Tahun 2000 saya lulus kuliah ...
begitu lulus, saya memutuskan meninggalkan mimpi bertumbuh dan mengejar karir di Jakarta ...
saya dengan rela pulang ke Semarang, menikmati perjalanan cinta saya dengan opium ...
memenuhi janji padanya ...
"Kita hidup tenang aja di Semarang ya ... sekarang kita nggak bicara mimpi ku .. tapi mimpi kita" begitu saya bilang dulu ...
"Mimpiku ndak penting .. mimpi kita lebih penting"
"Saya akan pulang segera setelah lulus...saya bisa kerja apa saja kok di Semarang .. kalau sang takdir bilang saya sukses ... saya akan sukses dimana pun saya berada"
kalau ditanya apakah saya bahagia dengan pilihan saya waktu itu... saya akan bilang bahwa pilihan itu sudah sukses membuat saya seperti dilontarkan ke langit ...
saya bahagia sungguh menjalani hidup saya bersama opium ...
pertukaran kabar dengan para karib yang masih ada di Jakarta dengan segala laju mereka mengejar mimpi yang tadinya saya juga memiliki mimpi yang sama ... tak mampu membuat saya iri pada mereka
saya memiliki kebahagian versi saya ...
bersama opium ...
tapi saya juga dihempaskan sampai titik nadir ...
Desember 2002, bab baru hidup dimulai ...
jalan dibelokkan ....
dengan caraNYA yang sungguh ajaib dan penuh dengan selera humor ..
Januari 2003 saya kembali ke Jakarta ...
sudah tidak ada "mimpi kita" ... yang ada "mimpi saya"
saya tidak iri dengan karibku yang mungkin secara karir jauh lebih melesat ...
tentu saja begitu ...
saya kan kehilangan momentum 2 tahun dibanding mereka heheheh ...
tapi itu lah saya ...
ketika kemarin kami, karib satu angkatan bertemu janji dan melewatkan waktu menyenangkan bersama .. muncul pertanyaan itu
"Lo kenapa sih Gus, harus balik ke Semarang waktu itu ...."
jawabannya sederhana ...
kawanku, saya mencari kebahagiaan saya sendiri
menikmati naik turunnya ...
bahkan sampai sekarang pun, obsesi yang berhubungan dengan karir tak sedikit pun terlintas di kepala saya ...
asal saya menikmati apa yang saya kerjakan ... mencintai apa yang dilakukan ... berusaha kasih yang paling baik ...sudah cukup ...
jabatan itu cuma bonus kawan ... cuma salah satu apresiasi
pertanyaan aku lempar padamu sekarang, kawan: "Hatimu penuh ndak, dengan apa yang kamu lakukan sekarang? ... kamu pake hati, atau sekedar disopiri nafsu?"
kalau kau tanya padaku...
kebahagiaanku ndak bisa ditakar dengan gelasmu ...
seperti halnya kamu ndak bisa pinjam gelasku untuk menakar rasa bahagiamu ...
iya bukan?
--jawaban untuk seorang karib yang kayaknya bingung dengan maunya sendiri hehehehe--
No comments:
Post a Comment