Friday, February 13, 2009

Tanda Rasa




Saya sedang sangat menikmati catatan yang ditulis Mbak Tatyana... salah seorang karibku.

Sungguh aneh, bagaimana saya merasa sedemikian dekat dengan seseorang yang cuma saya temui satu kali, kemudian tak pernah bertukar kabar sekian lama dan karena facebook, kami dipertemukan kembali ...

Saya menikmati sekali bagaimana dengan caranya sendiri, Mbak Tatyana berusaha membuat segala kejadian... pembicaraan ... hal-hal kecil antara Mbak Tatyana dan anak semata wayangnya Adi menjadi begitu bermakna.

Tidak hanya untuk Adi ... tapi kurasa untuk Mbak Tatyana sendiri.

Seperti kemarin, Ia bercerita bagaimana kucing punya pertalian makna antara dirinya dan Adi ...

Aduhai,

indah nian ...

satu benda ...

satu waktu ...

satu tempat ...

bisa jadi penanda rasa.

Saya lupa, apakah saya pernah menulis ini atau belum ....

manusia kan gudangnya lupa,

jadi biarkan saja tertulis dua kali ...

ada beberapa tempat yang sukses menjadi penanda rasa buat saya ...

setiap saya lihat tempat itu ...

sepintas lewat ...

atau bahkan ketika tempat itu selintas muncul dalam benak saya

ada satu penanda rasa yang muncul ....

Mari kita tengok:

Kolam Renang Milakancana Bogor
Sederhana saja ... tempat ini mengingatkan rasa senang makan ubi goreng, dinikmati selepas renang yang hanya 100 rupiah untuk satu gorengan besar .... rasa lapar memang bumbu legit untuk nikmat, begitu nikmat di dapat, sensasinya menjalar sampai ke hati :)

Sederhana saja ... tempat ini sukses membuat saya terngiang-ngiang dengan suara Dian Piesesha yang berjodoh dengan setiap kedatangan saya di kolam renang itu .... lagu Dian Piesesha karangan Pance Pondaag terputar berkali-kali setiap saya kesana ....

"Malam ini tak inggggiiiiin akuuuuuu sendiiriiiiiiiiiii ..... kucariiiii damaaaaaaiiii bersamaaaaa bayangaaaaanmuuuuu ... hangaaat pelukaaaan yang masiiiih kurasaaaaa"

yap, begitu lah nukilan liriknya, kawan :)

sederhana saja ... tempat ini mengingatkan saya pada satu pesan moral:

"Kalahkan rasa takutmu, dan kamu akan berhasil"

di kolam renang ini, waktu kecil saya pernah diceburkan paksa ke kolam sedalam satu meter oleh Bapak ... saya dibiarkan megap-megap hampir tenggelam sementara Bapak diam saja tak menolong cuma berdiri di pinggir kolam ... waktu itu saya yakin sekali ... bahwa Bapak akan membiarkan saya mati tenggelam! wajahnya datar tak memperlihatkan keinginan menolong.

pilihannya adalah berusaha mengambang sekuat mungkin ... atau mati

dan saya mengambang ... belajar berenang ... dalam cara yang sungguh spartan.

ketika saya berhasil belajar mengambang, Bapak cuma bilang,

"Tuh kan, bisa kan?!" .... sigh


Gedung Sarinah Thamrin
ketika punya kesempatan ke Jakarta bersama si Mamah ... dalam bus kota yang melintas gedung itu, saya pernah berkata

"Mah, pada satu saat... aku akan bekerja di gedung bertingkat itu! aku berdasi... wangi .. tanpa muka berkeringat kusut masai kepanasan ... dan bergaji besar, cukup besar untuk membelikan apa pun yang engkau mau Mah"

aih, sungguh impian ala pemuda desa saba kota ..

aih, sungguh nyata betapa film-film yang ditonton di era 80-an berhasil mencuci otakku tentang bagaimana potret kesuksesan ...

sekarang, setiap kali melihat gedung itu

saya sering tersenyum geli dalam hati ...

membayangkan betapa konyolnya penampilan saya dengan celana baggy ber-ploy dua garis ala celana "Mobile Power" .... kemeja lengan panjang ... ala eksekutif muda seperti yang ada di benak saya waktu itu ...

hehehe ... nggak banget ya!? ...


Gazebo FISIP UI
Dulu, di dalam kampus FISIP UI ... ada satu Gazebo ... setiap saya menunggu kelas kuliah berikutnya... saya selalu duduk disana

mbeli brownies yang rasa coklatnya meninggalkan getir di langit-langit lidah (tapi nggak pernah kapok) ... dan juga pisang coklat ... penjualnya legenda FISIP UI lah ... Mang Pendi namanya kalau tak salah kuingat

tempat itu meninggalkan banyak rasa buat saya

Dulu, saya sering bengong sendiri melihat mahasiswa lain lalu lalang dan tak habis pikir,

"Laaah ... pegimane carenyeeeee kiteee bisee adeee disiniiii yaaaak?!"

Jalan hidup memang ajaib... saya selalu terheran-heran ...

si bodoh ini, berhasil saba kota .. kuliah di kota besar ... dengan cara yang sungguh ajaib ... hemmmm ........ pada satu saat akan kutulis lengkap bagaimana caranya saya terdampar di Jakarta untuk kali pertama

Dulu, di gazebo itu pula lah saya bertemu muka dengan pengarang idola saya ...

Seno Gumira Adjidarma ...

ketika kali pertama saya menyadari bahwa yang di depan saya itu adalah Seno Gumira ... kurasa ....................... aku ................................ngompol ..........................sedikiiiiiiiiiiiiiiiit ...

saya pandangi betul orang itu ...

sampai beliau risih dan disangkanya saya homo yang jatuh cinta pada pandangan pertama, sepertinya ....

sangking terpesonanya... saya waktu cuma bersalaman dan bilang

"Mas Seno .. saya agus ... makasih mas!"

dan terbirit-birit pergi ... tanpa minta tanda tangan atau ngobrol-ngobrol ...

kawan, kalau ada diantara kalian mengenal orang ini .... sudi lah mintakan padanya tanda tangannya untukku ........


Masih banyak tempat penanda rasa lainnya ...

tapi aku sudah mengantuk ...

apa obat mengantuk ? tidur pastinya

ceritakan padaku kawan,

tempat penanda rasa mu ....

1 comment:

lucky said...

Tanda rasaku adalah yogya....
Jalan Kaliurang itu menyimpan sejuta rasa
Berjalan di pagi hari sambil mencari sarapan gudeg
Waaaahhhhh.....jadi pengen ke yogya.