Sunday, June 20, 2010

Katanya sih Hari Bapak .... katanya lho yaaa


Seperti juga saya lupa dan nggak 'ngeh' kalau ada hari istimewa bernama 'Hari Ibu' ... saya juga ora weruh babar blas tentang "Hari Bapak'

Yo wis, kali ini, mari kita bicara tentang seorang lelaki yang bertemu dengan seorang perempuan, berkopulasi lah mereka, dan muncullah kita di dunia gara-gara mereka

dan kita panggil lelaki itu, Bapak.

Bapak saya bernama Sandiyo.

Lelaki sederhana, datang dari dusun Nanggulan, Kulon Progo, Magelang.

Sandiyo, anak pertama dari istri kedua Bapak Soemoredjo dan Ibu Parjiyem, sepasang suami istri yang nanti saat saya mengotori udara dunia dengan teriakan cempreng, saya panggil simbah Soemo dan simbah 'Mi.

Kepincut sama perempuan yang masih ada hubungan keluarga jauh.

Suharry, namanya.

Perempuan energik.

Groupies band rock.

Pinter main bass guitar.

Terkenal badung dulu jaman sekolah di SMA Bopkri Yogyakarta.

Jaman saya SMA, saya takut sekali bolos sekolah.

Suharry, biang bolos sekolah heheheheh

"Eh justru karena dulu Mamah badung, makanya Mamah tau akibatnya, makanya Mamah nggak mau kamu badung!"

pembelaan yang selalu muncul saat saya bilang, "Ah kayak Mamah dulu nggak bandel aja!"

pembicaraan selalu berhenti saat si Mamah berkata, "Kalau sampe kamu nggak naek kelas atau di-skors karena badung, MAMAH KIRIM KALIAN KE PANTI ASUHAN!'

Yak sodara-sodara... kami anak-anaknya sukses bungkam mulut heheheheheheheh

eh, kok ngelantur ya ... maaf, kebablasan hehehehe

Singkat cerita, Sandiyo dan Suharry jatuh cinta.

Kami ini lah buah cinta mereka.

Jatuh cinta yang aneh.

Yang perempuan, kayak petasan banting

Yang laki-laki, dibentak sekali, kayaknya jatuh sakit

tapi ternyata Sandiyo, pendiam karena dulu masih anak dusun nggak ngerti apa-apa.

Begitu tau ini itu ... beuuuh mulai bikin ulah hehehehehe

eits, ini kata si Mamah.

Saya sih .............................. cuma ...................... meng-amin-i saja hehehehe

Blaik kowe... kebablasan maning!

Baiklah,

hubungan saya dengan Bapak pernah mengalami masa-masa dimana saya pernah begitu kecewa dengan lelaki yang satu ini

begitu kecewanya, sampai rasanya sulit membedakan antara rasa kecewa dengan dendam

hubungan saya dengan Bapak pernah mengalami masa-masa dimana saya sungguh tak bisa mencerna bagaimana lelaki ini menerjemahkan rasa cinta

begitu tak mengertinya saya, sampai-sampai rasanya lebih baik menganggap lelaki ini tidak pernah ada dalam kehidupan saya ketimbang kemudian membuat hidup saya bertambah sulit.

tapi masa-masa itu sudah lewat.

berdamai dengan masa lalu

menerima dengan lapang dada bahwa sejatinya tiap orang tua adalah manusia juga yang jauh dari sempurna

sungguh membuat yang namanya dendam dan kecewa itu seperti layaknya sebutir debu yang gampang sekali hilang dihembus angin iseng.

Saya ternyata punya banyak hal yang sungguh menyenangkan untuk dikenang bersama Bapak

Dengan caranya sendiri, Bapak menabung banyak rasa sayang di dalam pribadi anak laki-laki bernama Agus Hariyo Purnomo

Dengan caranya sendiri, Bapak mengajarkan bagaimana caranya bertahan hidup

Dengan caranya sendiri, Bapak mengajarkan bagaimana hidup harus ditaklukan dengan menyingkirkan rasa cengeng

Dengan caranya sendiri, Bapak berkata kepada saya anaknya, "Agus, Bapak cuma laki-laki yang terkadang juga ndak tau harus berbuat apa saat yang di dalam kepala sebenarnya cuma ingin yang terbaik buat anak-anaknya"

Dengan caranya sendiri, Bapak menaruh bangga kepada saya, anak laki-lakinya.

Di hari yang katanya hari khusus buat Bapak-Bapak ....

Agus, cuma mau berkata

"Bapak, terima kasih buat semuanya ... dalam ketidaksempurnaanmu pun kamu sudah memberikan makna lebih dalam hidup saya .... Agus sayang sekali sama Bapak ... sayang sekali .... selamat Hari Bapak ... Bapakku, Sandiyo"



Saturday, June 19, 2010

Barang antik

Kenangan selalu punya penanda.

Penandanya macam-macam.

Kalimat


gambar

suara


benda

manusia.


Pada mereka, kita bergantung untuk memutar ulang hal-hal menyenangkan, membuat suka, bahkan hal getir yang pernah terjadi pada hidup.


Manusia memang sejatinya pelupa.


Pada semua hal yang berhasil menjadi penanda, kita harus berterima kasih banyak-banyak nampaknya.


Berterima kasih lah kepada kemajuan teknologi.


Dunia maya telah berhasil menghadirkan perpustakaan yang sungguh kaya ragam.

Berikan pada dunia maya kata kunci, maka engkau akan menemukan jawaban. Masalah sahih atau tidak jawabannya. Lha, ngobrol dong. tanya sana sini lagi baru merasa pasti.

Betul begitu bukan?


Saya menemukan gambar-gambar ini yang akhir
nya membawa saya kembali pada kejadian berkesan.

Honda C70
Jadi ingat. Sampai saya kelas 3 SD Bapak sungguh bangga dengan motor Honda C70 ini.

Ndak pernah tau kalau bintang iklannya Mbak Henny Purwonegoro.

Jangan salahkan saya, lha wong aku masih kecil kinyis-kinyis waktu itu.


Sebelum kami pindah ke asrama polisi Kedung Halang di
pinggiran kota Bogor. Kami tinggal di daerah Panaragan namanya.

Seingatku, daerah ini dekat dengan Jalan Merdeka, jalan protokol di tengah kota.

Setiap sore, saya menunggu lamat-lamat suara khas motor ini mendekat.

Tandanya, Bapak pulang.

Setiap pulang, Bapak ndak pernah masuk rumah dengan t
angan kosong. Dia bawa hal yang saya suka

Mau itu cuma 1 buah jeruk atau kacang reb
us satu kantung selalu dia bawa.

Dia bawa cuma buat saya.


Betapa hati bisa dibuat suka dengan hal-hal kecil yang bungkusannya rasa.

Rasa cinta tentunya.


Pelajaran cinta pertama tertanam.

Kalau ngasih orang, apapun bendanya, paling penting adalah rasa yang dibawa.

Tulus, suka, sayang.

Setiap hari Minggu, diboncengnya kami keliling lapangan Sempur.


Atau ke Kebon Raya.
Atau sekedar muterin tugu Kujang. Pisau khas Sunda segede gedung bertingkat itu dulu
selalu sukses bikin saya yang masih kecil, melongo takjub.

Kapal Kaleng Othok Othok
Dulu, saya sama Aan pernah ndongkrok nggak mau pulang di tengah
Pasar Anyar Bogor gara-gara si Mamah nggak mau beliin mainan ini.

Aksi merajuk dan jongkok di depan lapak mainan kapal kaleng ini ternyata gagal.

Si Mamah, "Heeeeh! ayo pulang! kalo nggak Mamah tinggal!" Kami sok cuek.

Muka manyun terus dipasang "Ya udah, terserah! Mamah tinggal pulang! terserah kalian deh!" Si Mamah ngeloyor.


"Aaaaah pasti dia ngumpet tuh, nungguin kita nyari-nyari! biarin aja! tetep jongkok! sampe si Mamah ny
erah!", pikir kami.

10 menit


15 menit
setengah jam

giliran kami kelimpungan


"Mamah manaaaaaa????!!!! ......"

"Kita ditinggal pulang!!!...."

Dasar anak badung. Paniknya sebentar. Abis itu malah jalan-jalan ke dalam pasar liat mainan yang lain.


Kan kami ingat harus naek angkot nomor berapa untuk pulang ... weeeeek!
Angkot daihatsu 08 jurusan Citeureup.

150 rupiah berdua. Ada kok di kantong, 200 rupiah.


Begitu pulang, beneran lho ... si Mamah udah di rumah aja gituh.

Teganya.




Teko Blirik

Dulu, masa liburan abis pembagian raport adalah masa-masa surga turun ke bumi.

Senangnya luar biasa.

Karena itu tanda bahwa Bapak dan Mamah pensiun sementara jadi orang tua.

Kami anak-anaknya dikirim ke Yogya sepanjang liburan dan baru dijemput menjelang masuk sekolah lagi.

Asik! nggak ada yang ngomel.


Adanya dimanja abis-abisan.


Ke rumah Simbah Marto Utomo kami tinggal.


Orang tua dari si Mamah.


Daerah Karang Waru Yogyakarta.


Makan aneh makan enak.


Tiwul panas hampir tiap pagi

Jajan pasar bernama grontol buat selingan


Sambel krecek terenak di dunia


Sayur brongkos


Gule Koyor sapi pedes


kripik belut kalau Simbah lagi banyak duit.

Setiap pagi saya selalu ngikut Simbah buka bengkel sepedanya di Jalan Magelang.


Mbonceng sepeda


Bengkel sepeda jadi satu dengan warung makan kecil Simbah Putri


Simbah putri tuang teh di teko motif blirik ...
Bau tehnya entah kenapa sampe sekarang kok berasanya yang paling wangi dan enaaaak buanget!

Saya selalu jadi pelanggan pertama yang dituang teh dari teko ini.


teh manis pagi-pagi, di warung makan kecil punya simbah putri.


kenangannya? tidak bisa ditakar dengan uang.


Sampun rumiyin nggih, saya mau mau mandi dulu. Salam.


-note: gambar diambil dari www.warungbarangantik.blogspot.com