Saturday, November 28, 2009
Kalah ...
Aku mbaca buku "Perahu Kertas" kali ke dua.
Diantara buku karangan Dewi Lestari, cuma buku ini yang aku suka.
Aku selalu kagum dengan orang-orang yang mampu menggambarkan keindahan dalam cara yang sederhana.
Salahkan otak pemalasku, rasanya sulit sekali mencerna kalimat-kalimat penuh kias di buku-buku yang orang bilang bagus.
Aku kok malah ndak bisa menemukan sisi indahnya... yang ada malah bingung.
Mungkin ini sebabnya aku suka sekali dengan semua buku yang ditulis Umar Kayam, Seno Gumira Ajidarma dan Amy Tan
Entah kenapa, setiap aku membaca buku mereka, aku seperti mendengar dan melihat mereka ada di depanku, membacakan buku yang mereka tulis.
Bahasa tutur yang lugas tapi menyampaikan rasa hati yang sungguh menyentuh ...
Pergulatan hati orang rantau bertabrakan dengan nilai-nilai baru dimana Ia tinggal digambarkan dengan baik oleh Amy Tan ... bacalah "The Joy Luck Club" atau "The Bonesetter Daughter" maka engkau seperti menjadi bagian dalam cerita.
Nilai filosofi hidup ditulis dengan demikian cair serasa membaca buku cerita ringan pengantar tidur tapi meninggalkan efek luar biasa dahsyat setelahnya setiap membaca buku karangan Umar Kayam ...
Atau sentilan-sentilan halus tentang cinta, hidup dan kejujuran yang ditulis oleh Seno Gumira selalu membuatku termangu lama sampai-sampai kopi di cangkirku cemburu karena terlalu lama diabaikan.
Nah mulai ngelantur kemana-mana lagi kan aku ini heheheh
Di "Perahu Kertas" kita berkenalan dengan Kugi, Keenan dan Remi
Masing-masing punya impian
Buat Kugi, Keenan datang dengan cinta dan liku-liku penuh drama, formula utama film-film percintaan dari jaman nenekku masih muda dan baru kenal cinta monyet sampai sekarang.
Cinta yang menawarkan senang bukan kepalang sekaligus sedih bukan kepalang ...
Cinta yang superlatif
Cinta yang membuat kita kompak berteriak, "Oooh so sweet ..." dengan mimik muka orang yang terserang sembelit.
Buat Kugi, Remi datang dengan cinta yang lugu. Ia tidak datang dengan segala teori-teori cinta yang rumit. Karena, ketika cinta yang bicara ... segalanya menjadi sederhana .. mudah dicerna oleh rasa hati dan logika.
Cinta yang dibawa Remi tidak pernah membawa Kugi melambung ke langit paling tinggi ... tapi juga tak pernah membawanya jatuh ke dalam palung.
Cinta yang dibawa Remi ndak akan laku di jual buat jadi skenario opera sabun.
Nggak heboh.
dan Kugi memilih Cinta Keenan... dengan segala perjalanan romantikanya.
Keenan memang berjodoh dengan Kugi nampaknya.
Bagaimana dengan Remi?
Remi dengan sukses lenggang kangkung sendirian membawa rasa hatinya yang terkalahkan.
nasibnya sama seperti si hantu opera buruk rupa di "The Phantom of The Opera" yang menelan cinta tulusnya sendirian karena dianggap tak megah, tak indah dan jauh dari sempurna dibanding cinta yang di bawah Raul untuk jeng Christine Daea ...
Kurang apa Remi dan si hantu opera buruk rupa itu.
Cintanya dibunuh atas nama jodoh.
aku sedih.
Mungkin karena aku tahu apa yang dirasakan oleh Remi dan Hantu Opera.
Kalah karena cinta yang sederhana.
note: buat yang belum tuntas membaca buku "Perahu Kertas" ... aku ndak anggap ini spoiler hehehe ... karena, detil perjalanan ketiga karakter ndak aku ceritakan kan? ... anyway, aku siap dimaki kok oleh orang-orang yang kebetulan kesandung mbaca tulisan ini
Monday, November 23, 2009
Tentang Sedih .. Tentang Beban
Minggu pagi kemarin baru dapet makanan untuk jiwa.
Ndilalah kok ya esensi dari nasehatnya sama percis dengen apa yang pernah dibilang si Mamah jaman aku misih kecil dulu.
Dulu sih ora mudeng .. alias ndak paham sama sekali makna dari omongannya si Mamah .. lha wong anak kecil tho ya ... taunya cuma nangis terus berharap abis itu dunia jadi cerah ceria lagi.
Tapi sekarang aku paham.
Kita bicara tentang kesedihan.
Mamah bilang, kalau Gusti Allah itu komedian ... konsekuensinya ada dua. Satu, dia bisa bikin kita ketawa ngakak abis-abisan karena lucunya ngalahin Gepeng Srimulat ... atau kita ndak ketawa sama sekali karena becandaannya tingkat tinggi dan kita manusia ndak punya kapasitas yang cukup buat mencerna becandaannya itu.
Bukan salah pelawaknya, salahkan penontonnya.
Pada satu pembicaraan lewat telepon lewat tengah malam, si Mamah pernah bilang ...
"Kalau kita sedang dikasih susah... dikasih yang bikin nangis ... mungkin ini cara Gusti Allah ngingetin lagi sama kita kalau kita ini dibikin dengan material yang kuat ngalahin besi anti karat"
Pada satu pembicaraan curhat tingkat tinggi di atas loteng rumah lewat tengah malam sambil ngerokok dan minum bir item, si Mamah pernah bilang ...
"Aduh, kamu sekarang drama banget sih kalo dapet masalah? .... nih ya, orang yang terlalu berkutat sama kesedihannya terlalu lama itu ibarat orang mbaca buku .. terus sampe di bab cerita sedih dia baca ulang terus-terusan dan nggak mau beranjak dari bab itu .... padahal, mana pernah dia tau, kalau bab berikutnya ternyata menyimpan kegembiraan ... menyimpan kejutan manis buat dia. Udah deh, dijalani dengan rasa ikhlas dan lepas aja ... ibarat kamu marah sama orang .. kamu ndak akan pergi kemana-mana kalau kamu ndak bisa memafkan dan melepaskan ... kamu bakal jadi ganjel pintu di situ-situ aja Agus ... Duh, kayak nggak inget perjalanan hidup jaman kamu masih kecil aja sih ...."
Hari minggu kemarin pun aku dengar begini:
"Saat merasa penuh beban... ini lah saat yang tepat untuk bersyukur. Karena dengan bersyukur, sebenarnya kamu berkata bahwa AKU LEBIH BESAR DARIPADA BEBANKU"
Hemm .... kayak orang nggedein badan pas fitness ya? Aku rasa, orang nggak akan dapet hasil yang maksimal kalo barbel yang diangkat tiap hari cuma sekilo ... pada satu saat Ia harus rela dan mau angkat barbel yang berat banget ... merelakan otot2nya berkontraksi maksimal ... merelakan untuk menikmati bagaimana nyerinya otot2 itu malam hari setelah selesai latihan beban ... dan, tanpa disadari, pelan-pelan badannya "jadi" ... kekar .... siap jadi "Be Our Cover" Menshealth bweheheheh
Ok, aku sudah meracau terlalu banyak. sebenarnya ini cuma medium buat mengingatkan diri sendiri supaya lebih legowo di saat sempit.
Buah durian buah selasih
Sekian dan terima kasih.
Friday, November 20, 2009
The Mother
Untuk kali kesekian, aku disini.
Menghirup perlahan kopi tanpa gula.
Aku suka tempat ini. kedai kopi dengan paduan aroma kopi, lantai kayu coklat hangat dan keteduhan yang ditawarkan tempat ini benar-benar membuatku senang.
Hemmm senang bukan kata yang tepat .... tempat ini membuatku tenang.
Anak muda di depanku ini memainkan pianonya dengan nada-nada sendu.
Umurnya sebaya dengan anakku, kutebak.
Aduh, aku jadi rindu dengan mereka, anak-anakku.
Kurasa, aku sudah berhasil membuat mereka jadi manusia yang tangguh.
Doaku dari dulu memang itu.
Bukan pengen anak yang cerdas.
Tapi anak yang nantinya jadi manusia ulet. manusia tangguh.
Apa pun pencapaian mereka dalam hidup, aku seperti jadi bagiannya.
Aku Ibu mereka.
Kembali, pandanganku tertuju pada pemain piano.
Wahai anakku, apa yang membuatmu sendu?
Wajahmu pilu nak...
Aku mengamati rasa hatimu meski kau tak tahu.
Isi hatimu tergambar dari denting yang kau buat.
Rasa yang tertahan malu...
Rasa senang yang menggebu...
Rasa rindu ...
Rasa marah ...
dan sedih.
Aku mengikuti perjalanan rasa hatimu.
Aku tahu bagaimana kau selalu melihat ujung jalan dan berharap Ia datang.
kau pasti merindunya seperti orang gila.
Aku tahu bagaimana kau senang saat kali pertama Ia tersenyum padamu.
Kau pasti merasa lantai jebol dan sedang berjalan di awan. percayalah anak muda, aku tau seperti apa rasanya.
kemudian, kalian berdua dilanda rindu
digulung badai cinta.
aku saksi, saat kau merajuk Ia terlambat menjemput.
saksi saat kau senang karena ia memberimu kado kejutan ulang tahun dan menyanyi di tengah kedai ini dengan suara baritonnya yang pas-pasan ....
sekarang, jiwamu seperti menghilang. denting yang kau buat, tak bernyawa.
Denting pianomu ... simfoni hidupmu...
dan aku lah salah satu penontonnya meski kau tak tahu.
Anakku pasti suka dengan tempat ini.
Sama seperti Ibunya, Ia suka dengan aroma kopi yang selalu sukses membuat tenang.
Ia juga suka denting piano. Dulu, jaman masih kecil, kalau Ia rewel... putarkan saja kaset Richard Clayderman. langsung anteng.
Wahai anak muda pemain piano. kamu tampan. bahkan saat air mukamu sedang sendu.
Kopiku sudah habis.
"Mbak, minta bill!"
"Baik Bu..."
"Pemain piano itu namanya siapa tho?"
"Ooooh Mas Raka, namanya Bu.... kasihan Bu, Mas Bayu, pacarnya meninggal dunia belum lama ini... sakit!"
"Ooooo......"
Raka .... aku rasa ... sudah waktunya Aji, anakku kuajak ke kedai kopi ini.
(bersambung)
Sunday, November 15, 2009
The Pianist
Kedai kopi ini sempurna.
Karena, kedai kopi ini menyediakan cangkang yang nyaman saat aku butuh menyendiri mencuri sedikit sunyi.
Karena, kedai kopi ini menyediakan teh bunga yang mujarabnya tidak kalah dengan satu cangkir kopi kental. Dimana lagi ada kedai kopi yang menyandingkan kenikmatan seimbang setimbang kopi dan teh.
Karena, kedai kopi ini adalah panggung kecil yang menampilkan fragmen-fragmen hidup.
Lelaki temu janji dengan perempuan selingkuhan. Adu mulut kecil kemana dan dimana bersembunyi mencari sarang kecil memadu cinta.
Perempuan yang menyeka mulut anak lelakinya yang terlalu bernafsu menikmati roti coklat dan meninggalkan lelehan coklat dimana-mana di sekitar mulut dan kerah baju.
Lelaki bertemu lelaki dan curi-curi berpegang tangan di bawah meja. Cinta itu akan selalu indah jauh melampaui batasan jenis kelamin.
Lelaki menghibur belahan jiwanya dengan kado kecil dan perempuan yang menjerit kegirangan.
Disinilah aku menyendiri mencuri sunyi.
damai sekali.
dan sekali lagi, kulihat dia.
melihat jemarinya menari perlahan diatas tuts piano, selalu meninggalkan kesan rasa.
Terkadang, iramanya membawaku seperti menari di rinai hujan yang bergerak perlahan.
Terkadang, iramanya membuatku merasa rindu tak berketentuan.
Jangan ditanya aku rindu pada apa atau siapa.
Aku tidak tahu.
Aku cuma merasa rindu.
Sekali lagi, kulihat dia hari ini.
Wajahnya kuyu.
bahunya layu.
tak kulihat jiwa di bola matanya.
kemanakah Ia ... sepertinya jiwanya mengembara.
jemarinya menari pelan.
pelan sekali.
bergerak satu-satu.
denting piano seakan berteriak,
"Kamu tinggalkan aku kelu..."
dan tatapan matanya menyapu ujung jalan yang terlihat dari jendela kedai kopi ini.
Matanya bercerita,
"Aku masih ingat sayang, saat pertama kali aku melihatmu di ujung jalan sana .. berlari-lari menghindari rinai hujan yang rindu ujung celana khaki-mu .... aku sudah jatuh cinta"
"Dan hari berikutnya..."
"Hari berikutnya..."
"Sampai kehadiranmu di ujung jalan sana membuatku kecanduan"
"Hari saat engkau buka pintu kedai ini, adalah hari paling menyenangkan buatku ... meskipun, engkau tak tahu"
"Jemariku seakan berjiwa saat engkau datang. Ia bersenandung girang. Ah, semoga saja rasa itu juga kau bisa raba"
"Aku kecanduan di kali pertama"
Ternyata benar, hidup itu adalah energi yang bertransformasi.
dari pojok ruangan kedai kopi ini, kurasakan hatinya bicara. Lewat denting, lewat mata, lewat air muka.
Sekarang aku semakin awas mengamati bahasa tubuhnya.
Wahai pemain piano, apa lagi yang engkau rasa?
Bahunya makin lunglai. Bahunya bicara,
"Jemariku sekarang sudah berpindah pemilik ... Ia menari di atas tuts piano ini atas kuasamu ..."
"Sekarang, aku kelu .... aku rindu..."
Aku di pojok ruangan juga merasa pilu.
Sekarang, Ia berdiri ... tatapannya menatap ujung jalan.
"Guys, gue balik dulu ya .... sampai ketemu besok...."
Ada kucuri dengar,
"Kasihan ya mas Raka ........ Mas Bayu itu orang baik, kok meninggalnya cepet"
Teh bunga di cangkirku membeku.
Tuesday, November 10, 2009
Menghentak ...
Sunday, November 08, 2009
Lagi-lagi Gigi ... Gigi Lagi-lagi
Sayang, Aku si anak kampung jalan-jalan ke Bali.
Aku mulai suka dengan terik matahari pinggir pantai.
Aku mulai tidak peduli bagaimana kulitku sewarna madu berubah menjadi warna karamel yang telat diangkat.
Aku pergi ke Nusa Lembongan hari kedua kali ini.
Belum pernah kesana.
Kawan-kawanku satu rombongan pun belum pernah kesana.
"Pokoknya Gus, disana nanti kita bisa tur kecil ke desa liat budi daya rumput laut"
hemmm .. belum pernah.
"Terus kamu bisa naek perahu pisang alias banana boat"
wow, belum pernah.
"Terus kamu bisa snorkeling liat ikan!"
liat ikan pernah, tapi snorkeling belum pernah.
kayaknya menyenangkan.
Pergilah aku kesana naik kapal pesiar paling besar yang pernah aku naiki. Bentuk kapal lautnya kayak ikan pari dengan dua buritan kiri kanan.
angin sepoi-sepoi membelai perut gembul yang SOK dibiarkan terbuka tanpa pakaian.
oooohh... jadi kayak begini ya kalo bule-bule kulit pucat cuma pake celana gombrong tanpa celana dalam jalan-jalan dengan santainya menikmati terpaan udara angin laut.
Aku punya potensi besar untuk masuk angin. well, masuk angin karena terpaan angin laut mungkin rasanya beda dibanding kalo aku kena masuk angin udara Jakarta. oke lah, aku ambil resiko itu dengan suka hati.
kepongahan si anak kampung berlanjut.
anak kampung telanjang dada dengan perut gembul, SOK menantang angin laut dengan berdiri persis di depan geladak kapal yang melaju kencang.
Ooooh ... jadi kayak begini ya rasanya Mas Jack Dawson di film Titanic sambil berteriak "I am the king of the world!!!"
Aku juga pengen berteriak begitu sih, persis kayak di film Titanic. Tapi .......... aneh nggak sih? ... anak kampung berkulit item begini berteriak kayak begitu? yang ada nanti aku diketawain lagi sama bule-bule di sebelahku ini.
Sampailah aku di Nusa Lembongan.
Kembung.
Kegiatan pertama di pulau ini, tur keliling desa.
Yaaaaah ... nggak berkesan! lha wong aku juga dari kampung. Semua yang mereka lalukan, juga aku lakukan kok dulu, sebelum aku merantau.
Mungkin ini baru pemanasan ... the best is yet to come dear! sing sabar yo cah bagus.
Makan siang ala bule.
Bistik sapi setengah matang, ikan marlin panggang, dan salad ala italia.... perutku menyambut dengan suka cita.
Biasa makan di warteg, terus tiba-tiba makan asik masyuk begini ternyata nggak terlalu membikin kaget!
kombinasi perut agak kembung dan limpahan makanan bule berujung apa hayoooo?
perutku tambah buncit.
Apa lagi sekarang?
Waktunya main Banana Boat!
belum pernah...
asyik asyik asyik ...
kayak di film-film gituh .. kesannya heboh banget!
pasti menyenangkan.
Ternyata MENGERIKAN!
kombinasi dari anak kampung duduk di paling depan perahu karet pisang... laju perahu yang KENCENG BANGET ... ombak yang besar!
Tau si anak kampung teriak apa?
"Arrrrggghhhhh I DON'T WANNA DIE!!!!!!"
Iya, si anak kampung bisa berbahasa inggris dengan canggih saat Ia ketakutan hihihi
kemudian tiba-tiba disusul dengan teriakan
"Aguuuusss .. YOUR ASS IS ON MY HAND!!!! DAMN IT!!!"
ohohoho saking ngerinya aku tak sadar beringsut ngglosor pantat ke belakang dan dengan manis menduduki tangan orang di belakangku....
TRAGEDI BERLANJUT!
Perahu pisang DENGAN SENGAJA DIGULINGKAN!
SETAN! SETAN! SETAN!
Kami semua bergulingan jatuh ke lautan.
Tapi, bukan kami saja yang JATUH KE LAUTAN ....
Sangking kencengnya aku berteriak, mulut mangap sempurna ...
GIGI PALSUKU - MELAMBUNG - KE - UDARA - DAN - JATUH - KE - AIR
Panik bukan kepalang!!!!
Tuhan .... JANGAN BIARKAN HAMBA MELANJUTKAN SISA LIBURAN DENGAN GIGI OMPONG DOOOONG!!!
Tanganku serasa berubah jadi 5000 tangan gurita yang panik meraba-raba air di sekelilingku berusaha mencari GIGI PALSU!
"Agus .... ayo buruan naek ke perahu!"
Ehhhhh SETAAAN ... NGEMENG AJE LO !!! SINI KEILANGAN GIGI TAUUUK!
Iya, kawan-kawanku ini ternyata bukan teman sejati ... masa, temannya kesusahan malah dibalas tempik sorak ketawaan.
GIGI KETEMU .....
Pelajaran berikutnya, TUTUP MULUT SEMPURNA!
tak ada ada lagi teriakan keluar dari mulutku.
MENJERIT DI HATI!
Perahu pisang lagi-lagi sengaja digulingkan!
Kami berhamburan jatuh ke air.
Sangking kerasnya .... MULUT KEBUKA (LAGI)!
GIGI PALSU - MELAMBUNG - KE - UDARA - DAN - JATUH - KE - LAUTAN - UNTUK - KALI - KEDUA
Hadooooooohhh!!!!!
Panik (lagi)
"NYEEET! GIGI GUE JATUH LAGI!'
Iya, confirmed .... mereka bukan teman sejati .... teman kesusahan kok dibalas tempik sorak ketawaan.
Gusti Sing Paring Urip ternyata lagi nggarap aku !
Mungkin dia pikir ..."Waaah lumayan ... ada tontonan SRIMULAT GRATIS!"
GIGI KETEMU ...
dan saya berpikir ulang seribu kali untuk melanjutkan kegiatan pesiar dengan SNORKELING! ...
LANJUT NGGAK YAAAAAA?????!
Friday, November 06, 2009
Payback Time ...
Sayang,
Ini hari pertama aku di Bali menikmati liburan.
Aku sekarang ada di Bacio.
Berlari sana-sini di lantai dansa... meluapkan rasa.
Aku pulang saat anjing-anjing jalanan sudah lelap tidur.
Dalam perjalanan menuju penginapan, aku melihat seorang Ibu dan anaknya yang kuduga sebaya umurnya denganku sedang berbincang di sebuah kedai kopi 24 jam.
dan aku terkenang pembicaraan beberapa waktu lalu dengan si Mamah.
----------------------------------------------
"Kamu cinta dengan pekerjaanmu Gus?"
"Mamah, Aku menyenangi apa yang aku kerjakan untuk mencari makan"
"Bahagia Gus?"
"Bersyukur ... dan kemudian bahagia Mah..."
"Kamu banyak senang ya Gus?"
"Diantara susah senang .... Aku bisa bilang, selama ini hidupku lebih banyak senangnya Mah...."
"Syukurlah ... mungkin, ini waktunya Gusti Allah mengganjar kamu dengan banyak hal yang baik .... kamu udah kasih liat sama DIA kalau kamu anakNYA yang tangguh.... ini adalah bayaranNYA kamu karena nggak mengeluh jaman dulu kecil hidup agak susah"
"Manis sekali kesimpulan Mamah"
"Aku cuma menyatakan hal yang mudah untuk disimpulkan... itu saja"
"Aku sayang sama Mamah"
"Aku juga sayang kamu, anakku"
--------------------------------------------------------------
anjing-anjing jalanan masih terlelap saya aku lewat.
Aku Si Batu Kali
Sayangku, Aku sedang ada di Bali...
mati kutu ndak ada kamu dan aku rindu.
Semua kombinasi kesenangan disana berkurang maknanya saat kau tak ada.
Villa tempatku menginap berseberangan dengan orang jual patung batu khas bali.
Sambil mengingatmu, aku menikmati bagaimana para tukang pahat patung batu beraksi.
lalu aku menemukan kesamaan.
antara Gusti Allah, tukang pahat, batu kali.. dan hidup.
batu kali tak berbentuk indah saat ditemukan.
sampai akhirnya si tukang pahat memukul penatah batu dengan keras... menyakiti sang batu ... memutilasi bagian-bagian tertentu dari batu itu... dengan tekun... dengan cinta ... dengan rasa ... sampai akhirnya batu kali berubah menjadi karya seni.
Mungkin, mekanisme yang sama terjadi dengan hidup kita ya ...
seringkali, kita tidak pernah tahu kenapa hidup begitu keras ... menghantam .. meninggalkan nyeri ... meninggalkan sedih ... penuh tega.
padahal .... mungkin, ini cara Gusti Sang Pembuat Hidup memukulkan besi penatah terhadap jalan hidup kita ...
membuang hal-hal yang tidak perlu
tak memberikan kesempatan pada kita bertanya-tanya.
berkali-kali
hingga seringkali meninggal nyeri
sampai akhirnya ... hidup kita dibuat indah.
seperti batu kali jadi karya seni.
Tuesday, November 03, 2009
H.O.R.N.Y
Subscribe to:
Posts (Atom)