bersembunyi malu karena bara panasnya mengaku kalah telak pada nuansa hati yang bernyanyi ..

Itu yang terjadi saat ini, di dalam sebuah kedai kopi ....

dua hati sedang berdansa ....


"Kamu lihat bulatan merah matahari senja itu Raka?"


"Ada apa Arya?"


"Mau rasanya kusiram ia supaya padam dan waktu berhenti karena bola merah itu menghentikan isyaratnya untuk sang waktu bergulir"

-- tiba-tiba bibirku ditutup rindu--

saya membiarkan bibirnya meloloskan tulang ...
meluruhkan setiap sendi


aku membiarkan sensasi hangat menyelusup, menebarkan rasa yang membuat setiap pori mengembang sempurna untuk dengan rakus menikmati setiap detik tebaran rasa ....


sentuhan kulitnya menerbitkan rasa enggan untuk membiarkan ia beranjak satu mili pun ...


kubiarkan raga mengusir setiap helai kain yang menempel di kulit


aku ingin setiap pori bernyanyi seperti katak yang menandak menarikan tarian pemanggil hujan ...

tubuhnya hangat seperti bara api ...
setiap pagutannya memantikkan pendar sang surya si empunya cahaya


wahai pemberi hangat ...
aku ingin kau masuki setiap relung-relungnya ...


perkosa aku!


tetesan keringatmu ...

cengkraman tanganmu di bahuku ...

gigitanku di bahumu ...

begitu kau masuk ...

saya tahu ...

detik itu pula ...

saya merindumu ...

(bersambung)

Klik: Perjalanan Arya (Part 5)


Perjalanan Arya (Part 5)


Raka dan Hati Bernyanyi

ia kembali ...
lihatkah kemari ...
biar kutubruk dirimu dengan senyum...


(bersambung)

Klik : Perjalanan Arya (Part 4)


Perjalanan Arya (Part 4)


The Other Side of Raka


Lama aku memandang jendela
Suara ketukan air kala hujan selalu menenangkan.
Tapi tidak kali ini.

Hujan gerimis sekarang, membawa rasa yang berbeda

Ia selalu datang saat hujan tiba ...

Ketika pintu terbuka,
wajahnya seperti kanvas yang membiarkan cipratan rinai hujan berdansa dengan pendar cahaya...

hatiku dibuka tepat saat ia membuka pintu ...
tak perlu diketuk ...
masuk saja ....
karena engkau lah pemiliknya ...

(bersambung)

Klik: Perjalanan Arya (Part 3)

Saturday, July 11, 2009

Perjalanan Arya (Part 3)



Ini kali ketiga pintu kedai dibuka dengan segenap hati ...


Raka, asal kau tahu saja
nurani, rasa dan hati sudah menyelinap pergi, jauh sebelum gagang pintu kedai kusentuh...

mereka berlarian tak sabar menunggu ...
sayang ragaku memiliki batasnya ... jadi kubiarkan saja mereka berlarian

mereka rindu nampaknya dengan sang senyum.


benar saja,

"Arya, tunggu sebentar...." Raka berjalan ke pojok ruang ... hahahaha cerdas! sudut tempatku mendudukkan hati di berinya label "reserved" ...

"Aku tahu hari ini kau akan kemari", katanya

Raka, hari ini .. esok nanti... janji ...

"Aku selalu rindu tempat ini ...." kataku , walaupun ... sebenarnya aku ingin sekali berteriak,"tempat ini membuatku selalu merindumu!"

"Aku juga selalu benci ketika sudut ruang itu tak berpenghuni ...." matanya berbicara semantap senyumnya ....

"Jadi................... saya selalu ditunggu?"

"Pasti ........."
--gravitasi kemudian beranjak pergi--

"Cangkir ini resmi jadi sekutumu ...", katanya

"Hahahahah .... kasihan dia ... kalau dia bisa bicara, pasti dia akan menjerit protes sebab kupingnya lecet karena terlalu sering kumainkan"

"Cangkir ini selalu rindu sekutunya Arya..."

Kemudian mata kami bertabrakan ...

"Saya akan tunggu kamu selesai bekerja hari ini Raka...."

"Saya akan meminta kamu menunggu kalau begitu ..."

dan hari ini....

detik berkhianat....

menit berkhianat....

waktu berkhianat...

waktu seperti merambat

waktu melambat

aku minta kamu cepat ...
tapi waktu memilih berkhianat ... merambat ... melambat ...

--tapi kemudian sang waktu dikalahkan niat--

"Selesai, dan kamu adalah tamu paling akhir yang pulang..."

"Kita akan kemana kah Raka?"

"Gandeng tangan saya!"


"Baiklah...."


"Kita akan membiarkan tautan dua tangan ini yang menentukan... bagaimana?"

"Baiklah ..."

.........................

"Raka, tautan tangan aku dan kamu bergeming pun tidak ... apakah kita akan terus berdiri saja macam begini sampai pagi nanti?"


"Hahahahah ...... tunggu sebentar"

-- cakram musik memainkan fungsinya--


"Pegang tanganku", sang senyum berkata

"Ok ... "

"Sebelum tautan tangan kita memutuskan sikapnya .... kita harus berdansa"

"Hahaha ... saya belum pernah berdansa seumur-umur Raka"


"Saya mengajak hatimu berdansa"

And you can tell everybody this is your song
It may be quite simple but now that it's done
I hope you don't mind
I hope you don't mind that I put down in words
How wonderful life is while you're in the world


"Kenapa Raka?"

"Kenapa apanya?"

"Begini?"

"Begini bagaimana?"


"Kamu tahu ... "


"Iya Arya ... aku tahu .......... begitu detik tergelincir ketika pintu itu terbuka olehmu ...... saya tahu ............ bahwa sang hujan telah mengantarkanmu cuma untukku"


Sekarang, saya berharap bahwa saya punya daya untuk mengalahkan waktu ...
saya berharap bahwa saya bisa membunuh sang waktu ... Wahai detik, membeku lah!

"Bisakah begitu rasanya Raka"

"Bisa ..."

"Bolehkah saya membiarkan ini?"


"Tentu, hatimu sudah memutuskan jawabannya bukan?"


"Betul ... begitu aku ditabrakan kuasa senyummu ... hatiku sudah menentukan tujuannya"

"Maka dari itu, kita sekarang berdansa"


So excuse me forgetting but these things I do
You see I've forgotten if they're green or they're blue
Anyway the thing is what I really mean
Yours are the sweetest eyes I've ever seen

And you can tell everybody this is your song
It may be quite simple but now that it's done
I hope you don't mind
I hope you don't mind that I put down in words
How wonderful life is while you're in the world


(bersambung)


Klik : Perjalanan Arya (Part 2)

Thursday, July 09, 2009

Perjalanan Arya (Part 2)



Cangkir Putih dan Hujan



ada pertalian antara saya dan hujan ...

hujan selalu memberikan ruang tenang buat saya ...

dan aku yakin, banyak yang sama denganku tentang hal ini


aku selalu berharap ketika hujan mengguyur, terjebaklah aku di kemacetan ...

biar nikmat kurasa rinai hujan menempias kaca mobil ...
atau kubiarkan saja rinai hujan tak berbatas apapun mengenai wajah ...

tapi nampaknya,
sekarang rinai hujan bersahabat dengan cangkir putih ...

kembali... kali kedua aku ada disini ...


kemanakah sang senyum yang selalu menghangatkan sang rinai hujan ...


uap kopi di cangkir ini masih membawa tenang ...


namun rasanya sunyi tanpa sang senyum ....


kubayangkan dia sedang berlari kesini ...
sambil membawa sekarung senyum....

kurasa rinai hujan tak akan jahat hati membius tubuhnya dengan rasa dingin ...

kurasa, sang hujan akan mengajaknya berdansa ...

cepatlah datang sang senyum ...


uap kopi... suara rintik hujan ... seperti tak bernyawa ...


pintu terbuka ...

sang senyum tiba ....

"Evita ..... sorry telat ... maaf sekali"

disampirkannya tas punggung ... apakah yang kau bawa didalamnya? senyum kah ? boleh kah kubuka ?

kulihat jendela dan bulir-bulir hujan tersenyum padaku ...
bulir hujan kembali bernyawa dengan kehadirannya

sudah, jangan hiraukan aku ... akan kunikmati sekerat demi sekerat kejaiban di depan mata...

dan kemudian kami bertumbukan ....


"Hi ..." sapanya padaku ...


Aduh, tolong .. jangan kau buka lagi mulutmu melontarkan bebunyian kata-kata ... aku terlalu lemah

"Kue kenari hari ini nggak ada ... tapi ada Kue kurma special buatanku yang sudah terbuat dan ada di dalam kulkas di dapur... Kue kurma dan Teh Melati segera buatmu ya"

"Kehujanan kah ?" tanyaku

"cuma ujung celana saja", jawabnya

"jauhkah?"

"Apanya yang jauh?", suaranya terdengar selalu jenaka...

suaranya membuatku kemekmek tak bisa bergeming ...
kemanakah logika yang sudah terasah sedemikian lama karena bangku sekolah ... aku seperti lelaki paling idiot sedunia ...

"Oh maksudku .. rumahmu dari sini Raka"


"Ohhh aku tinggal di belakang kedai kopi ini.. saya tinggal ke belakang ya mas ... kue kurma menunggu buatmu"

saya juga menunggu senyummu datang kembali Raka ...

..................................................................................

"Kenapa kalau mas datang selalu datang hujan?"

"Raka, ini bulan dengan akhiran -ber .... memang seharusnya datang hujan bukan?"

"Tapi kenapa kalau mas datang... rintik hujannya sedemikian halus.... seperti benang-benang jatuh"

"Kamu puitis juga ya ... "

"Aku terlalu banyak dicekoki drama radio waktu kecil", pandangannya menerawang ke arah gerimis datang

"Oya ... ?"

"Iya Mas Arya ... aku ingat jaman kecil sering banget ndongkrok di depan radio dengerin sandiwara radio .... dan berimajinasi sesudahnya"

"Aku juga..."


"Kamu juga Mas?"

"Iya ..."


"Wah ... kamu tau rasanya kan?"


"Tahu sekali..."


"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" sang senyum bertanya ...

"Aku juga berpikir tadi rinai hujan seperti benang halus ....", jawabku


"Hahahah begitu kah?"

"Begitu nampaknya"

senyumnya makin lebar ... matanya makin berbinar ...

Aaaah .. jika ia adalah bagian kertas majalah ... ingin rasanya kugunting senyum itu ... dan kubawa pergi

"Aneh .. cangkir ini pun cangkir yang sama waktu kemarin kesini mas Arya"

Raka, mungkin cangkir ini setuju menjadi sekutu ku .. sama seperti rinai hujan ...

"Ada yang melambai memanggilmu Raka..."

"Oh iya ... aku nanti kembali kesini ya mas .. tunggu"

Janji itu pun aku gunting ... aku mau genggam ...


"Saya tunggu ...."


--tapi sekali lagi, tinggalkan senyummu--


(Bersambung)

Klik: Perjalanan Arya (Part 1)

Wednesday, July 08, 2009

Perjalanan Arya (Part 1)



Aaaah bertemu lagi kita...


gimana?

sudah menemukan sudut favoritmu di kedai kopi ini ?

ohohohoho .. no no no .. you can not take that corner dear ..

ujung ini sudah jadi milikku ...


Psst ... seperti janjiku ... aku akan bercerita tentang RAKA ...


duduk manis .. sambil menyesap kopi pahitmu ...

dengarkan aku ....


kubawa engkau pada satu masa satu waktu ....

...............................................................................

Pada satu waktu ketika air hujan bersuka ria menari ....

tak tuk tak tuk .... sepatu kulitku sudah lembab beranjak basah menghantam genangan air tak dapat kuhindarkan ujung celana terkena tempias hujan ...

ah, pintu kedai kopi itu tinggal beberapa langkah lagi ...


hap hap hap langkahku berderap ...


bunyi deritan pintu saat kubuka seperti teriakan suka cita karena rasa dingin cepat akan terganti ...

kulihat di sofa tengah ruang, terisi orang ...

ujung sebelah kiri, terisi orang ...

aduh, jangan sampai tak menyisakanku satu kursi saat ini ...


dingin rembesan hujan di kaki dan kemeja kerjaku mulai menyerang ...


aku sudah berlari dan rasanya berhak untuk secangkir kopi mengabaikan bahwa aku tak pernah menyukai rasa air kopi ...


aha ... di ujung kanan kursi kosong menanti ...


"Hujan memang tak mengenal belas kasih ..." ada suara kudengar ....

"hmppph ... saya benci hujan ..."

Suara itu kemudian berkata kembali,
"Saya buatkan kopi panas dengan kudapan kue kenari ya Pak ... dijamin, hati dingin jadi hangat!"

Kemudian aku bertubrukan dengan sebentuk senyum

betul, terasa hangat ...


senyum yang kulihat baru saja ini sukses membetot rasa dingin tinggalan hujan yang menempel di tubuh dan ujung celana ...

ada apa dengan senyumnya ...

"Saya kan belum memesan..........................."


Senyumnya kemudian berbicara, "Bapak harus pesan kue kenari kami hari ini ... kalau menyesal, saya tidak akan meninggalkan nota tagihan untuk minuman dan kudapan yang Bapak dapat hari ini .... "


wahai makhluk indah yang sedang berbicara padaku .... kau tak meninggalkan aku logika untuk membantah semua kata yang keluar dari sebuah senyum ....


"Baiklah ... saya pesan itu...apa pun itu yang tadi kau bilang..."


Sang pemiliki senyumnya kemudian berbicara,"lima menit ditunggu ...."

ahh ...
lima menit yang akan menjadi lima menit terlama dalam hidup ... bawa kembali cepat senyum itu .... aku tak butuh lima menit ... ketika sang detik mulai terpeleset ... ketika itu pula saya membutuhkan senyummu ...

....................................................

"Ini kue kenari ... ini kopi panasnya Pak... nama saya Raka ... kalau ada yang kurang Bapak bisa panggil saya"

RAKA ....

maaf ... senyumnya lagi-lagi menumpulkan logika ...

bukan, bukan menumpulkan ...

membuat lumpuh nampaknya ...

bahkan memori saya pun enggan berpisah dengannya ...

sial, aku dilumpuhkan cuma dalam waktu lima menit saja begitu pintu kedai kopi ini kubuka ....................

tak lama berselang, sang pemilik senyum menghampiri, "Sudah hilang hangatnya kopi di cangkir dan Bapak seperti masih enggan untuk meminumnya...."

jiwaku melonjak ...


"Jantung saya berdebar kalau minum kopi", jawabku

dan senyummu lebih dahsyat dampaknya dari kopi ini...

"Waaah maaf Pak ... saya ganti dengan teh poci panas ya", jawabnya

"Oh ... jangan ... tidak usah, ini ... saya minum kok" air kopi itu berpindah tempat dari cangkir ke kerongkongan ...

kalau itu membuatmu tak beranjak .. aku rela menahan debar jantung semalaman nanti ...


"Sudah .. nih .. sudah habis... lihat.. kopi sudah tandas!", kubalas dengan senyum ekstra manis

"Ahahahahah Pak ... minum kopi kok kayak minum air putih ... dinikmati dong Pak", matanya juga berbicara jenaka

"Saya berjanji akan belajar menikmati kopi dengan satu syarat"

"Apakah itu ?"

"Jangan panggil saya Pak .... saya punya nama ... dan nama saya Arya"

"Baik Pak Arya...."
senyumnya yang jenaka kembali membetot semua sendi ....

"Raka .. seperti saya belajar menikmati kopi ... tolong, belajar juga untuk memanggil saya dengan nama saja .. Arya"

"Baik ... Arya ....................................."


"Raka ... sepertinya yang disana memanggilmu"


"Oh, tunggu sebentar ya ...."


pergilah ...............

tapi tinggalkan senyummu disini ............
............................................

begitulah kawan,
bagaimana saya mengenalnya ...

RAKA ...........

R-A-K-A ...............


nanti kau akan temui begitu banyak campur tangan air hujan ... senja ... cangkir kopi ketika saya membawamu lebih jauh dalam perjalanan ini ..............

(bersambung)

Klik: Mencuri Sunyi ... (Prolog Perjalanan Arya)


Tuesday, July 07, 2009

Mencuri Sunyi .... (Prolog Perjalanan Arya)

Tak pernah terpikir kalau saya bisa sedikit mencuri sedikit damai disini ...

Asyik saya bermain dengan cangkir mungil di depanku sekarang ...

Kupegang dan kuputar searah jarum jam tanpa sadar ...

menikmati sekali uap air panas bercampur kopi arabica naik ke udara dan singgah di dua lubang hidung saya meruapkan aroma yang menenangkan ...

saya tak pernah suka rasa kopi ...

tapi saya suka aromanya ...

tak ada yang salah dengan itu bukan?

sesedih yang terbilang ...

saya selalu merasa bersalah ketika kedamaian sedikit terusik, ketika si air bercampur bubuk kopi itu sudah kelelahan meruapkan aromanya ke udara ...

lebih bersalah lagi ketika saya harus memanggil sang pelayan untuk cangkir kedua .. kesempatan kedua menikmati nikmatnya ...

sungguh aneh bagaimana rasa damai itu terbawa ...

baiklah,

ujung dari kedai kopi ini akan saya klaim sebagai lahan pribadi. Mungkin, kalau sang pemiliknya mengijinkan... bolehlah ku sewa saja ujung ruangan ini dan tak membolehkannya terduduki dengan yang lain kecuali saya semata.

sayangnya tak boleh ...

boleh percaya, tidak pun boleh... pernah kuminta hal sedemikian. Cuma dibalas senyum. Kampret, bukan senyuman yang kuperlu...

Aaaaah... lupa saya mengenalkan diri nampaknya padamu ...

panggil saya Arya ... Arya Wardhana.

maaf, saya lupa mengambilkan kursi untukmu...

tunggu sebentar ...

................................................

Ok, sampai dimana kita tadi ...

ya ya ya ... tiap orang punya secuil apapun yang bisa dilabeli mediumnya untuk mencuri sedikit rasa tenang ...

saya ?

well, kamu sedang melihat secuil itu disini heheheh ...

duduk manis dulu di sebelahku ...

apa? kedamaian buatmu? aduh, maaf kawan... kedamaian saya disini cuma dilambari aroma uap kopi dan musik lamat-lamat di ujung pengeras suara di sana yang kadang-kadang mengeluarkan bunyi-bunyian yang tak bisa kupahami maknanya.

Psssst ... sebenarnya aku punya rahasia kecil ... sedikit disana .. sedikit disini ...

dekatkan telingamu!

baik, di ujung berseberangan percis dengan kita duduk ... aku sering melihat pertengkaran kecil suami istri yang belakangan ini kutahu nama si perempuan adalah Karmila ... si lelaki bernama Fajar ...

Karmila pernah protes katanya Fajar tak suka lagi dengan bentuk tubuhnya .. ahahahaha rajukan khas perempuan ... apakah terjemahan kata jujur untuk mereka, para perempuan ya? seringkali kulihat Fajar kelimpungan mencari jawaban yang memuaskan istrinya ... apakah jujur itu menurut mereka , para perempuan? mungkin Fajar perlu lebih peka rasa ... tiap perempuan kupikir hanya perlu rasa kenyamanan bahwa dirinya sepenuhnya dicinta ... ketika rasa itu sudah mereka dapat ... aku rasa ya, mereka tak akan peduli apakah yang keluar dari lelaki itu bohong atau sungguhan .. sungguh!

Aku salah?

kalau aku salah ... ya biarkan saja ... biarkan saja saya ada di bagian lain dari sisi koin .. dan kamu ada dibagian berseberangan

Fajar dan Karmila ... mengabaikan mereka sering bertengkar kecil disini... tapi sebenarnya mereka sama denganku... mereka berusaha mencari secuil lahan damai disini ... dimana mereka bisa secara tenang melakukan bicara antar dua hati ... siapa berbohong pada siapa .. siapa berbohong apa ... nggak masalah kayaknya buat mereka ... kalau hati plong, sedikit bohong bisa dianggap kosong-kosong hahahahah

Kalau nanti siang sempat, kembali ke sini bersamaku ... berani taruhan, di kursi sofa tengah ruangan kedai kopi ini kau temui lelaki bernama Lucky... ini kutau setelah kucuri dengar si peracik kopi menyapanya, "Selamat siang Mas Lucky ... kopi susu, susunya tanpa lemak kan?" ...

perhatikan seksama ketika Ia memulai ritual menikmati secangkir kopinya ... hemmm, kujamin kau akan dengan rela mengendurkan otot-otot di sekitar rahang dan mulutmu ternganga penuh nafsu melihat jakunnya turun naik memompa air kopi susu dari mulut turun ke kerongkongannya ... tak pernah saya lihat ada lelaki yang menaik turun kan jakunnya sedemikian seksi dan menggoda ... hahahahah kau semakin memandangku dengan aneh pastinya ... bagaimana kuterjemahkan kata seksi dengan aktifitas satu organ manusia yang kalau bahasa jawanya, aku kasih tau, namanya kolomenjing itu beraksi ... cihuy cuuuy!

Nanti aku akan bercerita bagaimana satu orang lelaki di ruangan ini berhasil membuat saya terkunci tak beranjak pergi dari kursi ini ... dan merasa bahwa sang penguasa waktu juga dengan rela mengunci detik sampai ia tak mampu bergeming ...

RAKA ..............

R-A-K-A namanya .........

nanti,

ku kan bercerita banyak tentangnya .........

uap kopimu tak bersisa ....

saatnya kau pesan satu cangkir kopi lagi ....

mari ..........


Friday, July 03, 2009

Soal Hil Yang Mustahal


Poro kadang lan saderek

Kocap kacarito ...

Di dunia bernama "Kacung kampreto kok yoo rekosooo" kami sering sekali harus bekerja dengan para dewa dunia atas angin bernama "el kliente brengseke" ...

Semoga diberkati kekuatan lebih buat para "kacung kampreto" ketika ketiban tanggung jawab harus angon atau ngayomi semua keinginan dewa bernama "el kliente brengseke" ini ...

Tapi dunia memang sudah bubrah ... sudah terbalik-balik ...

Dewa "El kliente brengseke" kadang menganggap bahwa kami-kami ini para kampreto, tukang sulap yang bisa memunculkan keajaiban seenaknya ...

lhaaa wong tukang sulap saja punya keterbatasannya ...

lhaa wong tukang sulap saja punya buku panduan "Bagaimana Menjadi Tukang Sulap Dalam 15 Menit"

Tapi Kacung Kampreto dihadapkan pada situasi dimana kadang justru menggelikan sesudahnya .. walau pun ketika kejadian berlangsung, sungguh membuat hati Kampreto mangkel bukan kepalang!

Cerita berikut disarikan dari berbagai keluh kesah para Kacung Kampreto saat mereka punya waktu ngumpul-ngumpul dan bertukar cerita bagaimana kami disuruh untuk mengerjakan HIL YANG MUSTAHAL!!!!


Cerita Kacung Kampreto bernama Yu Yem Parjiyem Koyo Peyeum
Yu Yem di utus untuk mengurus sebuah perhelatan sungguh akbar di Bali dengan segala detil yang alaihim printilannya buanyak ...

GONG-nya adalah ...

Yu Yem mesti mengerjakan semuanya sendirian

tim combo hemat .. dengan personil minim

jadi, Yu Yem harus berbesar hati untuk bermutasi menjadi manusia bertangan delapan sodara sodara yang terkasih!!!

lupakan jalan-jalan di pinggir pantai

lupakan belanja di Seminyak

lupakan nasi campur di Warung Made

Yu Yem sukses kusut masai raut mukanya selama di Bali!

Menahan beban hati yang rasanya berteriak, "Suamiiii kuuuuuu aku nggak mauuuu bekerja lagiiii aaaaaahhh!!!!" ... Yu Yem akhirnya berhasil tuntas tugas ...

Di hari perhelatan ... semuanya sudah diatur dengan rapih ...

tapi teteup... muka Yu Yem sih berantakan .. seperti hatinya juga.

Perhelatan mengambil tempat di sebuah pinggir pantai

Angin berhembus selayaknya sebuah tempat di pinggir pantai ...

Tapi ....

El Kliente Brengseke menghampiri Yu Yem dengan wajah panik dan berkata, "YU YEEEMM ... ADUUUH ANGINNYA KOK KENCENG BANGEEET SIHHH!!! ... TAMU-TAMU RAMBUTNYA BERANTAKAN!!!! ADUH GIMANA INI ... KENCENG LHO INI ANGINNYA .. PIYEEEE IKIIII!!!!"

Yu Yem menatap dewa El Kliente dengan tatapan nanar dan berteriak dalam hati, "MAKSUUUUDDDD LOOOOOO GUE JUGA HARUS BISA MENGENDALIKAN ALAM ????????? LO PIKIR GUE AANG THE AVATAR PENGENDALI ANGIN!!!! SETAAAAN!!!!"

Sepulang dari Bali, Yu Yem needs to go to the mental institution ....

...........................................................................................................

Cerita Kacung Kampreto bernama Gatot Pating Pecotot
Gatot Pating Pecotot di dapuk untuk mengurus perhelatan pelepasan sebuah kejuaraan bola sepak oleh El Kliente

El Kliente bersabda, "Pokoknya ya nak Gatoot ... aku pengin kalau nanti aku selesai ngomong dan potong pita .... ada dilepas BURUNG MERPATI! ndak cuma satu lho tentunya ... mesthi buanyaaak burungnya supaya terlihat akbar!"

Gatot Pating Pecotot tertunduk khidmat mencatat titah sambil berkata dalam hati, "Halaaaaahhhh ... hareeee giniii masih mau lepas burung merpati ... kayak Olimpiade tahun 80-an saja ..."

Gatot Pating Pecotot menyarankan alternatif yang lebih penuh kekinian dibanding lepas burung ...

tapi, El Kliente ngotot, "Wahai Pating Pecotot ... pokoknya aku mau BURUNG MERPATI! titik! ndak ada koma!"

baiklah ...

pada saat perhelatan

El Kliente berpidato

El Kliente sumringah penuh senyum

El Kliente potong pita

Burung Merpati pesanan dilepas dari kandang ....

tapi ....................................................

sang merpati mogok terbang

sang merpati kepanasan

sang merpati stress berdesakan dalam kandang

alih-alih terbang ... sang merpati memilih jalan-jalan di depan muka El Kliente

ratusan burung merpati ada di depan El Kliente ....TIDAK TERBANG TENTUNYA!

Muka Gatot Pating Pecotot pucat pias!!!!

El Kliente, "KOOOOKKKK NGGGGAAAAK TERBAAAANG?!!!!"

setelah perhelatan itu, Gatot Pating Pecotot terpikir untuk pindah pekerjaan menjadi psikolog khusus merpati yang menderita tekanan batin

................................................................

Wahai para Kacung Kampreto ... jangan bilang kalian ndak pernah ada dalam situasi kejadian macam begini!!!!

pernah kaaaaan????