Sunday, September 12, 2010
Sahabat (Mudik 2010, Part II)
Semarang.
Setiap sudut kota ini seperti laci kecil tempat saya menitipkan kenangan.
Kenangan, itu akan selalu manis.
Meski saat dibuatnya, kadang harus dibayar sedih.
Selain menghabiskan waktu di rumah.
Menggendutkan diri dengan segala makanan enak yang tak bersahabat dengan bentuk tubuh.
Saya sungguh mencinta saat-saat ngopi duduk bicara dengan karib lama.
Phillip namanya.
Tak terasa, 11 tahun sudah kami bersahabat.
Pasang surut pertemanan selalu ada.
Ya dimaklumi saja. Kami ini kan dua entitas bernyawa yang punya jalannya sendiri.
Dengan Phillip, pembicaraan kilas balik, terutama jaman Saya berjibaku merintis karir selalu terselip.
Saya lupa detil perkenalannya gimana.
Kalau tidak salah ingat, perkenalan kami di mulai di sebuah kafe, yang pada masanya, tersohor.
Java Kafe.
Masih ingat, tiket masuknya cuma 20 ribu untuk ditukar soft drink atau segelas bir yang sudah hilang gelembungnya.
Saya masih kuliah waktu itu. Dia sudah punya pekerjaan yang bikin ngiler lah.
Apa ya yang bikin kami tetap berteman.
Kami ini macam bumi dan langit.
Dia, cina Semarang.
Saya, berkulit gudeg kendhil.
Kadang kami berseberangan.
Kadang kami saling lempar kalimat "sayang" yang mungkin kalau orang lain dengar, bisa geleng-geleng kepala saking "tajemnya" hehehehe
Tapi, itulah makna pertemanan yang tak berbayar, tak berpamrih.
Masing-masing dibiarkan untuk tumbuh menjadi pribadinya sendiri.
11 tahun kami berteman.
to all the ups and downs ... Phillip .... thank you.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment