Wednesday, April 28, 2010

Kang Apud yang saya kenal ...

Aku sepertinya pernah menulis tentang Kang Apud.

Tapi sudahlah, aku ndak bosan kok untuk menuliskannya lagi.

Di setiap perjalanan, Gusti Allah sing paring urip sedemikian baik hati berbicara pada kita lewat begitu banyak pertanda di lingkar kehidupan sehari-hari untuk membuat hidup kita selalu bisa dinikmati dan disyukuri.

Lewat Kang Apud, dulu Aku selalu diingatkan.

Kang Apud, office boy jaman dulu Aku masih jadi produser radio untuk program siaran pagi di Female Radio, Jakarta.

Masih ingat,

Dulu selalu bangun setengah lima pagi.

Berangkat jam lima pagi dari Depok, menembus udara dingin pake motor, berjaket tebal, pergi ke gedung perkantoran Ratu Plasa, lantai 20.

Menemani Arlingga Pandega, penyiar pagi.

Berkawan dengan satu operator siar

Berkawan dengan Anto, produser senior yang punya pertalian erat dengan toilet, asap rokok dan buang hajat sebagai momen berharga untuk mendapatkan pencerahan ide kreatif hehehehe

Aku cuma bertahan 3 bulan saja. Bukan karena ndak cinta dengan pekerjaannya disana. Sebelumnya pun, Aku pernah jadi penyiar di Semarang untuk waktu yang cukup lama.

Di 3 bulan itu,

Setiap pagi, Kang Apud selalu hadir dengan wajah sumringah cerah ceria.

Hidup dan menjalani hidup seperti tanpa beban.

Tidak pernah keruh air mukanya.

Tidak pernah bersungut-sungut.

"Kang Apud nggak pernah sedih ya?..."

Jawabannya hanya senyum dan, "Aahhh, mas Agus bisa aja .... "

tanpa ada detil cerita.

"Ngantuk kayaknya mas, mau kopi?"

"Mas, kwetiauwnya udah ada tuh buat sarapan..."

Pekerjaannya dijalani dengan hati.

Dulu, kalau sedang rawan hati.

Datang ke kantor bersungut-sungut karena suasana hati yang tidak menyenangkan.

Setiap ketemu Kang Apud pagi-pagi.

Seperti selalu diingatkan.

"Ih Agus, malu dong sama Kang Apud! ..."

Hari ini, sewaktu menyambangi Radio Female untuk supervisi program talkshow salah satu klien kantor, Aku kembali bertemu Kang Apud.

Dan rasa yang Ia bawa, tidak berubah.

Kang, terima kasih.



Wednesday, April 14, 2010

Bapak, yang saya kenal ...



Bapak, sekali lagi Aku menyesal kenapa dulu keluarga kita hampir ndak pernah punya foto penanda momen-momen keluarga, dari Aku masih kecil sampai sekarang.

Kalian berdua, Mamah dan Bapak kompak bilang, "Halaaah nggo opo tho, tuku tustel?!"

Yo wis, foto memang bukan alat bagi kita untuk membekukan kenangan.

Aku akan menulis semua hal yang bisa aku ingat tentang kita, keluarga, dan orang-orang yang dicinta sebagai pengingat kejadian berkesan.

Aku akan menulis.

Banyak yang kuingat

Banyak yang kulupa

Banyak juga yang rasanya ingin Aku lupa

Tentang Bapak.

Aku masih ingat,

Bagaimana Bapak uring-uringan kalau pagi ndak nemu sendal jepit yang sebenarnya lebih layak masuk tempat sampah saking sudah tipis dan jeleknya minta ampun karena Bruno, anjing kampung peliharaan kita dulu menganggapnya sebagai daging empal dan menaruhnya di tempat rahasia.

Bagaimana dulu Bapak ndak pernah lupa membubuhkan sedikit garam pada segelas susu segar yang sudah dihangatkan untukku dan berkata,

"Nih, biar lebih gurih ... biar kamu ndak enek!"

Bagaimana dulu setiap beli tahu isi di depan asrama polisi tempat kita tinggal, Bapak telaten membuka tahu isi dan memisahkan toge didalamnya dan berkata,

"Tuuuh, udah bersih, yang ini buat kamu!"

Bagaimana dulu aku dikibuli bahwa kerangka ikan paus di Museum Zoologi Kebun Raya Bogor itu, dibeli di Ancol.

Bagaimana dulu aku diajak keliling daerah Suryakencana dan Sempur Bogor pake Astrea 800.

Bagaimana dulu setiap hari minggu, kolam renang Milakancana Bogor jadi saksi betapa menyenangkannya minggu pagi buat kita berdua.

Masih ingat,

"Bapak nggak pernah punya anak cengeng! nangis boleh, tapi cengeng awas ya!"

"Anak laki-laki harus nurut sama Mamah!"

Masih ingat,

Aku di elus-elus punggungnya saat tidur siang ndak berhenti sebelum aku lelap.

Masih ingat,

Untuk melihat detil-detil kecil di sekitar

Masih ingat,

Untuk ndak bergantung sama orang

Ndak boleh iri

Ndak boleh curang

Aku juga masih ingat,

Betapa hancurnya hati ini saat engkau memilih untuk pergi dari kami

Betapa Aku menyimpan amarah untukmu

Betapa Aku kecewa

Betapa Aku meradang

Dan hatiku jatuh koma karenanya saat itu.

Tapi ternyata, mungkin ini cara Aku belajar dan mencoba memahami

Bahwa, Bapakku itu hanya seorang lelaki yang menjalani kodratnya sebagai insan yang tidak sempurna dan tidak luput dari salah ....

Hanya lelaki biasa yang juga mampu menyakiti orang-orang yang dicintainya.

Butuh waktu lama memahami itu, tapi percayalah ... sekarang Aku mengerti sepenuhnya.

Butuh waktu lama membuang kecewa, tapi percayalah ... sekarang Aku sudah berdamai dengan apa yang di belakang

Masih ingat,

Betapa Aku menangis bahagia saat mencuri dengar,

"Agus itu kalo nulis bagus banget ya ...."

"Agus kok jarang pulang sih .... suruh lebih sering pulang besok-besok!"

"Tanyain sana, Agus masih punya uang nggak dia?"

"Agus tuh gajinya berapa tho? kalo kecil, suruh kerja aja di Semarang lagi deh ... tinggal di rumah aja"

Dibalik ekspresi datar dan tidak peduli ... Bapak perhatian sekali.

Dari Mamah, Aku tahu Bapak selalu bangga denganku ...

"Anakku kerja di TV lho! dia bikin kuis!"

"Anakku bikin iklan!"

"Anakku kreatif!"

Bapak yang saya kenal, adalah lelaki yang sungguh sayang pada Aku, anaknya.

Kali ini, Aku mau bilang,

Bapak, selamat ulang tahun ...

Agus sayang sama Bapak.


note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com


Tuesday, April 06, 2010

Menjalani mimpi ...


Dua minggu belakangan ini lelah luar biasa.

Berkeluh kesah pun rasanya sudah tak ada daya.

Diantara kesibukan kemarin, sempat mengirim foto di atas, lewat surel buat si Mamah.

Meskipun beliau ndak pake buah berry hitam, tapi Aku bersyukur pernah ngajarin Ia menggunakan surat elektronik.

dan celetukan si Mamah tentang foto yang ku kirim menyadarkan.

"Mana, katanya capek banget? lha wong mukamu sumringah, seger dan bahagia gitu kok! ndak percaya aku kalo kamu itu sutriiiss!" ....

Akhirnya melihat kembali foto-foto yang sempat terambil kemarin saat bekerja.

Iya ya, heran. Aku kok ndak kelihatan capek di semua foto ini.

Somehow, i always manage to put a big smile to every picture.

No matter how tired, somehow I always very excited.

lho, kok malah keminggris kaya ngene tho aku saiki ..hehehehe balik ke jowo-isme ah.

Aku ini sedang menjalani mimpi-mimpi kecilku sekarang.

Aku ini sedang menikmati bagaimana doaku dari kecil dijawab satu demi satu sama Gusti Allah.

Hemmmm pantesan kemarin dibikin lelah luar biasa sampai akhirnya ndak ada daya untuk mengeluarkan keluh kesah.

Sampai hampir jatuh sakit malah heheheheh.

Mungkin, saat itu ... Gusti Allah mau bilang:

"Agus .. wis meneng wae .. ojo ndresulo ... ojo misuh-misuh ... just shut up and dance because I answer your dreams and pray!"

Matur nuwun Gusti Allah.