Berbagi Suami
Film baru yang disutradarai Nia Dinata setelah film arisan. Film dengan tiga cerita yang berbeda dengan tiga pemeran utama perempuan yang menurutku mereka bermain bagus banget ! eits , ingat ... komentarku ini sangat personal ... abaikan saja bagian ini kalau anda memilih untuk lebih percaya kepada para kritikus film yang kolom kritiknya termuat dalam surat kabar .
Film ini dibintangi oleh Jajang C Noer, Shanty, dan Dominique.
Tiga Cerita dengan inti permasalah yang sama.
Poligami ...
Satu bagian cerita merupakan potongan dari masa kecilku sampai sekarang.
tidak percaya ? hemmm ... mari kita mengkilas balik. perhatikan baik-baik pohon silsilah ini :
Pak Haji (oleh : El Manik) ... dan Ayahku
Pak Haji , Berkata : "Salma .... Abang memilih untuk menikah lagi untuk menghindari Zinah ... lagi pun, pernahkah Salma merasa sayang abang berkurang untuk Salma?"
Yang berloncatan di otakku : " oh oh oh ... jadi satu argumen yang muncul pertama darimu untuk menikah lagi, adalah karena kelaminmu melonjak-lonjak karena tak puas lah kau dengan istrimu di ranjang ... dan ketika ada wanita lain dengan betis mulus warna putih susu dan senyum semanis madu ... atas nama menghindari zina dan atas nama menghindari tempat bernama pelacuran.. untuk menidurkan kelaminmu berhenti melonjak-lonjak ... kau nikahi ia?! ... lelaki memang terkenal dengan pola pikirnya yang sangat linear ..."
yang berloncatan di otakku kembali : "baiklah, lonjakan kelaminmu mereda ... dan akhirnya pun kau jatuh sayang kepadanya ... padanya dan Salma --istri pertamamu-- ... sampai di titik ini pun kutak tau ... mungkinkah hati seorang lelaki itu seperti deretan Rumah Sederhana tipe 36 dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu merangkap ruang keluarga, satu dapur kecil, dan satu kamar mandi ? ... sama rata dan sama besar ... satu perasaanmu untuk satu wanita dan sang wanita mendapatkan satu blok rumah dalam deretan komplek rumah sederhana tipe 36 di hatimu ... sementara itu, ada banyak blok rumah yang kosong yang nanti pun kau bisa isi dengan wanita yang lain dengan perasaan yang sama dan perabotan yang sama ................................ kalau ternyata deret rumah itu penuh pun... jangan kuatir, nikmati saja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga yang kompetitif hingga kau bisa bangun kembali deret rumah sederhana tipe 36 yang baru...................................................... sungguh ku tak tahu kalau hati lelaki itu penuh sekat-sekat sedemikian"
Kembali lagi ada hal yang berloncatan di otakku : " Yaaah --menghela napas-- Pak Haji ... bagaimanapun aku masih anggap kau lelaki ... lelaki yang benar-benar lelaki, berani menatap yang disayangnya dan mengatakan hal sedemikian ... tahukah kau ? Ayahku dulu pernah menghilang begitu saja tanpa pesan mulai aku kelas 3 SD sampai ku kelas 6 SD ... tanpa pesan ... dan tiba-tiba dia datang kembali ke kehidupan kami"
Ayahku
"Agus ... main aja kamu kerjaannya .. belajar!"
--aku menatap nanar ke lelaki itu, aku seperti menatap satu orang pejabat VOC yang memaksa kaum inlander menanam pohon jarak secara paksa ... aku disuruh menanam pohon jarak--
"Kamu nih boros banget sih ... beli-beli kaset ... mending uangnya ditabung"
--aku menatap nanar ke lelaki itu, melarang ini melarang itu ... sejak kau menghilang, kupikir kau juga sudah melepaskan hakmu untuk menentukan apa yang baik dan yang buruk untukku-
"Cari uang itu susah .. jangan boros"
--aku menatap nanar ke lelaki itu... aku tau kok cari uang itu susah ... adakah kau bersama kami ketika jualan gorengan ibu hampir setengahnya tak laku terjual dan kami makan nasi dengan lauk bakwan gorengan ibu seharian ? ... adakah kau bersama kami ketika aku dan aan memetik pucuk daun singkong untuk dibuat sayur demi menghemat uang sampai akhir minggu ? ... adakah kau bersama kami ketika untuk menikmati ikan asin japuh pun kami harus berhutang dulu ke warung sebelah ? ... kau bilang cari uang itu susah ?! ... kau terlambat mengatakannya ... kubelajar itu ketika kau tak ada--
"Jadi anak laki jangan cengeng ... anak lelaki harus kuat !"
--iya, dibanding adikku .. aku lebih gampang menangis ... anak ayam peliharaanku mati, aku menangis ... liat film ratapan anak tiri, aku menangis ... ketika engkau pergi pun aku menangis ... aku bingung dengan yang kau maksud jadi laki-laki harus kuat jangan cengeng ... badanku sekelingking saja... aku ndak pernah menang kalau berantem... jadi kalau menangis, berarti aku bukan laki-laki yang kuat menurutmu ? baiklah, jangan kuatir ... aku menangis untukmu hanya satu kali ... setelah itu air mataku membatu ... berarti aku kuat dong !? ... aku menangis untuk hal-hal lain ... tapi tidak untukmu pastinya.
Aku menangis ketika ku tahu ibuku harus ngutang supaya kami bisa sarapan ... aku menangis ketika ku tahu kami bertiga --ibu, aku, adikku-- harus mengontrak sebuah rumah petak tanpa sekat kamar dengan tetangga seorang wanita malam dan sepasang junkie tanpa pekerjaan yang tetap yang pada akhirnya radio kesayangan kami pun mereka curi setelah tiga bulan kami tinggal di situ ...
Aku menangis ketika tangan halus ibuku berangsur-angsur jadi kapalan karena tidak ada pompa dan harus menimba dengan kerekan tali timba dan karenanya tangan halus ibuku berkurang sensitivitasnya untuk memetik dawai gitar, padahal ibuku main gitar dan kami bernyanyi adalah obat pelipur duka lara kala kami semua sedang mengusir rasa ingin menangis...
"Kamu nih kalo dikasih tau pasti njawab ! keras kepala banget sih ? kamu benci ya sama aku ?!"
kebencian itu sudah hilang ... sudah hilang benciku begitu kau melangkah keluar dari kehidupan kami bertiga ... hilang benciku, hilang pula sayangku ...
Kebencian itu berubah menjadi terima kasih ...
terima kasih,
karena kau pergi ..... aku menjadi kuat ... aku menjadi kuat lebih dari yang kau bayangkan
karena kau pergi ... aku mendapat kesempatan untuk mengecap benar apa itu rasa pahit ... getirnya melebihi rasa obat dalam kapsul yang telanjur pecah di ujung kerongkongan ... karena aku sudah mengecap benar apa itu rasa pahit .... maka aku tau benar apa itu rasa manis. Kalau kau tak pergi ... belum tentu aku mensyukuri dengan sebenar apa itu rasa manis ...
karena kau pergi ... tak mudahlah aku merasa disakiti ... kau pergi seperti layaknya garam yang terbatur di parut luka yang masih basah ... apakah yang lebih sakit dari itu ? kupikir tidak ada ... jadi, jangan pernah membahas seperti apa rasa disakiti dengan ku ... aku jadi kebal seperti atraksi sang kuda lumping yang kebas tak bergeming ketika ia dicambuki.
karena kau pergi .... kau seperti menyalakan tungku si pandai besi ... dan kami --aku, ibu, adik-- adalah besi yang dicelupkan kedalam tungku ... merah menyala dan berkali-kali dipukuli martil dan akhirnya berubah menjadi pedang tajam tak ada dua ... sekarang bara besi itu sudah mendingin ... pedangnya mampu mengiris apapun yang menghalangi jalannya.
terima kasih karena kau pernah sempat pergi dari kehidupan kami
ketika kau datang, hilanglah maknamu untukku.
Indri, Istri Kedua (Oleh :Nungki Kusumastuti) dan ..........Sofiatun
Indri (Nungki Kusumastuti) : "Saya juga ndak mau ada di kondisi seperti ini kok"
Yang berloncatan di otakku : "iya ... aku sangat menyadari cinta itu buta ... tapi tidak manusianya ...
"Kenalkan ini .. namanyaMbak Sofiatun !"
--Bapak, jadi ini yang membuatmu menghilang dari kami lebih dari dua tahun ? cantik ... badannya wangi ... Ibu kalah wangi dibanding wanita ini ... pasti tangannya tak pernah merasakan tergores parutan kelapa untuk diperas santannya untuk dibuat putu mayang dan dijual ... pasti dari mulutnya tak pernah terucap : "Bu, ngutang dulu ya ... nanti akhir bulan dibayar deh!" ketika dia menyuruh anaknya pergi ke warung membeli telur setengah kilo ... ku yakin pula dari tubuhnya tidak meruap aroma terik matahari seperti ketika ibuku mengantar kami berjalan kaki 20 menit menuju sekolah saat kami harus masuk siang dan tak ada uang untuk naik angkot ... tapi aku lebih nyaman memeluk Ibuku dengan aroma terik matahari meruap dari tubuhnya--
"Saya sayang sama bapakmu.."
--Baguslah ... menghilang satu rasa sayang ... datang rasa sayang yang lain ... hilang dariku ... datang darimu ... kupikir keseimbangan itu akan tetap terjaga .............. dalam bentuk yang paling aneh sekalipun--
"Aku juga nggak mau dianggap sebagai ibumu... jangan benci aku karena aku sayang sama bapakmu"
--aku juga tak pernah menganggap aku punya dua ibu ... ibuku cuma satu ... dan akan sebegitu sampai akhirnya ... aku juga tak benci ... ehmmm , baiklah-baiklah ... awalnya kubenci kau ... sesederhana pemikiran seorang bocah SD ... tapi itu cuma sebentar ... aku terlalu sibuk dengan kegiatan menambal bocor disana-sini ... hatiku bocor dan aku sibuk menambalnya ... kuabaikan saja kehadiranmu ...
aku terlalu sibuk membantu menambal bocor disana-sini ..... hati adikku bocor dan aku sibuk menambalnya .... kuabaikan saja kehadiranmu
aku terlalu sibuk membantu menambal bocor disana-sini ... hati ibuku bocor dan aku sibuk menambalnya... kuabaikan saja kehadiranmu
penjelmaan dirimu untuk ayahku adalah manifestasi rasa sayangku yang hilang ... jangan kau tanya apakah aku masih punya rasa itu untuk ayahku ..... karena kupikir .......... yaaaah hilang dariku .. datang darimu
maknai saja eksistensi masing-masing seperti irisan di dua buah lingkaran ... porsi kita sedikit ... dan jangan ganggu bagian yang tak bertumbukan dalam kehidupan kita.
Ima, Istri Ketiga (Oleh : Atiqah) .... dan Anita
aku memandang nanar ke arah inkubator ...
ada bayi merah didalamnya
jadi ini anaknya ?
jadi ini adikku ?
o.. o... o umurnya baru 23 tahun
pantas jadi adikku
tidak, tidak jadi adikku ... karena ia adalah istri ayahku
tidak , aku tidak marah padamu
kecewa ? buat apa kecewa
terlalu banyak kejutan dalam hidupku
kejutan yang ini tak seberapa
Sarjana Arsitektur Undip ...
pintar ...
satu nasehat untukmu, wahai istri ketiga ayahku ...
jangan jadi ibu rumah tangga diam di rumah
bekerjalah ...
gaji ayahku terbagi tiga ? .. susahlah kau mencukupi biaya susu formula anakmu setiap bulannya
Salma, Istri Pertama (Oleh : Jajang C Noer) .... dan Ibuku
"Jangan kau tanya kenapa ku masih mencintanya ..."
--aku tak pernah tau dalamnya hati wanita--
"Pada satu saat dia akan datang"
--seandainya bisa kudongkel dan kubuang harapanmu itu--
"Dia butuh bantuan kita"
--kemanakah gerangan ia ketika kubutuh bantuannya--
"Dia tetap sayang sama kita semua"
--sayangku pergi ketika dia pergi... tak kutak membenci .... aku terlalu lelah tuk membenci--
"Pada satu saat dia akan mengerti"
--adakah pada satu saat senja tak muncul di ufuk ... tapi menclok di loteng rumah kita?--
"Aku cinta padanya ..."
--sudah kubilang, aku tak mengerti kenapa perempuan demikian bisa mencinta ...--
Nadim (Oleh: Winky Wiryawan) ... dan aku
benci ?
tidak
sayang ?
apakah sayang itu ? ... tak mengerti aku dengan yang ini ... sayangkah ku dengannya ?.... kalau ku sedih ketika ia pergi ... bahkan ketika kumarah dengannya ... bahkan ketika kukecewa dengannya ... sayangkah ku dengannya ?
bersyukur kah ketika ia pergi ?
aku tak tau ... yang ku tau ... ketika dia pergi ... aku seperti meminum tonik obat kuat ....
jangan samakan aku dengan yang dulu
layar ditutup ................................................. dan film ini menetap di hatiku ......