Sunday, March 26, 2006

Berbagi Suami ...

Aku bukan kritikus film yang handal ... tapi setelah nonton film ini ... aku seperti terlempar ke masa lalu ...


Berbagi Suami


Film baru yang disutradarai Nia Dinata setelah film arisan. Film dengan tiga cerita yang berbeda dengan tiga pemeran utama perempuan yang menurutku mereka bermain bagus banget ! eits , ingat ... komentarku ini sangat personal ... abaikan saja bagian ini kalau anda memilih untuk lebih percaya kepada para kritikus film yang kolom kritiknya termuat dalam surat kabar .
Film ini dibintangi oleh Jajang C Noer, Shanty, dan Dominique.
Tiga Cerita dengan inti permasalah yang sama.
Poligami ...
Satu bagian cerita merupakan potongan dari masa kecilku sampai sekarang.
tidak percaya ? hemmm ... mari kita mengkilas balik. perhatikan baik-baik pohon silsilah ini :





Pak Haji (oleh : El Manik) ... dan Ayahku

Pak Haji , Berkata : "Salma .... Abang memilih untuk menikah lagi untuk menghindari Zinah ... lagi pun, pernahkah Salma merasa sayang abang berkurang untuk Salma?"

Yang berloncatan di otakku : " oh oh oh ... jadi satu argumen yang muncul pertama darimu untuk menikah lagi, adalah karena kelaminmu melonjak-lonjak karena tak puas lah kau dengan istrimu di ranjang ... dan ketika ada wanita lain dengan betis mulus warna putih susu dan senyum semanis madu ... atas nama menghindari zina dan atas nama menghindari tempat bernama pelacuran.. untuk menidurkan kelaminmu berhenti melonjak-lonjak ... kau nikahi ia?! ... lelaki memang terkenal dengan pola pikirnya yang sangat linear ..."

yang berloncatan di otakku kembali : "baiklah, lonjakan kelaminmu mereda ... dan akhirnya pun kau jatuh sayang kepadanya ... padanya dan Salma --istri pertamamu-- ... sampai di titik ini pun kutak tau ... mungkinkah hati seorang lelaki itu seperti deretan Rumah Sederhana tipe 36 dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu merangkap ruang keluarga, satu dapur kecil, dan satu kamar mandi ? ... sama rata dan sama besar ... satu perasaanmu untuk satu wanita dan sang wanita mendapatkan satu blok rumah dalam deretan komplek rumah sederhana tipe 36 di hatimu ... sementara itu, ada banyak blok rumah yang kosong yang nanti pun kau bisa isi dengan wanita yang lain dengan perasaan yang sama dan perabotan yang sama ................................ kalau ternyata deret rumah itu penuh pun... jangan kuatir, nikmati saja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga yang kompetitif hingga kau bisa bangun kembali deret rumah sederhana tipe 36 yang baru...................................................... sungguh ku tak tahu kalau hati lelaki itu penuh sekat-sekat sedemikian"

Kembali lagi ada hal yang berloncatan di otakku : " Yaaah --menghela napas-- Pak Haji ... bagaimanapun aku masih anggap kau lelaki ... lelaki yang benar-benar lelaki, berani menatap yang disayangnya dan mengatakan hal sedemikian ... tahukah kau ? Ayahku dulu pernah menghilang begitu saja tanpa pesan mulai aku kelas 3 SD sampai ku kelas 6 SD ... tanpa pesan ... dan tiba-tiba dia datang kembali ke kehidupan kami"

Ayahku

"Agus ... main aja kamu kerjaannya .. belajar!"

--aku menatap nanar ke lelaki itu, aku seperti menatap satu orang pejabat VOC yang memaksa kaum inlander menanam pohon jarak secara paksa ... aku disuruh menanam pohon jarak--

"Kamu nih boros banget sih ... beli-beli kaset ... mending uangnya ditabung"

--aku menatap nanar ke lelaki itu, melarang ini melarang itu ... sejak kau menghilang, kupikir kau juga sudah melepaskan hakmu untuk menentukan apa yang baik dan yang buruk untukku-

"Cari uang itu susah .. jangan boros"

--aku menatap nanar ke lelaki itu... aku tau kok cari uang itu susah ... adakah kau bersama kami ketika jualan gorengan ibu hampir setengahnya tak laku terjual dan kami makan nasi dengan lauk bakwan gorengan ibu seharian ? ... adakah kau bersama kami ketika aku dan aan memetik pucuk daun singkong untuk dibuat sayur demi menghemat uang sampai akhir minggu ? ... adakah kau bersama kami ketika untuk menikmati ikan asin japuh pun kami harus berhutang dulu ke warung sebelah ? ... kau bilang cari uang itu susah ?! ... kau terlambat mengatakannya ... kubelajar itu ketika kau tak ada--

"Jadi anak laki jangan cengeng ... anak lelaki harus kuat !"

--iya, dibanding adikku .. aku lebih gampang menangis ... anak ayam peliharaanku mati, aku menangis ... liat film ratapan anak tiri, aku menangis ... ketika engkau pergi pun aku menangis ... aku bingung dengan yang kau maksud jadi laki-laki harus kuat jangan cengeng ... badanku sekelingking saja... aku ndak pernah menang kalau berantem... jadi kalau menangis, berarti aku bukan laki-laki yang kuat menurutmu ? baiklah, jangan kuatir ... aku menangis untukmu hanya satu kali ... setelah itu air mataku membatu ... berarti aku kuat dong !? ... aku menangis untuk hal-hal lain ... tapi tidak untukmu pastinya.

Aku menangis ketika ku tahu ibuku harus ngutang supaya kami bisa sarapan ... aku menangis ketika ku tahu kami bertiga --ibu, aku, adikku-- harus mengontrak sebuah rumah petak tanpa sekat kamar dengan tetangga seorang wanita malam dan sepasang junkie tanpa pekerjaan yang tetap yang pada akhirnya radio kesayangan kami pun mereka curi setelah tiga bulan kami tinggal di situ ...

Aku menangis ketika tangan halus ibuku berangsur-angsur jadi kapalan karena tidak ada pompa dan harus menimba dengan kerekan tali timba dan karenanya tangan halus ibuku berkurang sensitivitasnya untuk memetik dawai gitar, padahal ibuku main gitar dan kami bernyanyi adalah obat pelipur duka lara kala kami semua sedang mengusir rasa ingin menangis...

"Kamu nih kalo dikasih tau pasti njawab ! keras kepala banget sih ? kamu benci ya sama aku ?!"

kebencian itu sudah hilang ... sudah hilang benciku begitu kau melangkah keluar dari kehidupan kami bertiga ... hilang benciku, hilang pula sayangku ...

Kebencian itu berubah menjadi terima kasih ...

terima kasih,

karena kau pergi ..... aku menjadi kuat ... aku menjadi kuat lebih dari yang kau bayangkan

karena kau pergi ... aku mendapat kesempatan untuk mengecap benar apa itu rasa pahit ... getirnya melebihi rasa obat dalam kapsul yang telanjur pecah di ujung kerongkongan ... karena aku sudah mengecap benar apa itu rasa pahit .... maka aku tau benar apa itu rasa manis. Kalau kau tak pergi ... belum tentu aku mensyukuri dengan sebenar apa itu rasa manis ...

karena kau pergi ... tak mudahlah aku merasa disakiti ... kau pergi seperti layaknya garam yang terbatur di parut luka yang masih basah ... apakah yang lebih sakit dari itu ? kupikir tidak ada ... jadi, jangan pernah membahas seperti apa rasa disakiti dengan ku ... aku jadi kebal seperti atraksi sang kuda lumping yang kebas tak bergeming ketika ia dicambuki.

karena kau pergi .... kau seperti menyalakan tungku si pandai besi ... dan kami --aku, ibu, adik-- adalah besi yang dicelupkan kedalam tungku ... merah menyala dan berkali-kali dipukuli martil dan akhirnya berubah menjadi pedang tajam tak ada dua ... sekarang bara besi itu sudah mendingin ... pedangnya mampu mengiris apapun yang menghalangi jalannya.

terima kasih karena kau pernah sempat pergi dari kehidupan kami

ketika kau datang, hilanglah maknamu untukku.

Indri, Istri Kedua (Oleh :Nungki Kusumastuti) dan ..........Sofiatun

Indri (Nungki Kusumastuti) : "Saya juga ndak mau ada di kondisi seperti ini kok"

Yang berloncatan di otakku : "iya ... aku sangat menyadari cinta itu buta ... tapi tidak manusianya ...

"Kenalkan ini .. namanyaMbak Sofiatun !"

--Bapak, jadi ini yang membuatmu menghilang dari kami lebih dari dua tahun ? cantik ... badannya wangi ... Ibu kalah wangi dibanding wanita ini ... pasti tangannya tak pernah merasakan tergores parutan kelapa untuk diperas santannya untuk dibuat putu mayang dan dijual ... pasti dari mulutnya tak pernah terucap : "Bu, ngutang dulu ya ... nanti akhir bulan dibayar deh!" ketika dia menyuruh anaknya pergi ke warung membeli telur setengah kilo ... ku yakin pula dari tubuhnya tidak meruap aroma terik matahari seperti ketika ibuku mengantar kami berjalan kaki 20 menit menuju sekolah saat kami harus masuk siang dan tak ada uang untuk naik angkot ... tapi aku lebih nyaman memeluk Ibuku dengan aroma terik matahari meruap dari tubuhnya--

"Saya sayang sama bapakmu.."

--Baguslah ... menghilang satu rasa sayang ... datang rasa sayang yang lain ... hilang dariku ... datang darimu ... kupikir keseimbangan itu akan tetap terjaga .............. dalam bentuk yang paling aneh sekalipun--

"Aku juga nggak mau dianggap sebagai ibumu... jangan benci aku karena aku sayang sama bapakmu"

--aku juga tak pernah menganggap aku punya dua ibu ... ibuku cuma satu ... dan akan sebegitu sampai akhirnya ... aku juga tak benci ... ehmmm , baiklah-baiklah ... awalnya kubenci kau ... sesederhana pemikiran seorang bocah SD ... tapi itu cuma sebentar ... aku terlalu sibuk dengan kegiatan menambal bocor disana-sini ... hatiku bocor dan aku sibuk menambalnya ... kuabaikan saja kehadiranmu ...

aku terlalu sibuk membantu menambal bocor disana-sini ..... hati adikku bocor dan aku sibuk menambalnya .... kuabaikan saja kehadiranmu

aku terlalu sibuk membantu menambal bocor disana-sini ... hati ibuku bocor dan aku sibuk menambalnya... kuabaikan saja kehadiranmu

penjelmaan dirimu untuk ayahku adalah manifestasi rasa sayangku yang hilang ... jangan kau tanya apakah aku masih punya rasa itu untuk ayahku ..... karena kupikir .......... yaaaah hilang dariku .. datang darimu

maknai saja eksistensi masing-masing seperti irisan di dua buah lingkaran ... porsi kita sedikit ... dan jangan ganggu bagian yang tak bertumbukan dalam kehidupan kita.

Ima, Istri Ketiga (Oleh : Atiqah) .... dan Anita

aku memandang nanar ke arah inkubator ...

ada bayi merah didalamnya

jadi ini anaknya ?

jadi ini adikku ?

o.. o... o umurnya baru 23 tahun

pantas jadi adikku

tidak, tidak jadi adikku ... karena ia adalah istri ayahku

tidak , aku tidak marah padamu

kecewa ? buat apa kecewa

terlalu banyak kejutan dalam hidupku

kejutan yang ini tak seberapa

Sarjana Arsitektur Undip ...

pintar ...

satu nasehat untukmu, wahai istri ketiga ayahku ...

jangan jadi ibu rumah tangga diam di rumah

bekerjalah ...

gaji ayahku terbagi tiga ? .. susahlah kau mencukupi biaya susu formula anakmu setiap bulannya

Salma, Istri Pertama (Oleh : Jajang C Noer) .... dan Ibuku

"Jangan kau tanya kenapa ku masih mencintanya ..."

--aku tak pernah tau dalamnya hati wanita--

"Pada satu saat dia akan datang"

--seandainya bisa kudongkel dan kubuang harapanmu itu--

"Dia butuh bantuan kita"

--kemanakah gerangan ia ketika kubutuh bantuannya--

"Dia tetap sayang sama kita semua"

--sayangku pergi ketika dia pergi... tak kutak membenci .... aku terlalu lelah tuk membenci--

"Pada satu saat dia akan mengerti"

--adakah pada satu saat senja tak muncul di ufuk ... tapi menclok di loteng rumah kita?--

"Aku cinta padanya ..."

--sudah kubilang, aku tak mengerti kenapa perempuan demikian bisa mencinta ...--

Nadim (Oleh: Winky Wiryawan) ... dan aku

benci ?

tidak

sayang ?

apakah sayang itu ? ... tak mengerti aku dengan yang ini ... sayangkah ku dengannya ?.... kalau ku sedih ketika ia pergi ... bahkan ketika kumarah dengannya ... bahkan ketika kukecewa dengannya ... sayangkah ku dengannya ?

bersyukur kah ketika ia pergi ?

aku tak tau ... yang ku tau ... ketika dia pergi ... aku seperti meminum tonik obat kuat ....

jangan samakan aku dengan yang dulu

layar ditutup ................................................. dan film ini menetap di hatiku ......

37 comments:

Anonymous said...

wah ceritamu sungguh menyentuh :)

and gue juga suka film ini!
sampai nonton 2 kali!! :D

bowo

Anonymous said...

GUS ! postingan loe yg satu ini gue kasih rating 4 jempol !!! bagus !! good job man !

*kejengkang karena maksain ngakkat jempol kaki juga*

Way

IndigoDeviLLe said...

Gus, memaafkan yg sempurna itu tidak hanya memaafkan saja, tapi juga melupakannya.
Ini tidak kita lakukan hanya untuk mereka yg telah menyakiti kita, tetapi juga untuk diri kita sendiri supaya tidak terus menggotong beban ini ke episode2 hidup kita berikutnya.
Capek Gus, Capek...

Been there, done that...

mutiara nauli pohan said...

aku setuju ma mas kardi
belajar lah untuk memaafkan mas
pasti jauh lebih tenang jadi nya

aku sayang kmu mas kuuuu

Apey said...

Gus....*speechless*...aku merinding baca postinganmu nih. Tetaplah "ada" dengan segala kekuatan buat Ibu ya..I know how's you feel. I've been there and made it through. That's life brother :)
btw, minggu 2 april gw ke Jkt..pengen kopdaran ma temen2 nih :) yuukk

guario said...

Gue tahu susah banget ngebuang kegetiran. Soalnya bo, hidup dalam kegetiran itu adalah hidup yang nggak menikmati hidup. Lo akan cenderung melihat sisi buruk dalam segala hal, bukan sisi baik. Tapi gue tahu lo selalu berusaha mengikis itu semua. Lihat kan gimana Nadim terakhirnya memeluk ibunya, tanpa kegetiran bisa nerima semua dan berlalu dan ngebiarin masalah berbagi yang tak ingin dibagi itu nggak mengganggu hidup mereka lagi.

Halah, gue ngomong jadi ribet gini:D.

dodY said...

idem ama bang rio aja deh. saat ini cuma kangen ama kamu!

Arya said...

To Bowo :
iya nih ... Karakter Nadim disitu benar-benar mencerminkan perasaanku untuk Ibu, Bapak, Istri-istri bapak dan adik-adik tiriku .... seperti biografi yang di difilmkan :)

Arya said...

To Way :

heheheh apanya yang bagus ... lha wong ini cuma urek urek coretan ndak penting yang kebetulan bisa dibaca sama semua .....
eh aku ada temen yang nyari penyiar nih ... japri dooong ! :)

Arya said...

To Kardi :

bilur bilur pengalaman sedihnya udah sembuh kok .. nggak ada rasa dendam .. nggak ada rasa apapun yang jelek-jelek ... badai sudah berlalu cing ! hehehehhe

Arya said...

To adik Uli :

duuuh kamu jangan sedih begitu dooong ... aku menulis ini dengan semangat penuh senyum lho , bukan bermaksud ber-melodrama ria :) ...

jangan beli dvd bajakan film indonesia ya dik uli :)

Arya said...

apey : ayooo dong kopdar .. jangan lupa bawain aku rurjuk !!!!

Arya said...

Gua rio :

bweheheheh pada satu saat berkunjung aaaahh ke rusun benhil menyambangi omku rio nan ndut ini hahahahah

Anonymous said...

Film kadang2 membuat kita membuka2 kenangan lama... tapi itu hanya kenangan, karena yang ada di hadapan kita sekarang lebih menantang ;) Saya ingin nonton film ini, tapi kapan ya..? jauuuuh...
doel

anastasianani said...

jadi,

itu cerita agus dan ayahnya itu benar? aku turut mengacungkan jempol, tp mungkin berserah itu kata yang tepat. dan, kenangan baik maupun buruk tetep melekat selamanya kalo kita yang mau

blanthik_ayu said...

Hai Gus..sebelomnya salam kenal..
Gw salut ama lu..keep fight ya bro!! salam buat ibumu...bangganya punya anak kamu....

Arya said...

hi kakak ling .... iya, itu kisah beneran :)

Arya said...

hi kakak sefawkes :

hehehehe salam kenal ya kakak sefawkes

Anonymous said...

Mas Item, wah, musti digugat tuh hak ciptanya... kisah hidupmu difilm kan hehe...
Mas Item... hidup memang penuh warna, seperti dongeng yang tak kunjung berakhir...
Lebih baik dijahati, daripada kita menjahati orang.... tul kan tul kan ?
cheers...

yaya said...

Aku udah nonton film ini. Tp tulisanmu lbh bs bikin aku nangis deh Gus...

Anonymous said...

Gusye, berdamai dengan masa lalu itu bikin enteng langkah ke depan..
Sing penting awakmu ndak ketularan jadi penjahat kelamin.
Ngono, le.

Arya said...

untuk nahria :

hehehe jangan sedih dong nahria ... aku kan nulisnya penuh dengan semangat bahwa gue dikuatkan dengan pengalaman itu .. nggak traumatis kok :)

Arya said...

mas boelandua :

iiih situ nyebelin deh tidak meninggalkan jejak untuk bisa dijapri :) ...............meskipun aku tau siapa dirimu sebenarnya hahahahahahah ...

Arya said...

untuk aal :

hihih nanti kita berbagi gosip panas kalo ketemuan yaaa ... kangen euy ngobrol2 sama sampeyan :) salam buat pacarmu yang sangat setia itu :)

Chorie Arland said...

Like I said in the Yahoo Messenger, sometimes people don't really appreciate what they have and take things for granted, including me. Reading this really took me, for a brief moment (hehehe), closer to the ground.

It's amazing how life can teach us and how much endurance we have in surviving the world.

*sigh*

Arya said...

hi mas hazelnut :) makasih buat mampir ke blog ini ya .. senang aku :)

Anonymous said...

ah, gila, ternyata cerita di film itu bener2 mirip kisah nyata ya. hebat kamu bisa keluar dari zone kebencian itu. salut!

Anonymous said...

Speechless. Totally speechless.
If only you sit next to me now.. i will hug you!

bagus_aa29 said...

aku gak bisa ngomong apa-apa....kamu luar biasa! teruslah berjuang!

Anonymous said...

Well... hanya satu kata tuk melupakan semua kepedihan yang pernah dialami .. "MAAFKANLAH DIA"... insya allah hidupmu akan selalu tenang dan ikhlas dan itu akan membuatmu bisa belajar menerima segalanya. Oh ya kalo kamu pernah merasakan "ditinggal" dari SD klas 3-6 yah? well saya "ditinggalkan" sejak TK hingga sekarang... tp saya berusaha agar jangan sampe memutuskan tali siraturrahmi sampe saat ini juga. Well mas.... "MAAFKAN"... "IKHLASKAN"..."NRIMO"... dan "BERSYUKURLAH".... insya allah bikin hidup tenang selamanya.

Anonymous said...

gUS, well written, FEELS LIKE I'VE BEEN THERE, FEELS THE PAIN, HATE, FAITH, STRUGGLE, EGO AND UNDEFINED FEELINGS
share ke teh Nita aja, sapa tau dia butuh scripwriter
To2

Anonymous said...

udah lama ga blog-walking
apa kabar gusye?
sumpah gw nangis bacanya
damn kamu gus
bikin gw nangis di kantor :)

Anonymous said...

Hai Arya..salam kenal. diantara semua postingan kamu.. i like this one very much. I gave my emphaty buat semua kesulitan dan hard times you had dan juga usaha kamu buat ngelewatinnya. Tepuk tangan buat Arya.. :)

Hiung said...

Mas Arya,
jadi keinget ama bapakku sendiri, he was there but never was he there.. Keberadaan fisiknya seperti gak ada. *kok jadi pengen nangis ya*

Anonymous said...

seperti gw bilang di chat.... i'm still speechless... gw ga nyangka kalo tulisanmu bakal menjadi so deep, moving and poignant... harus d publish!!! salut salut...

Anonymous said...

hemmm ... cerita yang luar biasa ... kenapa ya tulisan sebagus ini hanya brenti disini? ..kenapa ya ...keindahan jiwa ini tidak terbagi kepada orang lain ... orang lain yang membutuhkan cara pandang nan indah dari sebuah sisi kehidupan yang satir & getir ... jangan pelit membagi keindahan pikiranmu ...

'teman di ujung waktu, dalam kecupan bertubi'

menjadimanusia said...

Gus, luar biasa ceritanya. Kayaknya saya sudah nyusurin seluruh blog tp kok yang ini kelewatan ya?

Kalau bisa sembuh, itu luar biasa. Kalau bisa tidak membekas itu super hebat. Mungkin saya harus belajar banyak tentang kehidupan dr kamu :)