Wednesday, August 31, 2011

Mudik Story Part III: Kawan masa kecil


Dan, bersyukurlah, bersyukurlah, bersyukurlah.

....................................

Lebaran hari pertama di habiskan di rumah simbah Marto Utomo, orangtua Mamah, di Yogya.

Rumah kecil sederhana, dengan halaman belakang maha luas, yang memberiku banyak kenangan masa kecil menyenangkan.

Pernah tau dan makan buah ceplukan ndak? itu lhooo, kayak buah cherry warnanya ijo, rasanya manis masam, tumbuh biasanya di pematang sawah. Aku dong, PERNAH :) #bangga

Pernah tau rasanya memetik genjer untuk dibawa pulang ke rumah dan dimasak rame-rame bareng temen-temen dengan keahlian anak SD, bumbu cemplang cemplung sebatas pengetahuan dan tetep dinikmati walaupun rasanya mbuh ora weruh dengan nasi panas? Aku dong, PERNAH :) #bangga

Pernah tau rasanya naek kerbau di tengah sawah? Aku dong, PERNAH :) #bangga

Pernah tau rasanya mandi dan salto jumpalitan di kali? Aku dong, PERNAH :) #bangga

Di rumah simbah Marto Utomo inilah, setiap liburan sekolah, aku menghabiskan masa kecil dan bertemu dengan sahabat-sahabatku di Yogya.

Perkenalkan sahabat-sahabatku sedari kecil:

Danang, Ferry, Darsih, dan Jarot.

Danang yang paling badung diantara kami. Tukang nyolong jambu. Well, sebenarnya apapun yang bisa dicolong waktu itu hahahaha ...

Ferry yang paling jago main layangan. Bisa bikin benang gelasan sendiri. teknik adu layangannya dulu selalu bikin kita bangga jadi geng kecil yang merajai lapangan bola Kricak Jatimulyo hahahahahah

Darsih ini sebenarnya diragukan. lelaki atau perempuan sebenarnya. Trengginas. Jago lari. Item. Jelek. Rambut pendek. Makanya, dia jagoan kita kalo lagi maen bentengan. Wuih, kalo lari, maling aja mungkin males diadu lari sama dia.

Jarot yang paling kaya. Bajunya paling bagus. Mainannya mahal. Buku ceritanya banyak. Tapi males pake sendal dulu hahahaha. kalo maen sama kami, selalu nyeker. Ih, kaya kok nyeker.

Perjalanan nasib beda-beda. Mereka masih tinggal di Yogyakarta. Kami bertemu janji.

Danang baru saja bercerai. Anaknya tiga. buka bengkel tambal ban motor di dekat rumah simbah. Rumahnya sederhana.

Darsih jadi Polwan. Kemarin datang berkunjung dengan suaminya. Ini lelaki ya, Aku rasa kalo dimarahin Darsih pasti langsung sakit tiga hari hahahahaha.

Ferry kerja jadi montir mobil. Bengkelnya dekat juga dengan rumah simbah. Anaknya dua. Yang satu kena autisme. Sedih mendengarnya.

Jarot buka warung nasi padang. WOng jowo kok yo jualan nasi padang. Mbok ya jual gudeg :) ternyata istrinya emang orang padang. Masih terlihat perlente. Tapi tetep, kakinya jelek hahahahah.

Kami bertukar cerita. Mengenang kembali masa kecil kami yang menyenangkan.

Dalam hati, Aku berulang kali bersyukur. Perjalanan hidupku demikian penuh warna. Rejekiku lancar. Hidupku sepertinya menjadi berkah buat orang-orang yang kusayang.




Dan bahagia itu adalah saat kita bisa memberi

............................

The joy of THR, yes? :)

Setiap pulang kampung saat lebaran. Senyum lebar bukan kepalang.

Pulang membawa uang lebih banyak dari biasanya. Setara dengan satu kali gaji sebulan.

Menyenangkan.

Walaupun habisnya sih cuma dalam hitungan hari.

Tapi, kalau saja kau tahu.

Dengan uang segitu, Aku bisa menciptakan momen-momen yang nilainya tak terbeli dengan uang berapa pun.

Mbak Nah, yang mbantu-mbantu rumah selama ini, menyambut dengan sumringah kedatanganku. Ya iyalah, ada tambahan buat tabungannya beli kambing di kampung.

Lucu ya bentuk investasinya si Mbak Nah ini :)

"Mbak Nah, THRmu aku beliin emas aja ya?"

"Jangan Mas, KES (maksudnya cash hehehe) aja! Mbak Nah mau beli Kambing!"

"Lha, kenapa kambing?"

"Lha kan bisa beranak, kalo udah udah tua bisa dijual lagi buat kurban, gampang pula njualnya di kampung mas"

Senyumnya, menghangatkan hatiku.

Tapi kali pertama Aku menginjakkan kaki di rumah, pulang kampung ini, Mbak Nah menyambutku dengan air muka prihatin.

"Mas Agus, kurusan ya?"

-ahaaa! akhirnya berhasil juga susah payah Aku menyiksa diri bergerak di pusat kebugaran hahaha-

"Iyaaaaa.... lebih ganteng kaaan?"

"Nggak ah mas, kayak ORANG MISKIN!"

Dan, digodanya Aku dengan begitu banyak masakan kesukaanku yang dibuatnya.

"Mas, perkedel kornet nih!"

"Mas, Mbak Nah bikin rendang item, DIGADO AJA MAS! tetep enak kok!"

Usahanya membuatku gendut kembali patut diacungi jempol hahahaha

Polah si Mamah lain dibanding Mbak Nah :)

"Oalaaah Gus, Mamah mah MALES jalan-jalan sekarang ... padahal katanya ada RUMAH MAKAN SHABU-SHABU enak di deket CITRALAN MAL sekarang ... terus di PARAGON MAL, Bu Komari bilang ada yang jual KALUNG-KALUNG MUTIARA gitu bagus-bagus. Tapi Mamah mah MALES lah ke sana ... capek"

Ihhhh, update bener infonya! hahahah

Bahasa KODE abis-abisan ini sih hahahahahahaha

"Ya udah, nanti Mamah NEMENIN Aku aja jalan-jalan makan enak ya"

Dan yang katanya NEMENIN itu berbalik 180 derajat.

Kami menyambangi tempat-tempat yang disebutkan si Mamah tanpa terkecuali.

Dan senyum orangtua yang dibuat senang oleh anaknya, sungguh tak bisa dinilai.

Jadi, kalau ada yang bilang uang nggak bisa bikin bahagia.

Well, mungkin situ ngasihnya ke orang yang nggak tepat kali! Hehehehehe.


Mudik Story Part I: Kenapa pulang?



Saat hatimu terisi dengan jiwa
Maka disitulah rumahmu berada.

...................................

Aku rasa, inilah alasan kenapa harus pulang.
Pulang ke rumah.

Kata Ibuku,"Lelaki itu harus menempa kelelakiannya di rantau!"

Ibarat pedang, rantau adalah tungku panggang dimana sebatang besi mencelos masuk kedalamnya. Disiksa panas dan dipukul sampai menemukan bentuknya.

Rumah, adalah seperti tempayan isi air dingin dimana si besi selepas tempa dan masih panas membara ditabrakkan dengan hawa sejuk yang justru semakin memperjelas bentuk tempaan hingga memperlihatkan kekuatannya.

Untuk kemudian saat waktu menyatakan siap. Masuk lagi ke dalam tungku panggang. disiksa panas dan dipukul lagi.

Begitulah.

Sekarang, Aku pulang.

Mengisi kembali hatiku dengan jiwa.


Sunday, August 21, 2011

Kalo Panda Bicara ...


"Po, kamu ndak bisa merubah masa lalu. Tapi kalo kamu mblangsak ndak maju-maju karena terpaku sama masa lalu, ya bodoh aja!"

Si burung merak,"Aku belajar bahwa kebahagian itu harus direbut!" dan, si burung merak ini hidup dalam kegetiran.

90 menit pembelajaran tentang hidup yang sungguh menyenangkan tapi mengena.

Wajib tonton!


Monday, August 15, 2011

Mengenang

Pemahaman tentang hidup itu memang berjalan banding lurus dengan tambahnya usia dan pengalaman. Dengan catatan, kalau kita cukup peka mengambil sari pelajaran yang coba disampaikan oleh Sang Hidup.

Aku baru sadar bahwa ternyata sepahit apapun yang pernah kita alami. At the end of the day, kita akan mengenangnya sebagai kenangan yang manis. Mengenangnya dengan penuh syukur bahwa kita pernah mengalami hal itu yang mungkin saja membuat kita menjadi pribadi yang lebih tangguh daripada yang kita bayangkan.

Jadi kawan, kalau sekarang sedang gundah...

No worries... Because someday, some near future to go... You will look back... And smile

..................... Tsaaaaaah hahahaha


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Sunday, August 14, 2011

Petarung!!


Ini yang kupahami berdasarkan pengalaman hidup:

Dunia tidak menyisakan ruang buat pecundang. Menyerah haram hukumnya. Mundur sejenak boleh, untuk ancang-ancang maju lebih kencang. Menyerah? big NO NO!

Waktu kecil, aku belajar itu dengan cara spartan.

Begini ceritanya:

Kanak-kanak, tanpa mereka sadari bisa sangat kejam

Dulu, badanku kurus kering. Lebih suka di dalam kelas atau perpustakaan kecil di sekolah, bermain memuaskan imajinasiku dengan cerita yang ada di buku.

Lebih menyenangkan buatku membayangkan Aku ikutan piknik dengan Lima Sekawan sambil menyicip enaknya limun jahe dan roti tumpuk isi lidah asap buatan bibi Anne, ketimbang menghabiskan waktuku main bermain gobak sodor yang -buatku- lebih menyenangkan menjadi penonton saja saat teman-teman memainkannya.

Lucu deh, dulu, supaya lebih mendukung imajinasi saat membaca buku Lima Sekawan, Aku sengaja membacanya di saung tengah sawah dan membayangkan hamparan padi berubah menjadi sabana musim panas dengan pohon oak besar dan dibawahnya kami -saya dan Lima Sekawan tentunya heheheh- kami membuka bekal piknik dan berusaha supaya Timmy anjing lucu pemberani itu tidak mengambil bekal yang kami bawa :)

Atau, sengaja membuat tenda dari selimut lebar di bawah meja makan kecil kami dan membaca buku Trio Detektif dengan senter sambil membayangkan aku ada di sarang rahasia tiga anak cerdas pembongkar misteri itu beraksi.

Buku-buku itu adalah mediaku lepas dari cangkang kecil.

Anyway, kok kebablasan :) heheheh sampai dimana kita tadi?

O iya, kelakuanku ini dulu makin diperparah karena aku dulu sering dipanggil:

Agus banciii... Agus banciii...

-bayangkan manggilnya dengan nada "naah lhoo naaaah lhooo .. naaah lhooo naaah lhooooo" ... itu tuh kayak kalo kita ketauan bikin nangis temen kita heheheh-

Ih siksaan mental yang sungguh tak terperi rasanya.

Sakit.

Padahal kalo dipikir-pikir, Aku dulu salah apa sih sama mereka? mengajak mengobrol pun tidak.

Ini pula yang menyebabkan dulu jaman Aku masih kecil. Teman yang kupunya ndak banyak. Well, the good things is, yang sedikit itu anggaplah sudah terseleksi secara alami hehehehe ... mereka berteman ya karena tulus berteman dan nyaman denganku.

Ini pula yang menyebabkan Aku seringkali pulang ke rumah dengan menangis.

Dan kalau sudah begini, adikku adalah pahlawan berkuda dengan baju zirah yang dikirim hanya untukku.

"Mana yang nakal sama Mas Agus? Mana? biar Aan lempar batu!"

"Ayo mas kita pentung pake kayu!"

Hahahahahaha ....

Begitu polanya. Aku menangis. Adikku adalah penjuru perlindunganku.

Sampai akhirnya pada satu titik, si Mamah mikir,"Wah, nggak bener nih!"

Dan pada satu waktu, saat Aku kembali pulang ke rumah selepas sekolah dengan menangis...

"Kenapa nangis?"

"Aku digangguin Anjari sama temen-temennya Mah!"

"Diantara mereka siapa yang paling menakutkan buatmu?"

"Anjari Mah ... gede badannya... jago berantem!"

"Ok, Anter Mamah ketemu sama Anjari!"

-Asik, waktunya pembalasan untuk Anjari! ha ha! Eat that Anjari-

dari kejauhan:

"Itu yang namanya Anjari?"

"Iya Mah"

"Ok. Sekarang ini yang harus kamu lakukan! Kamu dekati Anjari, pukul dia! berantem! bikin dia kapok mengolok-olok kamu! sekarang! Mamah liat dari kejauhan. Mamah nggak akan bantu. Kamu harus berantem sama mereka! atau.. KAMU NGGAK BOLEH PULANG KE RUMAH!"

-melongo-

Aku berantem dengan Anjari dan kawan-kawannya. Bajuku sobek. bibirku sobek. mataku lebam. rambutku abis terjambak. gigi depanku goyang. Aku sudah tak kuat menangis karena terlalu konsen menahan sakit di badan.

Tapi aku PUAS!

Aku berjuang untuk diriku sendiri.

Aku dipaksa untuk belajar bahwa tidak akan ada yang bisa menolong selain diriku sendiri.

Tentu saja Aku kalah.

Dan mereka waktu itu tetap mengolok-olok Aku.

Tapi setelah kejadian pertempuran tak imbang itu. Aku berani kepala tegak. sambil cari kayu, batu, atau apapun senjata yang bisa dipegang, untuk mengejar mereka yang mengolok-olok hahahaha

Sambil berjalan pulang ke rumah, si Mamah berkata,"Aku ndak membesarkan anak pecundang yang tak berani berjuang untuk dirinya sendiri. Besok, kalau kamu ada masalah, berani hadapi! kalaupun harus kalah setidaknya kamu nggak menyesal! inget itu ya!"

and untill now. I am still and will always be... a FIGHTER!



Saturday, August 13, 2011

Kamu

Membaui aroma tubuhmu yang menentramkan saat kita tidur bersisian dan Aku memelukmu dari belakang.

Melihatmu makan dengan lahap hingga membuatku pun terbit lapar.

Mendengarmu bicara ini itu dengan nada yang selalu saja menghadirkan nyaman.

Bersamamu menikmati setiap detil hidup.

Begitulah cinta datang padaku.

Keajaiban dalam bungkus yang sederhana.

Kamu.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, August 10, 2011

Ngidam

Terjebak dalam pembicaraan antara ibu-ibu hamil

"Lo ngidam apa?"

"Gue kok bawaannya mual kalo nyium sabun"

"Kalo gue bo'.... Nggak pengen sikat gigi! Aneh ya"

...........................

Aku jadi inget celetukan Ibuku dulu

"Jaman aku dulu, tiap pagi harus ke pom bensin nyium bau bensin supaya nggak mual seharian. Dan, harus ke pom bensin! Kalo nyium bensin di rumah nggak ada faedahny...."

Ampun, sungguh maha ajaib.

Untung mukaku nggak kayak pom bensin hahahaha

-postingan nggak penting di tengah kemacetan-


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Passion

Dari poster kecil yang kulihat tadi pagi, begini nukilannya:

"If you don't like your job, quit! Live your dream and wear your passion"

Terima kasih Gusti Allah... Aku sudah dikasih kesempatan menjalani mimpiku....


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Merindu

Saat setiap detil bermakna
Saat setiap detik menghantarkan rasa
Demikian aku merindumu

..................

Ternyata menggombal itu sulit hehehehe


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT