Friday, February 26, 2010

Kalau bumbunya cinta, memang beda ....



Saya selalu suka dengan kedai kopi.

Jangan ditanya apakah saya menyenangi kopi.

Berkali-kali kubilang dan sekali lagi kunyatakan, aku tak pernah menyenangi serangan rasa pahit saat meminunnya.

Kalau mau sedikit drama, aku lebih suka dipaksa minum brotowali dibanding minum kopi.

hubungan saya dengan kopi seperti benci tapi rindu.

benci rasanya, kangen aromanya.

Balik lagi tentang kedai kopi.

Pada satu waktu aku pernah bilang sama si Mamah,
"Kalau aku mbesok sudah berkelimpahan uang, aku mau bikin kedai kopi kecil... kubuat senyaman mungkin. Musik lamat-lamat. Kudapan kecil-kecil sekepalan tangan bayi. Yang datang aku ajak kenal dan berteman. Ngobrol ngalor ngidul sambil nyebul rokok kretek dan gemuyu ndak tentu. Kedai kopi ku jadi sarang mencuri sunyi sementara waktu. Yang datang bisa numpang menangis. Kopi buatanku tidak diseruput sambil lalu. Roti keju buatanku dinikmati tidak buru-buru. Lha wong, aku ndak nyari uang disitu.... kan udah banyak uang"

Kedai kopi yang tak menjual kopi dan penganan semata.

Kedai kopi yang menjual cinta dan gairah hidup pemiliknya.
Selama aku merantau, jarang aku menemukan Kedai kopi seperti dalam angan.

Sampai kemudian satu waktu, kawan dari masa lalu menghubungi dan menghubungi.

"Aku mau pamer sama kamu! Kamu sudah keduluan... Kamu harus datang!", katanya.

Aku tau kawanku itu mau pamer apa.

Kedai kopi yang tidak biasa.

Temu janji beberapa kali tak pernah bisa.

Sampai pada satu hari Aku bisa menyambangi.
Aku seperti disodori bentuk jadi dari mimpi.

Entah apakah kawanku ini punya mimpi yang sama, tapi Aku benar-benar seperti diberi lihat kayak apa nanti pada satu saat satu waktu Gusti Sing Paring Urip menjawab mimpi tentang kedai kopi.
Koffiedoeloe nama tempatnya.

Seperti rumah penampakannya.

Sederhana.

Seperti berkunjung ke rumah Eyang Kakung yang ada di Yogya.
Kursi model tua.
Mesin jahit jaman dulu yang kayaknya sih masih bisa dikaryakan selayaknya dulu Mamahku menisik bolong di pantat celana seragam SD karena aku si badung tak kunjung segera pulang tapi malah main gelosotan sama anak-anak kampung sebelah.

Barang-barang tua yang sepertinya langsung angkut dari kampung dan ditaruh sana sini di dalam lemari jaman Simbah Putri masih suka dansa dansi.

Deretan rokok kampung yang ndak akan pernah ditemu di warung rokok pinggir jalan pasar Benhil. Bukan untuk dijual tentu saja! lha wong nyari rokok begitu susahnya bukan kepalang.

Doaku yang ini tentu saja tidak akan pernah dijawab Gusti Allah... apalagi kalau didengar oleh kawanku itu.

Aku berdoa supaya kedai kopi kawanku itu jangan terlalu ramai hahahaha...

Lha piye, aku lebih merasa lebih nyaman begitu...

Kamu tau kan seperti apa rasanya punya barang yang sudah lama dibawa mimpi terus tiba-tiba ada jadi di depan mata?

Dari detil sederhana yang ada, aku bisa bilang, buat kawanku itu, "Koeffiedoeloe" seperti anaknya.

detil sederhana kaya makna

detil sederhana yang ditata dengan cinta

runtut kubaca daftar minumannya...

hemmm aroma jeruk adalah aroma kedua yang paling aku suka selain aroma kopi.

membayangkan kopi berkawin dengan jeruk seharmonis coklat berkawin dengan jeruk rasanya kok terlalu berharap banyak.

Iya, pernah ada kudengar kopi rasa jeruk.

Tapi memesannya saja sudah enggan.

Kayak apa rasanya ya?

Aku ditendang Kopi Djeroek Tjoklat.

Kopi Djeroek Tjoklat tersinggung aku meragukan hasil perkawinan kopi dan jeruk.

Rasanya dahsyat

Aromanya nikmat

Sialan, aku dipaksa menjilat ludah sendiri.

Aku yang tak suka pahit kopi bisa dibuat terkintil-kintil seperti kenap panah asmara.

Kawanku bilang, "Kamu harus coba Es Kopi Spesial Koffiedoeloe!"

Dalam hati sebenarnya merutuk, "Cis! aku sudah jatuh cinta dengan tempatnya ... masakan masih kurang?"

Hemmm ... ternyata rasanya lumayan enak.

Wong londo bilang ini kopi "eggnog"

Disini, versi es eggnog ala Indonesia... disesuaikan dengan lidah jowo.

Yaaaa ok lah! sedap! ... ndak sampai taraf "sedap betul!" buatku pribadi.

Aku lebih banyak bengong sendiri sambil asyik sendiri menulis.

Mungkin buat kawanku menyebalkan... lha wong sudah lama ndak ketemu kok ya diabaikan karena aku lebih memilih tenggelam menikmati suasana dan asyik sendiri dengan isi kepalaku.

Ini opini pribadi, menurutku:

Abaikan suara lamat-lamat motor lalu lalang di depan kedai.

Bersiaplah seperti berkunjung ke rumah eyang yang nyaman.

duduk manis.

nikmati rasa.

nikmati kopinya.

makan bila perlu kalau lapar.

karena,
kedai kopi ini rasa cinta pemiliknya.

satu-satunya yang harus diwaspadai adalah:

kamu bisa sangat jatuh cinta dengan tempat ini.


catatan:Aku ndak dibayar apa-apa ya oleh pemilik kedai kopi ini ... jadi jangan anggap tulisan ini advertorial heheheh




Friday, February 19, 2010

Haru karena Abiyu ...



Setahun yang lalu Aku kenal Abiyu.

Gambaran anak lucu ini mulai samar terlupakan di ingatan kalau saja Abiyu tidak mengirim pesan singkat

"Maaf ini no henpon Om Agus ya?"

Kujawab, "Iya betul, ini siapa ya?"

"Om Agus, ini Abiyu... Abiyu pake henpon kakak!"

Langsung Aku telpon anak ini..

Kami bicara ini itu ...

Sudah kelas 6 SD Abiyu sekarang.

Abiyu Aku kenal saat kebetulan harus mengurus sebuah kegiatan sosial perusahaan asuransi yang menjadi klien saat itu.

Abiyu kena kanker mata dan karenanya, Ia harus menggunakan bola mata palsu untuk mata kirinya.

Saat harus mengantarkan uang hasil kegiatan sosial ke rumah sakit tempat Abiyu akan mendapatkan perawatan prostese bola mata palsunya.

Aku dikenalkan dengan kawan-kawan Abiyu yang kebetulan harus rawat inap di rumah sakit.

Mereka semua terkena kanker.

Kebanyakan sudah stadium lanjut.

"Abiyu sih udah sembuh Om ... Kalo Nia, Tantri, Iwan .. terus yang itu, Koko, Jannah.. bla bla bla (Aku lupa namanya, maklum sudah setahun yang lalu) .... masih harus di rumah sakit Om ... belum sembuh"

Aku berkenalan dengan mereka.

Malaikat-malaikat kecil yang sungguh kuat.

Secara detil aku lupa pembicaraan lengkap dengan para malaikat kecil itu ...

Tapi aku dibuat kagum dengan ketabahan dan bagaimana mereka memandang kematian dan cinta...

Ini nukilan pembicaraanku dengan malaikat-malaikat kecil itu yang masih bisa teringat, setelah bicara lewat telpon dengan Abiyu kemarin:

"Kalau Tuhan sayang sama aku... kenapa Aku dikasih sakit macam begini ya? Emang Aku nakal banget ya Om? Aku sedih liat Bunda nangis terus kalo nemenin aku disini!"

--waktu itu Aku diam saja... ndak tau njawabnya gimana .... plus sedang berusaha menahan tangis sampe kerongkonganku sakit--

"Mungkin Tuhan kesepian disana ... jadi dia buru-buru panggil Aku buat pulang Om ... biar ada teman mainnya!"

--yang ini Aku nangis--

"Om Agus cengeng!"

--yang ini disorakin rame-rame sama malaikat-malaikat kecil itu karena aku nggak berhenti nangis waktu ngobrol sama mereka--

"Doaku sebelum tidur, Aku minta Mamah sama Papah udah dapet gantinya Aku kalau nanti Aku dipanggil Tuhan Om"

"Kalau mual terus malem-malem sampe Aku muntah ... Aku pengen buru-buru sama Tuhan deh Om"

"Kalo Aku dikasih sembuh ... Aku mau jadi pemaen bola! biar badannya kuat nggak gampang sakit!"

"Aku kok dibikin mimisan terus ya Om?"

Pulang dari sana mataku segede bola pingpong, mbendul karena nangis.

Tapi pembicaraan dengan Abiyu kemarin benar-benar menyenangkan.

Anak kecil yang sungguh kuat!

Abiyu, kamu ndak cuma bikin aku terharu.

Tapi juga bikin Aku buru-buru mengucap syukur.



note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com

Sunday, February 07, 2010

Membekukan Kenangan




Aku posting ulang tulisan ini sekedar mengingatkan diri sendiri untuk tidak iri dengan kawan yang punya begitu banyak foto masa kecil, begini tulisannya:

Tulisan ini terinspirasi dari nukilan pembicaraan menyenangkan saya dengan Cink Cink dan Fa saat kami membunuh waktu untuk dengan tidak sabar pergi ke sebuah klub disko yang kali pertama akan saya kunjungi ....


Malam menyenangkan, untuk pertama kalinya juga bertemu dengan Novi, adith si badan besar tapi sukses mencengangkan kami semua dengan kelincahan tubuhnya ... kurasa, ilmu peringan tubuhnya sudah kelas wahid ... lantai dansa tidak runtuh terguncang hentakan tubuhnya.

Anyway, malam di lantai dansa intinya menyenangkan :)

sebenarnya yang lebih menyenangkan dari itu adalah pembicaraan saya dengan Cink Cink dan Mas Fa

yang kemudian melemparkan saya kembali untuk merunut ulang mengapa saya sangat suka menulis ...

dan kenapa sekarang saya termasuk golongan banci tampil ... liat tustel ...errr.. maaf, saya agak susah mengucap "kamera" untuk benda yang satu itu... soalnya, dari kecil udah kebiasa memanggil benda itu dengan sebutan "tustel" heheheh ...

ok, saya termasuk banci tampil ... liat tustel langsung horny ...hahahah ...

tiap orang punya cara bagaimana membekukan peristiwa ... menyimpannya untuk kemudian bisa merasakan kembali sensasi rasa yang terjadi pada peristiwa itu ...

tustel... foto adalah satu satu cara ...

tapi tidak untuk saya ... dulu .. hehehe

dulu, tustel adalah benda sangat mewah untuk kami .... bisa dihitung dengan jari, berapa kali kami pergi ke studio foto saat itu ...

akhirnya, foto adalah benda sangat asing buat kami ...

bahkan sampai sekarang, saya tidak pernah tertarik untuk membeli tustel ... seaneh yang terbilang ... tustel adalah tetap dianggap benda mahal dimata saya meskipun sebenarnya dengan penghasilan sekarang ... membeli satu tustel sih bisa-bisa saja heheheheh ...

jadi, sensasi menyenangkan menarik kembali rasa dari peristiwa lewat foto-foto adalah hal baru ...

aaah untung ada facebok dan jejaring pertemanan yang lain yang saya bisa unduh semua foto-foto dimana saya ada didalamnya ... terima kasih teman-teman ...

lalu, bagaimana kami --saya, aan adik saya dan Mamah, membekukan rasa peristiwa ...

betul, dengan menulis ...

saya masih ingat, ketika itu Ibu saya pada satu malam meminta kami berkumpul di kamar , sebelum tidur, sambil membawa buku tulis tebal berwarna biru dan berkata,

"Agus ... Aan ... ini adalah BUKU MIMPI ... mulai malam ini kita punya kewajiban untuk menulis semua hal yang kita inginkan disini ..."

Aan
"Apa aja Mah?"

Mamah
"Iya, apa aja .. Adek boleh tulis apaaaa aja ... adek kesel, tulis disini .. adek, pengen es krim tulis disini!"

dan mulai lah kami menulis apa pun di buku tebal warna biru itu ...

satu hal yang saya lekat ingat sampai sekarang... setiap kata, setiap rasa yang tertulis di buku biru tebal itu adalah begini:

"Adek... Mamah ... Mas pengeeen banget jadi penyiar radio ... kerja buat Nisrina Nur Ubay di TVRI ... nulis-nulis buat majalah Tom Tom sama Kawanku ... pengen jadi penyanyi kayak Hana Pertiwi sama Novia Kolopaking ... sama ngatur-ngatur orang"

Gusti Sing Paring Urip itu memang selalu menjawab permintaan kita anak-anakNya ...

semua mimpi saya dijawab dalam porsinya masing-masing

Saya jadi penyiar radio daerah walaupun ndak terkenal amat .. tapi rasa pernah punya penggemar sih aku pernah lah mengalaminya heheheh ....

kerja di station televisi pun pernah ... kerja untuk sebuah rumah produksi TV Program kondang .... yang berhasil mengeluarkan Idola Indonesia

pernah menyanyi dari kafe ke kafe ... meskipun kadang hanya dinikmati oleh para pelayan-pelayan di kafe itu karena kafenya sepi melompong

ngatur-ngatur orang pun pernah ... jadi production assistant yang bertugas meng-audisi kontestan yang kepengin masuk TV ...

....................

setiap kali kami melihat ulang buku itu, kami bertiga selalu terkejut bahwa setiap permintaan... bahkan yang sepele sekali pun ... ternyata dijawab sama Gusti Sing Paring Urip ...

Dalam kadar tertentu, buku itu secara tidak langsung merupakan perjalanan religi kami untuk melihat bukti bahwa Tuhan tidak pernah tidur buat kami ...

Buku itu adalah foto-foto masa kecil yang tak pernah kami punya ....



Wednesday, February 03, 2010


Pernah ngerasa nggak kalau sebenarnya kita harusnya berhak dapat lebih dari yang kita punya sekarang?

Wajar.


Karena blog, belakangan ini Saya berkenalan dengan banyak kawan yang punya cerita hidup sungguh kaya.

Si ini cerita itu


Si itu cerita ini


Macam-macam cerita


Tanpa sadar, mereka memperkaya Saya juga.


Selama ini, Saya melihat dunia dari sebuah jendela yang sama bertahun-tahun dengan pemandangan indah yang berganti-ganti setiap waktu.

Menyenangkan? pastinya.

Apakah saya mencintai apa yang saya nikmati? tentu saja.


Tertarik kah saya untuk melihat dunia dari jendela lain? iya.


Saya, iri.


Gusti Sing Paring Urip memang Maha Tahu.

Kemarin, atas nama pekerjaan, saya harus supervisi proses produksi sebuah TV Program.


Sambil mengawasi dan memberi masukan, konsentrasi buyar karena satu orang.


Novi, namanya. Salah satu Asisten Produksi dari TV Station rekanan kantor untuk produksi TV Program ini.


Hari itu, Mukanya lusuh. Kurang tidur. Keringetan. Mungkin baru saja selesai shift editing malam sampai pagi dan sekarang sudah harus ada di lokasi.

Novi nampaknya berusaha mengumpulkan semangat. Pekerjaannya masih banyak dan proses syuting berlangsung seharian.

"Mas Agus, ini script openingnya aku rubah begini ya ...!"

"Mas kayaknya hostnya, harus di brief ulang sama Mas Agus ... boleh nggak bantuin?"


"Mas, wardrobe buat syuting blok berikutnya Mas Agus bantuin pilih ya!"


"Mas ini nih Mas ...."

"Mas itu tuh Mas ..."


Aku tahu betapa susahnya tetap bersemangat saat badan sudah berteriak protes kelelahan.


Dan, Novi hari itu sungguh berusaha keras.
Novi berusaha mengakomodir keinginan Produsernya.

Novi berusaha mengakomodir keinginan kami, sang rekanan.


Ia berlari sana sini.

Saya terharu.


Diantara keharuan, Saya sadar.

Novi itu SAYA, tujuh tahun yang lalu.

Semangat Novi, semangat Saya dulu.


Lewat Novi, Gusti Allah mau bilang hari itu,

"Agus, ayoooo .... noleh ke belakang sebentar ... liat segala nikmat ... liat segala mimpi yang sudah dijawab ... berhenti iri ... ayo mulai lebih semangat!"

Gusti Allah sayang sama Saya.


Isi hati dijawab tuntas.


Note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com