Tiga hari yang lalu ...
di telepon kami bicara ...
"Thole, aku baca tulisanmu tentang Bapak"
"Yaaaa mengenang masa indah ... ndak adil rasanya kalau yang diinget yang pait-pait ya Mah"
"Akuuuur ... setujuh!"
"Tapi Mamah, aku sampai sekarang ndak pernah bisa memahami kapasitasmu mencinta"
"Lha ono opo tho?"
"Setelah semua yang dilakukan Bapak ... beritahu aku caranya berdamai dan mencinta sedemikian gila kalau menurutku sih ...."
"Cinta .. kasih ... itu seringkali ndak perlu dimengerti dan dipahami kok Gus"
"aku sebal kalau Mamah udah begini nih ..."
"Hahahahah kenapa?"
"Njawab ngambang-ngambang ndak jelas ... kamu tau aku kan IQ jongkok!"
"Mending jongkok ... lha kamu ini kayaknya malah mbrangkang jheeee .. alias mengkurep! hahahah .. lho, kok kita kayak srimulat gini tho ?"
"Mamah .... kalau cinta dinikmati dengan menterjemahkannya ke dalam kepahitan ... logika ku berhenti deh kayaknya Mah ... aku ndak akan pernah bisa mencerna yang itu... ibaratnya ya, kayak nelen norit ... si karbon arangnya ya udah cuma lewat dan keluar lewat eek!"
"Dulu .... eh ralat .. sampe sekarang Gus .. Mamah juga ndak akan pernah mengerti kenapa Mamah tetap mencintai Bapakmu"
"Ini mengabaikan bahwa kita sudah berdamai dengan semua hal yang ada di belakang ya Mah"
"Kita? .. kamu aja kali hehehehe .. Mamah sih dari dulu juga ndak pernah mendendam"
"Well well iwel iwel ... aku tambah ora mudeng alias tambah ndak mengerti Mah"
"Mencinta ... disakiti ... memaafkan ... membuang dendam... piye sih Mah .. gimana? gimana? tell me! tell me! telmi ... telat mikir bweheheheh"
"Begini ... sampai kapan pun aku pikir kamu ndak pernah bisa memahami bagaimana Mamah mencintai Bapakmu .. suamiku ... "
"Kurasa, aku ndak akan pernah mau memiliki kapasitas mencintai sedemikian itu Mah ... sakitnya mungkin aku ndak akan pernah tahan"
".... ya sudah, cukuplah pada satu saat satu waktu ... mulai hari ini .. kenanglah kami ... Aku dan Bapakmu sebagai sepasang manusia yang saling mencintai ... melalui hal-hal menyedihkan ... tapi juga punya kenangan menyenangkan .. dan memiliki anak-anak yang membanggakan ... Mamah bangga sekali sama kalian berdua ... kalian sudah buat Mamah bahagia"
....................................................................
sampai disini ada jeda, karena saya terlalu sibuk menahan haru air mata ......
......................................................................
"I love you Mamah .. that is all that i can say ..."
"I love you too dear my beloved son"
"Tidur ah aku ngantuk"
"Aku juga"
"Bye.."
"Bye.."
No comments:
Post a Comment