Monday, September 21, 2009

Semawis Ya Semawis ...

Kemarin,

Temu janji dengan karibku Phillip. Kawan hampir 8 tahun lalu ku kenal.
Sekarang, setiap perjumpaan dengan kawanku yang satu ini dihabiskan untuk mengenang jaman saya tinggal di Semarang. tentunya, Phillip jadi salah satu saksi perjalanan hidup mulai dari masalah keluarga, percintaan, karir, gossip (yeap heheh) bahkan sampai kenakalan-orang-gede yang anonoh heheheh.

Bersamanya, saya diajak pergi ke Semawis.

Belum pernah ke Semawis.


Yang ndak tau apa itu Semawis --sama seperti saya--, ndak usah repot. Saya sudah tanya sama mas Google dan saya kupi pes yaaa nukilan
infonya:

.....................................................................

"Pasar Semawis, atau dikenal juga sebagai Waroeng Sema
wis, adalah pasar malam di daerah pecinan Kota Semarang. Pasar ini awalnya merupakan gagasan dari perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata).

Pasar Semawis bermula dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis di tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional di Indonesia.


Buka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam disepanjang jalan Gang Warung, Pecinan - Semarang, Pasar Semawis menyajikan be
raneka ragam hidangan yang bisa anda pilih bersama keluarga mulai dari pisang plenet khas Semarang, nasi ayam, es puter, kue serabi, aneka sate, bubur kacang hingga menu - menu steamboat yang menarik untuk dicicipi. Pusat jajanan terpanjang di Semarang ini buka mulai jam 6 sore hingga tengah malam"

.............................................................


Kalau dibaca infonya dari Mas Google itu, mestinya sih kemarin, Semawis ndak buka.


Ngaaaajaaaaib' (tirukan gaya Asmuni Srimulat) ... lha kok kemarin Semawis nggelar dagangan.

Perkenalan saya dengan Semawis ternyata tidak menjadi sekedar rasa suka hati cacing-cacing di perut ini dengan parade kuliner disana. suasananya sedemikian kawan:


Hati tenang kalau perut kenyang. Lapar mata lapar perut terbayar dengan satu piring nasi campur yang uenaknya betul betul!

Ditutup sukses dengan satu gelas Liang Tea dingin.


Tamasya dilanjutkan. berkelilinglah saya di sana. Aroma macam-macam kuliner seperti berarak-arak di belakang kami.

Pisang plenet saus susu krim kental


Sate usus babi yang gurih

Martabak manis Gang Warung yang tipis kering legit


Bakpao mini isi kacang hijau yang berlompatan dari dandang

koko dan cici berlogat cina semarang


"kowe meh da mana ci'? moi moi ne kok ndak diajak
?"

"Yo ndak isa tho koh ... lha wong akune' wa
e misih da sini .. misih makan gitu o'!"

berlaku seperti pelet yang membuatku mau datang
kembali.

Tak jauh dari kami, karaoke gratisan pinggir jalan digelar. Om, tante, opa, oma berkumpul mengusir rasa sepi ditinggal anak cucu merantau dan ndak pulang-pulang. Mungkin juga untuk menawar rasa rindu kampung halaman dengan lagu-lagu mandarin yang sering dialih bahasa jawa dengan irama campur sari.

Sambil lalu, kami yang masih lajang ini melihat mereka meluapkan rasa lewat tarik suara.

"Gus, kita nanti kalau tua mungkin kayak gitu ya ... ngumpul biar nggak kesepian!"

"Iya Phil,
tua sih boleh phil ... tapi semoga badanku ndak segede buntelan dosa begini kalau aku udah tua ya ... setidaknya lebih kurus... teteup!"

"Gus.... gendut mah gendut aja!"


ya ya ya kawanku ini memang terkenal dengan mulut siletnya .....

Semawis berusaha menawarkan apa saja. bahkan pijat pinggir jalan murah meriah.

Sayang, kenikmatan pijatan pudar gara-gara yang mijet aku bau ketek! baunya sumebyar semriwing setiap dia deket2 mijet badanku.. weleh-weleh ... mumet!

Penutup dari pertemuan saya dengan Semawis dihabiskan di tempat ini


Aku selalu percaya bahwa manusia tidak akan pernah bisa membaca pikiran Gusti Allah.

Kalau manusia sudah bisa membaca rencana Gusti Allah... maka, Tuhan kita sudah tidak LUAR BIASA! begitu bukan?

demikian juga dengan tukang ramal.

yang kupercaya dari mereka adalah ... mereka seperti cermin yang memantulkan balik segala sinyal gelombang rasa yang kita pancarkan diluar dari bahasa dan suara ...

Bapak tua tukang ramal ini seperti cermin jernih yang mampu memantulkan balik imajiku sendiri saat berbicara dengannya.

"Nyooo ... Sinyo tuh boros ndak karu-karuan ... ndak boleh lho Nyooo!"

"Sinyo nih sebenarnya pinter banget lho... tapi pemales! ndak boleh Nyooo ... kalau Nyoo bisa menghilangken sifat pemales, kamu bisa lebih sukses!"

"Kamu tuh orangnya ndak tegaan ya ... ndak isa buka toko Nyoo ... bisa-bisa tokomu habis dikasih-kasih isine sama kamu..."

"Nyooo ... jangan pernah membeli pertemanan dengan uang ... kamu tuh rada minderan ya !? padahal ndak ada alasan buat minder lho .... ati-ati Nyooo ... banyak yang berteman sama kamu cuma pas kamu lagi banyak uang Nyooo!"

"Mamahmu sehat ... tapi kok kayaknya lagi banyak pemikiran .. pemikiran apa aku ndak tau Nyoo"

.................. Aaaaah, Bapak tua yang bertindak seperti cermin yang jernih ....

Semawis ... besok saya berkunjung lagi ya....

2 comments:

lelaki aneh said...

dan aku pun akhirnya berkunjung tepatnya terdampar di tempat ini, kok yo ngerasa nyaman banget baca tulisanmu, jatuh cintakan aku?????

Arya said...

mas lelaki aneh :) salam kenal ... semoga semakin betah berkunjung ke sini ya