Saturday, July 11, 2009

Perjalanan Arya (Part 3)



Ini kali ketiga pintu kedai dibuka dengan segenap hati ...


Raka, asal kau tahu saja
nurani, rasa dan hati sudah menyelinap pergi, jauh sebelum gagang pintu kedai kusentuh...

mereka berlarian tak sabar menunggu ...
sayang ragaku memiliki batasnya ... jadi kubiarkan saja mereka berlarian

mereka rindu nampaknya dengan sang senyum.


benar saja,

"Arya, tunggu sebentar...." Raka berjalan ke pojok ruang ... hahahaha cerdas! sudut tempatku mendudukkan hati di berinya label "reserved" ...

"Aku tahu hari ini kau akan kemari", katanya

Raka, hari ini .. esok nanti... janji ...

"Aku selalu rindu tempat ini ...." kataku , walaupun ... sebenarnya aku ingin sekali berteriak,"tempat ini membuatku selalu merindumu!"

"Aku juga selalu benci ketika sudut ruang itu tak berpenghuni ...." matanya berbicara semantap senyumnya ....

"Jadi................... saya selalu ditunggu?"

"Pasti ........."
--gravitasi kemudian beranjak pergi--

"Cangkir ini resmi jadi sekutumu ...", katanya

"Hahahahah .... kasihan dia ... kalau dia bisa bicara, pasti dia akan menjerit protes sebab kupingnya lecet karena terlalu sering kumainkan"

"Cangkir ini selalu rindu sekutunya Arya..."

Kemudian mata kami bertabrakan ...

"Saya akan tunggu kamu selesai bekerja hari ini Raka...."

"Saya akan meminta kamu menunggu kalau begitu ..."

dan hari ini....

detik berkhianat....

menit berkhianat....

waktu berkhianat...

waktu seperti merambat

waktu melambat

aku minta kamu cepat ...
tapi waktu memilih berkhianat ... merambat ... melambat ...

--tapi kemudian sang waktu dikalahkan niat--

"Selesai, dan kamu adalah tamu paling akhir yang pulang..."

"Kita akan kemana kah Raka?"

"Gandeng tangan saya!"


"Baiklah...."


"Kita akan membiarkan tautan dua tangan ini yang menentukan... bagaimana?"

"Baiklah ..."

.........................

"Raka, tautan tangan aku dan kamu bergeming pun tidak ... apakah kita akan terus berdiri saja macam begini sampai pagi nanti?"


"Hahahahah ...... tunggu sebentar"

-- cakram musik memainkan fungsinya--


"Pegang tanganku", sang senyum berkata

"Ok ... "

"Sebelum tautan tangan kita memutuskan sikapnya .... kita harus berdansa"

"Hahaha ... saya belum pernah berdansa seumur-umur Raka"


"Saya mengajak hatimu berdansa"

And you can tell everybody this is your song
It may be quite simple but now that it's done
I hope you don't mind
I hope you don't mind that I put down in words
How wonderful life is while you're in the world


"Kenapa Raka?"

"Kenapa apanya?"

"Begini?"

"Begini bagaimana?"


"Kamu tahu ... "


"Iya Arya ... aku tahu .......... begitu detik tergelincir ketika pintu itu terbuka olehmu ...... saya tahu ............ bahwa sang hujan telah mengantarkanmu cuma untukku"


Sekarang, saya berharap bahwa saya punya daya untuk mengalahkan waktu ...
saya berharap bahwa saya bisa membunuh sang waktu ... Wahai detik, membeku lah!

"Bisakah begitu rasanya Raka"

"Bisa ..."

"Bolehkah saya membiarkan ini?"


"Tentu, hatimu sudah memutuskan jawabannya bukan?"


"Betul ... begitu aku ditabrakan kuasa senyummu ... hatiku sudah menentukan tujuannya"

"Maka dari itu, kita sekarang berdansa"


So excuse me forgetting but these things I do
You see I've forgotten if they're green or they're blue
Anyway the thing is what I really mean
Yours are the sweetest eyes I've ever seen

And you can tell everybody this is your song
It may be quite simple but now that it's done
I hope you don't mind
I hope you don't mind that I put down in words
How wonderful life is while you're in the world


(bersambung)


Klik : Perjalanan Arya (Part 2)

No comments: