Saya selalu suka dengan kedai kopi.
Jangan ditanya apakah saya menyenangi kopi.
Berkali-kali kubilang dan sekali lagi kunyatakan, aku tak pernah menyenangi serangan rasa pahit saat meminunnya.
Kalau mau sedikit drama, aku lebih suka dipaksa minum brotowali dibanding minum kopi.
hubungan saya dengan kopi seperti benci tapi rindu.
benci rasanya, kangen aromanya.
Balik lagi tentang kedai kopi.
Pada satu waktu aku pernah bilang sama si Mamah,
"Kalau aku mbesok sudah berkelimpahan uang, aku mau bikin kedai kopi kecil... kubuat senyaman mungkin. Musik lamat-lamat. Kudapan kecil-kecil sekepalan tangan bayi. Yang datang aku ajak kenal dan berteman. Ngobrol ngalor ngidul sambil nyebul rokok kretek dan gemuyu ndak tentu. Kedai kopi ku jadi sarang mencuri sunyi sementara waktu. Yang datang bisa numpang menangis. Kopi buatanku tidak diseruput sambil lalu. Roti keju buatanku dinikmati tidak buru-buru. Lha wong, aku ndak nyari uang disitu.... kan udah banyak uang"
"Kalau aku mbesok sudah berkelimpahan uang, aku mau bikin kedai kopi kecil... kubuat senyaman mungkin. Musik lamat-lamat. Kudapan kecil-kecil sekepalan tangan bayi. Yang datang aku ajak kenal dan berteman. Ngobrol ngalor ngidul sambil nyebul rokok kretek dan gemuyu ndak tentu. Kedai kopi ku jadi sarang mencuri sunyi sementara waktu. Yang datang bisa numpang menangis. Kopi buatanku tidak diseruput sambil lalu. Roti keju buatanku dinikmati tidak buru-buru. Lha wong, aku ndak nyari uang disitu.... kan udah banyak uang"
Kedai kopi yang tak menjual kopi dan penganan semata.
Kedai kopi yang menjual cinta dan gairah hidup pemiliknya.
Selama aku merantau, jarang aku menemukan Kedai kopi seperti dalam angan.
Sampai kemudian satu waktu, kawan dari masa lalu menghubungi dan menghubungi.
"Aku mau pamer sama kamu! Kamu sudah keduluan... Kamu harus datang!", katanya.
Aku tau kawanku itu mau pamer apa.
Kedai kopi yang tidak biasa.
Temu janji beberapa kali tak pernah bisa.
Sampai pada satu hari Aku bisa menyambangi.
Aku seperti disodori bentuk jadi dari mimpi.
Entah apakah kawanku ini punya mimpi yang sama, tapi Aku benar-benar seperti diberi lihat kayak apa nanti pada satu saat satu waktu Gusti Sing Paring Urip menjawab mimpi tentang kedai kopi.
Koffiedoeloe nama tempatnya.
Seperti rumah penampakannya.
Sederhana.
Seperti berkunjung ke rumah Eyang Kakung yang ada di Yogya.
Kursi model tua.
Mesin jahit jaman dulu yang kayaknya sih masih bisa dikaryakan selayaknya dulu Mamahku menisik bolong di pantat celana seragam SD karena aku si badung tak kunjung segera pulang tapi malah main gelosotan sama anak-anak kampung sebelah.
Barang-barang tua yang sepertinya langsung angkut dari kampung dan ditaruh sana sini di dalam lemari jaman Simbah Putri masih suka dansa dansi.
Deretan rokok kampung yang ndak akan pernah ditemu di warung rokok pinggir jalan pasar Benhil. Bukan untuk dijual tentu saja! lha wong nyari rokok begitu susahnya bukan kepalang.
Doaku yang ini tentu saja tidak akan pernah dijawab Gusti Allah... apalagi kalau didengar oleh kawanku itu.
Aku berdoa supaya kedai kopi kawanku itu jangan terlalu ramai hahahaha...
Lha piye, aku lebih merasa lebih nyaman begitu...
Kamu tau kan seperti apa rasanya punya barang yang sudah lama dibawa mimpi terus tiba-tiba ada jadi di depan mata?
Dari detil sederhana yang ada, aku bisa bilang, buat kawanku itu, "Koeffiedoeloe" seperti anaknya.
detil sederhana kaya makna
detil sederhana yang ditata dengan cinta
runtut kubaca daftar minumannya...
hemmm aroma jeruk adalah aroma kedua yang paling aku suka selain aroma kopi.
membayangkan kopi berkawin dengan jeruk seharmonis coklat berkawin dengan jeruk rasanya kok terlalu berharap banyak.
Iya, pernah ada kudengar kopi rasa jeruk.
Tapi memesannya saja sudah enggan.
Kayak apa rasanya ya?
Aku ditendang Kopi Djeroek Tjoklat.
Kopi Djeroek Tjoklat tersinggung aku meragukan hasil perkawinan kopi dan jeruk.
Rasanya dahsyat
Aromanya nikmat
Sialan, aku dipaksa menjilat ludah sendiri.
Aku yang tak suka pahit kopi bisa dibuat terkintil-kintil seperti kenap panah asmara.
Kawanku bilang, "Kamu harus coba Es Kopi Spesial Koffiedoeloe!"
Dalam hati sebenarnya merutuk, "Cis! aku sudah jatuh cinta dengan tempatnya ... masakan masih kurang?"
Hemmm ... ternyata rasanya lumayan enak.
Wong londo bilang ini kopi "eggnog"
Disini, versi es eggnog ala Indonesia... disesuaikan dengan lidah jowo.
Yaaaa ok lah! sedap! ... ndak sampai taraf "sedap betul!" buatku pribadi.
Aku lebih banyak bengong sendiri sambil asyik sendiri menulis.
Mungkin buat kawanku menyebalkan... lha wong sudah lama ndak ketemu kok ya diabaikan karena aku lebih memilih tenggelam menikmati suasana dan asyik sendiri dengan isi kepalaku.
Ini opini pribadi, menurutku:
Abaikan suara lamat-lamat motor lalu lalang di depan kedai.
Bersiaplah seperti berkunjung ke rumah eyang yang nyaman.
duduk manis.
nikmati rasa.
nikmati kopinya.
makan bila perlu kalau lapar.
karena,
kedai kopi ini rasa cinta pemiliknya.
kedai kopi ini rasa cinta pemiliknya.
satu-satunya yang harus diwaspadai adalah:
kamu bisa sangat jatuh cinta dengan tempat ini.
catatan:Aku ndak dibayar apa-apa ya oleh pemilik kedai kopi ini ... jadi jangan anggap tulisan ini advertorial heheheh