Monday, September 28, 2009

Anak Cengeng Pulang Kandang ....



Aku si anak cengeng pulang.

Kali ini, keinginan untuk mengambil cuti panjang sedemikian menggebu... mengalahkan keinginan menabung jatah cuti konsekuensi dari jadi kacung korporat untuk berlibur dengan yang-tidak-boleh-disebut-namanya ke Bali merayakan hari jadi.

Aku seperti anak burung rindu dengan hangat sarang dan lindungan sayap Ibunya.

Di luar dari itu, firasatku berkata bahwa ada sesuatu hal besar terjadi dan aku perlu ada disana.

Hubungan batin dengan Aan adikku juga si Mamah sedemikian kuat hingga bila salah satu dari kami sedang susah hati, yang lain akan resah.

Benar saja, sesuatu terjadi dengan Mamah.

Tak hendak kuceritakan detilnya.. yang jelas, kami untuk kesekian kali harus merapatkan barisan .. perpegangan tangan dan menghadapi segalanya bersama-sama.

Ada yang bilang, kebahagiaan itu milik sendiri...

tapi buatku, kebahagian pribadi tak apa berkurang demi lingkaran terdekat orang yang mencintai kita sepenuh hati.

itu lebih baik, daripada bahagia tapi sendirian.

mimpi-mimpiku dan proses mengejarnya bisa dengan mudah aku bunuh ,,, dihapus bila perlu supaya lingkaran terdekat orang yang mencintai kita sepenuh hati berkurang lara...

itu lebih baik, daripada bahagia tapi sendirian.

kawan boleh datang dan pergi

sahabat boleh datang dan pergi

kekasih boleh datang dan pergi

tapi keluarga, mereka akan tetap di sisi, bahkan ketika engkau sudah melakukan kesalahan sedemikian fatal dalam hidup.

Syukurlah ... jumlah hari cuti yang kuambil cukup untuk mengurusi apa yang perlu diurus.

dan tetap, semuanya dibuat suka hati ... bagaimana pun caranya.

kami masih tetap tertawa ha ha hi hi

kami masih melakukan hal-hal menyenangkan.. menikmati liburan ... pergi sana sini.

sambil tetap secara serius menambal sana sini apa yang perlu ditambal.

dan sekali lagi, kami berhasil membuktikan bahwa kami kuat ...

kalau begini, aku bisa pulang ke Jakarta dengan hati lega.

Seperti biasa, Gusti Sing Paring Urip bicara dalam berbagai cara.

Disaat bimbang .. meragu dengan kemampuan untuk menghadapi hidup, aku menemukan benda ini:




sudah rusak ... tapi dulu, deringnya nyaring bukan kepalang! juara!

ingat sekali... jam ini adalah salah satu benda yang kubeli dengan honor pertama saya nyanyi di kawinan...

honornya tujuh puluh ribu. Jam ini kubeli empat puluh ribu di Pasar Peterongan Semarang.

Dulu, aku sering sengaja bangun selepas jam dua belas malam terus naik ke loteng sama si Mamah ...

Jam beker ini selalu sukses dengan nyaringnya membangunkan kami.


jarang kami bicara saat itu

hanya merokok

mencuri ketenangan disaat yang lain tidur

sesekali bicara kejadian hari-hari dan menertawakan betapa bodohnya kami bisa ada di dalam situasi yang sedang dibahas

"Mestinya begini lho Mah .. sdjgsaldhadad terus di hsdgada"

"Ih harusnya ya Gus ... lucu banget sih kjadgkjassdk sadgasgdja"

orang bilang kita butuh meditasi untuk mencuri kejernihan dan mengambil aksi yang tepat akibat pemikiran yang tenang.

ritual merokok di loteng dini hari adalah cara kami berkontemplasi atau ... yaaa boleh lah disebut meditasi.


.........................

dan lewat jam yang gimana caranya kok ditemukan kembali ...

Gusti Sing Paring Urip mungkin mau bilang padaku...

"Ayo thole cah ngganteng ... jangan buru-buru ... lakukan seperti jaman kamu sering manjat loteng dan merokok disitu dini hari .... sing tenang, ojo grusa grusu!"

nasehatNYA .... cespleng! mujarab! manjur!

Monday, September 21, 2009

Semawis Ya Semawis ...

Kemarin,

Temu janji dengan karibku Phillip. Kawan hampir 8 tahun lalu ku kenal.
Sekarang, setiap perjumpaan dengan kawanku yang satu ini dihabiskan untuk mengenang jaman saya tinggal di Semarang. tentunya, Phillip jadi salah satu saksi perjalanan hidup mulai dari masalah keluarga, percintaan, karir, gossip (yeap heheh) bahkan sampai kenakalan-orang-gede yang anonoh heheheh.

Bersamanya, saya diajak pergi ke Semawis.

Belum pernah ke Semawis.


Yang ndak tau apa itu Semawis --sama seperti saya--, ndak usah repot. Saya sudah tanya sama mas Google dan saya kupi pes yaaa nukilan
infonya:

.....................................................................

"Pasar Semawis, atau dikenal juga sebagai Waroeng Sema
wis, adalah pasar malam di daerah pecinan Kota Semarang. Pasar ini awalnya merupakan gagasan dari perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata).

Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis di tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia.


Buka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam disepanjang jalan Gang Warung, Pecinan - Semarang, Pasar Semawis menyajikan be
raneka ragam hidangan yang bisa anda pilih bersama keluarga mulai dari pisang plenet khas Semarang, nasi ayam, es puter, kue serabi, aneka sate, bubur kacang hingga menu - menu steamboat yang menarik untuk dicicipi. Pusat jajanan terpanjang di Semarang ini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam"

.............................................................


Kalau dibaca infonya dari Mas Google itu, mestinya sih kemarin, Semawis ndak buka.


Ngaaaajaaaaib' (tirukan gaya Asmuni Srimulat) ... lha kok kemarin Semawis nggelar dagangan.

Perkenalan saya dengan Semawis ternyata tidak menjadi sekedar rasa suka hati cacing-cacing di perut ini dengan parade kuliner disana. suasananya sedemikian kawan:


Hati tenang kalau perut kenyang. Lapar mata lapar perut terbayar dengan satu piring nasi campur yang uenaknya betul betul!

Ditutup sukses dengan satu gelas Liang Tea dingin.


Tamasya dilanjutkan. berkelilinglah saya di sana. Aroma macam-macam kuliner seperti berarak-arak di belakang kami.

Pisang plenet saus susu krim kental


Sate usus babi yang gurih

Martabak manis Gang Warung yang tipis kering legit


Bakpao mini isi kacang hijau yang berlompatan dari dandang

koko dan cici berlogat cina semarang


"kowe meh da mana ci'? moi moi ne kok ndak diajak
?"

"Yo ndak isa tho koh ... lha wong akune' wa
e misih da sini .. misih makan gitu o'!"

berlaku seperti pelet yang membuatku mau datang
kembali.

Tak jauh dari kami, karaoke gratisan pinggir jalan digelar. Om, tante, opa, oma berkumpul mengusir rasa sepi ditinggal anak cucu merantau dan ndak pulang-pulang. Mungkin juga untuk menawar rasa rindu kampung halaman dengan lagu-lagu mandarin yang sering dialih bahasa jawa dengan irama campur sari.

Sambil lalu, kami yang masih lajang ini melihat mereka meluapkan rasa lewat tarik suara.

"Gus, kita nanti kalau tua mungkin kayak gitu ya ... ngumpul biar nggak kesepian!"

"Iya Phil,
tua sih boleh phil ... tapi semoga badanku ndak segede buntelan dosa begini kalau aku udah tua ya ... setidaknya lebih kurus... teteup!"

"Gus.... gendut mah gendut aja!"


ya ya ya kawanku ini memang terkenal dengan mulut siletnya .....

Semawis berusaha menawarkan apa saja. bahkan pijat pinggir jalan murah meriah.

Sayang, kenikmatan pijatan pudar gara-gara yang mijet aku bau ketek! baunya sumebyar semriwing setiap dia deket2 mijet badanku.. weleh-weleh ... mumet!

Penutup dari pertemuan saya dengan Semawis dihabiskan di tempat ini


Aku selalu percaya bahwa manusia tidak akan pernah bisa membaca pikiran Gusti Allah.

Kalau manusia sudah bisa membaca rencana Gusti Allah... maka, Tuhan kita sudah tidak LUAR BIASA! begitu bukan?

demikian juga dengan tukang ramal.

yang kupercaya dari mereka adalah ... mereka seperti cermin yang memantulkan balik segala sinyal gelombang rasa yang kita pancarkan diluar dari bahasa dan suara ...

Bapak tua tukang ramal ini seperti cermin jernih yang mampu memantulkan balik imajiku sendiri saat berbicara dengannya.

"Nyooo ... Sinyo tuh boros ndak karu-karuan ... ndak boleh lho Nyooo!"

"Sinyo nih sebenarnya pinter banget lho... tapi pemales! ndak boleh Nyooo ... kalau Nyoo bisa menghilangken sifat pemales, kamu bisa lebih sukses!"

"Kamu tuh orangnya ndak tegaan ya ... ndak isa buka toko Nyoo ... bisa-bisa tokomu habis dikasih-kasih isine sama kamu..."

"Nyooo ... jangan pernah membeli pertemanan dengan uang ... kamu tuh rada minderan ya !? padahal ndak ada alasan buat minder lho .... ati-ati Nyooo ... banyak yang berteman sama kamu cuma pas kamu lagi banyak uang Nyooo!"

"Mamahmu sehat ... tapi kok kayaknya lagi banyak pemikiran .. pemikiran apa aku ndak tau Nyoo"

.................. Aaaaah, Bapak tua yang bertindak seperti cermin yang jernih ....

Semawis ... besok saya berkunjung lagi ya....

Thursday, September 10, 2009

Masalah Hatiii Ciiing!!! ....


Kemarin, Gusti Allah menjawab pertanyaan dan kegundahan saya lewat dua orang karib bernama Kelik dan Cungkring.


Mari aku perkenalkan dengan mereka...

Kelik, seorang juru kamera sebuah rumah produksi rekanan kami. Rantau dari Makasar. Seorang kawan sekaligus partner kerja dengan kualitas pertemanan khas anak rantau... gayanya lempeng dot com .. ndak dibuat-buat.

Cungkring, seorang asisten produksi, satu kantor dengan Kelik. Mahkluk ajaib yang kadang suka telat mikir tapi baik hati.

Karena sebuah project kantor, aku meminta bantuan mereka untuk meminjam satu kamera piranti kami untuk keperluan dokumentasi sebuah forum diskusi untuk menggali "insight" sebuah komunitas.

Sudah lama sekali aku ndak pernah mengoperasikan kamera. Terakhir kali melakukannya adalah 4 tahun yang lalu ketika masih jadi pembantu umum di sebuah rumah produksi.

Kemarin, saat menyambangi kantor mereka untuk mengambil kamera pinjaman itu. Saya tersentuh sekali dengan bagaimana mereka memperlakukan kami (aku dan lani, karib kerjaku).

Aku tipe orang yang selalu memperhatikan air muka.

Biasanya yang ada di hati selalu sukses tercermin di air muka bukan?

Aku orang yang cukup sensitif untuk meraba dan menerka apakah seseorang itu bersikap palsu.

Dan percayalah, ketika aku merasa orang yang dihadapanku ini bersikap palsu .... aku bisa bersikap jauuuuuh lebih palsu dibandingkan mereka ;) .. catat, aku mungkin termasuk aktor yang baik untuk yang satu ini hahahaha.

Ketika kami datang. Mereka berdua -kelik dan cungkring- menyambut kami dengan ramah yang tidak dibuat-buat.

Memberikan kursus singkat bagaimana menggunakan kamera semi-pro yang kami mau pinjam.

Saat taksi pesanan datang, Cungkring membantu membawakan kamera yang kalau dimasukkan dalam tas khusus, naujubileee gedenya dengan ringan tangan.

dasar lelaki doyan drama ... aku tersentuh sekali dengan perlakuan mereka itu hahahaha

T-U-L-U-S ... menjadi kata kuncinya.

Aku sih merasa yakin... ketika mereka berlaku sedemikian ... mereka melakukannya benar-benar karena mereka INGIN melakukannya TANPA berpikir bahwa hal tersebut adalah utang dan berharap bahwa utang yang mereka beri harus dibayar.

dari ketulusan tumbuh rasa hormat.

dari ketulusan tumbuh respek

dari ketulusan muncul keinginan untuk melakukan hal terbaik yang bisa kita beri untuk orang-orang yang sudah menunjukkan hal tersebut.

dari kejadian kemarin, aku bilang sama diri sendiri

Agus, kalau kamu mau melakukan sesuatu hal baik sama orang... lakukan dengan dengan tulus ... dan jangan hitung-hitung.

Masalah hitung menghitung yang ini, bukan urusanmu ... ini kerjaannya Gusti Allah.

Agus, kalau kamu mau melakukan sesuatu yang baik sama orang lain ... lakukan bukan karena kamu takut orang itu ngambek .. atau marah ... atau kamu merasa hutang budi dengan orang tersebut.

berbuat baik nggak kayak kita nyebar piutang buat orang lain dan kita kejar-kejar orang itu untuk mengembalikan kebaikan yang kita anggap utang.

berbuat baik sama orang, jangan diinget-inget ...

jangan memperlakukan berbuat baik sama orang, kayak kita sedang berinvestasi.

lha wong, sekali lagi ... masalah itung-itungan untung rugi dalam hal ini kan bukan urusan kita.

Kegelisahan terjawab kegundahan dihapus ... malah tambah diingatkan ...

sigh .... Gusti Allah kalau njawab pertanyaanku emang bener-bener kuompliiiiit cing!!!! :)