Wednesday, February 03, 2010


Pernah ngerasa nggak kalau sebenarnya kita harusnya berhak dapat lebih dari yang kita punya sekarang?

Wajar.


Karena blog, belakangan ini Saya berkenalan dengan banyak kawan yang punya cerita hidup sungguh kaya.

Si ini cerita itu


Si itu cerita ini


Macam-macam cerita


Tanpa sadar, mereka memperkaya Saya juga.


Selama ini, Saya melihat dunia dari sebuah jendela yang sama bertahun-tahun dengan pemandangan indah yang berganti-ganti setiap waktu.

Menyenangkan? pastinya.

Apakah saya mencintai apa yang saya nikmati? tentu saja.


Tertarik kah saya untuk melihat dunia dari jendela lain? iya.


Saya, iri.


Gusti Sing Paring Urip memang Maha Tahu.

Kemarin, atas nama pekerjaan, saya harus supervisi proses produksi sebuah TV Program.


Sambil mengawasi dan memberi masukan, konsentrasi buyar karena satu orang.


Novi, namanya. Salah satu Asisten Produksi dari TV Station rekanan kantor untuk produksi TV Program ini.


Hari itu, Mukanya lusuh. Kurang tidur. Keringetan. Mungkin baru saja selesai shift editing malam sampai pagi dan sekarang sudah harus ada di lokasi.

Novi nampaknya berusaha mengumpulkan semangat. Pekerjaannya masih banyak dan proses syuting berlangsung seharian.

"Mas Agus, ini script openingnya aku rubah begini ya ...!"

"Mas kayaknya hostnya, harus di brief ulang sama Mas Agus ... boleh nggak bantuin?"


"Mas, wardrobe buat syuting blok berikutnya Mas Agus bantuin pilih ya!"


"Mas ini nih Mas ...."

"Mas itu tuh Mas ..."


Aku tahu betapa susahnya tetap bersemangat saat badan sudah berteriak protes kelelahan.


Dan, Novi hari itu sungguh berusaha keras.
Novi berusaha mengakomodir keinginan Produsernya.

Novi berusaha mengakomodir keinginan kami, sang rekanan.


Ia berlari sana sini.

Saya terharu.


Diantara keharuan, Saya sadar.

Novi itu SAYA, tujuh tahun yang lalu.

Semangat Novi, semangat Saya dulu.


Lewat Novi, Gusti Allah mau bilang hari itu,

"Agus, ayoooo .... noleh ke belakang sebentar ... liat segala nikmat ... liat segala mimpi yang sudah dijawab ... berhenti iri ... ayo mulai lebih semangat!"

Gusti Allah sayang sama Saya.


Isi hati dijawab tuntas.


Note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com

2 comments:

De said...

setuju,
berhenti menjadi iri, bukan saatnya lagi mengejar dibelakang tapi berdirilah sejajar dan bergandengan tangan

khrisna said...

aku baru baca tulisanmu ini masee..aku ikut terharu baca blogmu..