Sunday, July 10, 2011

Karcis Pesawat atau Bus?


Waktu Aku kecil, Aku suka sekali lagu ini:

Jika Kusudah besar nanti
Kupergi dengan Ibu
Ibu boleh pilih sendiri
Kemana yang dituju
Jika Ibu pilih Yogya, Bandung, dan Semarang
Aku yang beli karcisnya
Karcis kapal terbang

Lagu ini sedemikian melekat di kepala kami berdua -Aku dan Aan adikku. Maklum, buat kami, bepergian dengan pesawat terbang itu cuma terjadi di film yang kami tonton di televisi, dan di dalam mimpi hehehehe ...

Dulu, kami terbiasa naik bus antar kota antar propinsi. Jangan bayangin yang kelas eksekutif. Kaki selonjor lega pake leg rest, selimut, terus ada video diputar sepanjang jalan.

Widiiih boro boro hahahah, jaman dulu belum ada kali gak sih?

Kami dulu naek kelas kambing. Kelas ekonomi punya lah! eh, melenceng dikit, kenapa istilahnya kelas kambing ya? kasian kambing. buat menunjuk hidung orang yang dikorbankan, kambing hitam. Kelas kasta terendah, kelas kambing. Siapa yang pertama kali menggunakan istilah ini? kenapa nggak kebo item, kelas kebo?

Anywaaaay, yuk balik ke cerita awal :)

Setiap libur panjang sekolah. sebagai ritual. Dan dalam rangka mendukung Bapak dan Mamah supaya bisa berasa pacaran lagi, nggak ngurusin kami berdua yang badung-badung ini. Aku dan adikku selalu dilempar ke Yogya.

Ada tiga nama Bus kelas ekonomi ternama kala itu yang menjadi langganan kami. Limas, Garuda, dan Nan Tungga.

Pemilihannya bukan tanpa alasan. tiga nama itu diurut dari yang paling mahal sampe yang termurah. Yang termurah tentu saja Nan Tungga. Entah, masih ada nggak sih sekarang? Setiap menjelang keberangkatan ke Yogya, harap-harap cemas kami menunggu Bapak pulang dan berdoa, semoga saja bukan karcis bus Nan Tungga yang dibeli.

"Pak, beli karcis bus apa?"

"Nan Tungga"

Yah, lemes dah.

Bukan apa-apa. bepergian dengan bus itu serasa menempuh perjalanan Bogor-Yogya, pake Metromini! hahahaha

Yah, udah kebayang kan?

Limas dan Garuda sedikit menyisakan ruang buat kaki Bapak dan Mamah untuk sedikit selonjor. dengan pantat yang harus disesuaikan selang seling kalau mau enak duduk. Bapak pantat maju, Aku mundur, Mamah maju, Adik mundur. errrrr... kok berkesan mesum ya? ahahahaha ya gitu deh susah mendeskripsikan dengan kata-kata. Pokoknya kalau pernah naik taksi yang satu taksi diisi sama orang sekampung saat jeda makan siang rame-rame anak kantor, ya kayak gitu deh.

Perjalanannya menyimpan kenangan.

Upil yang menghitam karena jelaga debu seperjalanan. Hahahah, Aku dan Aan dulu suka taruhan siapa yang upilnya paling item sesampainya kami di Yogya.

Kalo lagi apes, kami duduk di lajur bangku yang atasnya bocor saat hujan. Lengkaplah atribut penyebab kami semua ndak bisa tidur sepanjang jalan. Kalo udah begini, kami mukanya serasa mulut semua karena manyun hahahahah. Nasib, ya udah lah terima aja.

Menjelang tengah malam, bau minyak angin cap kapak menyeruak. Bercampur bau keringet karena.. ya gitu deh, nggak ada AC. Si Mamah suka berusaha menghibur dengan melempar tebakan garing, "Ayooo bangku mana yang pake minyak angin?" sigh .... maaf Mah, tebakan ditanggapi dingin hahahah.

Kalau uang beneran cekak. Di perhentian untuk makan malam, biasanya di daerah Sukamandi atau Indramayu, Bapak cuma mbeli 4 butir telur rebus yang masih hangat dan roti kampung. Itu lho, roti ala-ala Tan Ek Tjoan yang ndak pake mentega, jadi agak keras dan rada hambar rasanya. Atau dari rumah, Mamah sengaja bawa nasi rantang. makan di dalam bus, soalnya mau numpang duduk di restoran kok ya agak rikuh.

Mengabaikan itu semua, kami ndak pernah ngeluh. Lha wong mbayangin liburan ke Yogya itu mungkin rasanya seperti anak sekarang yang dibilang mau diajak jalan-jalan ke disneyland kali ya. Jadi ya menyenangkan.

Dan juga ternyata indah dikenang.

Kembali lagi ke lagu yang tadi:

Jika Ibu pilih Yogya, Bandung, dan Semarang
Aku yang beli karcisnya
Karcis kapal terbang

Aku dulu pernah bilang, "Mah, pokoknya kalo Agus dan Aan nanti udah gede, Mamah kemana-mana Aku beliin karcis pesawat ya. Ndak usah naek bus lagi"

Kalo inget celetukan itu. Doaku terkabul :)

Eh, ini sebenarnya nyeritain tentang pesawat atau bus kota sih?

Ah sudahlah :)




2 comments:

Chici said...

Haha kalo aku masih sering tuh mas upilnya item kalo pulang kampung, wong perjalanannya 10 jam :p

Penasaran nih pengen makan roti ala Tan Ek Tjoan itu mas :)

SerasaSore said...

nyengir liar postingan blog nya... :)