Tiap orang memiliki mekanismenya sendiri-sendiri untuk menyembuhkan luka.
Saya memilih untuk menulis.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Saturday, March 31, 2012
Sunday, March 25, 2012
Saat Rasa dan Hati Bicara... (The Baked Goods)
Cita-citaku sedari dulu adalah punya kedai kopi kecil yang nyaman.
Setiap saat membaui aroma biji kopi yang berkawin dengan air panas dari teko meruap di udara sambil menyamik cemilan kue manis.
Setiap saat menyapa setiap yang datang. Mencuri kepingan cerita dari mereka.
Aku mau kedai kopiku nanti jadi kepompong kecil bagi yang datang untuk sejenak mencuri tenang setelah itu lanjut lagi bergerak hidup.
Itulah kenapa hingga saat ini, aku sungguh menyenangi suasana Bakoel Koffie Cikini. Lantai atas.
Di pojok ruang. Menyesap kopi tubruk sambil melihat banyak kepingan cerita sana sini.
Tak mau membandingkan.
Tapi hari ini aku menemukan tempat yang racikannya dibuat dengan hati oleh pemiliknya.
The Baked Goods, nama kedainya.
Kedai kecil di ujung jalan Sabang.
Begitu masuk ke dalamnya, imaji kedai kecil cita-citaku tergambar sempurna.
Setiap makanan di dalamnya punya cerita.
Cerita yang dibuat dengan hati.
"Carrot cake dan Bublanina ini Mbak Jana Parengkuan paling jago mbuatnya mas. Enak deh... mau coba?"
Carrot cakenya juara!
Bublanina, kue khas Ceko dengan isi buah strawberry di dalamnya. Mantap!
Dan bodohnya, dua cake tadi habis masuk perut tanpa sempat di foto hahahahaha.
Baiklah, apa lagi yang bisa dikudap sambil nulis-nulis?
Aaaah, mari kita coba 'Quiche Spinach, mushroom and smoke beef'-nya.
Kebodohan tak terulang kali kedua. Foto dulu! :)
Dulu, ada film kartun berjudul "Yoichi Anak Cita Rasa" .. juru masak cilik yang setiap masakannya bisa membawa kita pada suasana hati tertentu.
Naaaaah! makanan di The Baked Goods ini juga begitu hahahahah
Bayangkan ada makhluk item (tapi manis) duduk di pojokan sendirian sibuk dengan laptopnya dan senyum-senyum sendiri macam orang gila belum minum obat.
Nah, seperti itu.
Pemanjaan lidah dan rasa hati belum selesai.
Apa lagi yang harus dicoba?
Ah saatnya pindah ke luar. Merokok. Ngopi.
Kopi? kata masnya yang njaga:
"Kopi kita arabica mas... Mas Erwin Parengkuan dan Mbak Jana penikmat kopi. Kopi yang paling enak? arabica lah yaaauu!" ... sambil mengacungkan jempol.
Bwahakakakak mas yang njaga ini lho .. ndagel juga ternyata.
Baik, saya pesan kopi hitam dan ...... Fruit cake!
Pilihan tidak salah. Rasa masam dan manis dari kue berisi buah kering berkawin sempurna dengan aroma legit kopi tubruk hitam.
Mantep. Marem. Sedep!
Ini adalah ujung minggu yang sungguh menyenangkan.
Saat rasa dan hati bicara.
Aku mau berkunjung sekali lagi ke sini.
Ikut? ;)
Setiap saat membaui aroma biji kopi yang berkawin dengan air panas dari teko meruap di udara sambil menyamik cemilan kue manis.
Setiap saat menyapa setiap yang datang. Mencuri kepingan cerita dari mereka.
Aku mau kedai kopiku nanti jadi kepompong kecil bagi yang datang untuk sejenak mencuri tenang setelah itu lanjut lagi bergerak hidup.
Itulah kenapa hingga saat ini, aku sungguh menyenangi suasana Bakoel Koffie Cikini. Lantai atas.
Di pojok ruang. Menyesap kopi tubruk sambil melihat banyak kepingan cerita sana sini.
Tak mau membandingkan.
Tapi hari ini aku menemukan tempat yang racikannya dibuat dengan hati oleh pemiliknya.
The Baked Goods, nama kedainya.
Kedai kecil di ujung jalan Sabang.
Begitu masuk ke dalamnya, imaji kedai kecil cita-citaku tergambar sempurna.
Setiap makanan di dalamnya punya cerita.
Cerita yang dibuat dengan hati.
"Carrot cake dan Bublanina ini Mbak Jana Parengkuan paling jago mbuatnya mas. Enak deh... mau coba?"
Carrot cakenya juara!
Bublanina, kue khas Ceko dengan isi buah strawberry di dalamnya. Mantap!
Dan bodohnya, dua cake tadi habis masuk perut tanpa sempat di foto hahahahaha.
Baiklah, apa lagi yang bisa dikudap sambil nulis-nulis?
Aaaah, mari kita coba 'Quiche Spinach, mushroom and smoke beef'-nya.
Kebodohan tak terulang kali kedua. Foto dulu! :)
Dulu, ada film kartun berjudul "Yoichi Anak Cita Rasa" .. juru masak cilik yang setiap masakannya bisa membawa kita pada suasana hati tertentu.
Naaaaah! makanan di The Baked Goods ini juga begitu hahahahah
Bayangkan ada makhluk item (tapi manis) duduk di pojokan sendirian sibuk dengan laptopnya dan senyum-senyum sendiri macam orang gila belum minum obat.
Nah, seperti itu.
Pemanjaan lidah dan rasa hati belum selesai.
Apa lagi yang harus dicoba?
Ah saatnya pindah ke luar. Merokok. Ngopi.
Kopi? kata masnya yang njaga:
"Kopi kita arabica mas... Mas Erwin Parengkuan dan Mbak Jana penikmat kopi. Kopi yang paling enak? arabica lah yaaauu!" ... sambil mengacungkan jempol.
Bwahakakakak mas yang njaga ini lho .. ndagel juga ternyata.
Baik, saya pesan kopi hitam dan ...... Fruit cake!
Pilihan tidak salah. Rasa masam dan manis dari kue berisi buah kering berkawin sempurna dengan aroma legit kopi tubruk hitam.
Mantep. Marem. Sedep!
Ini adalah ujung minggu yang sungguh menyenangkan.
Saat rasa dan hati bicara.
Aku mau berkunjung sekali lagi ke sini.
Ikut? ;)
Saturday, March 24, 2012
Lia Waria ...
Lia namanya.
Tertulis di KTP, Budi Istyawardhana.
34 tahun usianya. Seusia denganku.
Karibku dari jaman aku masih bekerja di Semarang.
"Lia, aku pindah ke Jakarta. Semoga kamu bisa nyusul kerja di sana juga ya!"
"Bo' akikah tinta mawar ah cyin (terjemahan: nggak mau ah). Sutra endang sukamti di sindang (terjemahan: aku sudah enak di sini). Salon lagi laris bo... buat tabungan hari tua mak. Semoga sukses ya Gus di Jakarta. Kita harus tetap saling bertukar kabar"
Kami tetap berkarib sampai sekarang.
Lia sekarang pindah ke Medan.
Hidupnya senang.
Salonnya laris manis.
Tangannya memang dingin. Setiap wajah yang disentuh, jadi lebih cantik. Setiap rambut yang disentuh, jadi lebih indah.
Setiap bertukar kabar, kami saling mendoakan.
Kami tak mendoakan agar hidup jadi lebih ramah. Tapi kami mendoakan agar kami jadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih ulet.
Tadi pagi Lia menelpon dan kami bicara.
Sepanjang pembicaraan, aku jadi ingat nukilan-nukilan pembicaraan saat kami dulu mulai berteman.
Begini nukilannya:
"Gus,Bayangkan, tubuhmu seperti negara asing & kau terjebak di dalamnya tanpa paspor. What are you gonna do?"
"Gus, gue siap menghadapi dunia. Tapi tidak sebaliknya. Setiap saat gue bisa ditikam oleh hidup"
"Gus, katanya gue produk yg salah. Tapi, gue harus nyalahin siapa? Dibilang sakit jiwa? Lah, emang gue milih?"
"Gus, katanya orang kayak gue pasti masuk neraka. Well, apa intinya menghukum gue eternally besok? Udah, sekarang aja!"
"Jadi banci mengajarkan gue satu hal yang bikin gue kuat. Menertawakan kesedihan!"
"Gus, orang menertawakan, mencaci, boleh! Tapi masa gue juga harus dihilangkan haknya menjalani hidup? Boleh sekalian bunuh gue?"
"Jangan-jangan Tuhan itu sebenarnya ilusi. Jangan-jangan orang yang benci sama gue itulah sebenarnya yang jadi Tuhan! Kenapa gue dihakimi setiap hari? Enak aja menghakimi hidup yang mereka nggak ciptakan! Gue mau lawan! Terus aja mencaci gue, gue buktiin kalo gue lebih kuat dari mereka dan hidupku gue akan baik-baik saja"
"Gus, katanya bilang 'nggak ada pilihan' sesungguhnya adalah pilihan. Lah, kalo opsinya cuma satu? Gimana?"
"Gus, teman terbaik gue sekarang cuma toket palsu. Dan elu hehehe. Thank you"
........................
Tadi pagi, aku dan Lia bertukar kabar dengan hati senang.
Dan kamu, masih punya niat ngganggu banci?
Tertulis di KTP, Budi Istyawardhana.
34 tahun usianya. Seusia denganku.
Karibku dari jaman aku masih bekerja di Semarang.
"Lia, aku pindah ke Jakarta. Semoga kamu bisa nyusul kerja di sana juga ya!"
"Bo' akikah tinta mawar ah cyin (terjemahan: nggak mau ah). Sutra endang sukamti di sindang (terjemahan: aku sudah enak di sini). Salon lagi laris bo... buat tabungan hari tua mak. Semoga sukses ya Gus di Jakarta. Kita harus tetap saling bertukar kabar"
Kami tetap berkarib sampai sekarang.
Lia sekarang pindah ke Medan.
Hidupnya senang.
Salonnya laris manis.
Tangannya memang dingin. Setiap wajah yang disentuh, jadi lebih cantik. Setiap rambut yang disentuh, jadi lebih indah.
Setiap bertukar kabar, kami saling mendoakan.
Kami tak mendoakan agar hidup jadi lebih ramah. Tapi kami mendoakan agar kami jadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih ulet.
Tadi pagi Lia menelpon dan kami bicara.
Sepanjang pembicaraan, aku jadi ingat nukilan-nukilan pembicaraan saat kami dulu mulai berteman.
Begini nukilannya:
"Gus,Bayangkan, tubuhmu seperti negara asing & kau terjebak di dalamnya tanpa paspor. What are you gonna do?"
"Gus, gue siap menghadapi dunia. Tapi tidak sebaliknya. Setiap saat gue bisa ditikam oleh hidup"
"Gus, katanya gue produk yg salah. Tapi, gue harus nyalahin siapa? Dibilang sakit jiwa? Lah, emang gue milih?"
"Gus, katanya orang kayak gue pasti masuk neraka. Well, apa intinya menghukum gue eternally besok? Udah, sekarang aja!"
"Jadi banci mengajarkan gue satu hal yang bikin gue kuat. Menertawakan kesedihan!"
"Gus, orang menertawakan, mencaci, boleh! Tapi masa gue juga harus dihilangkan haknya menjalani hidup? Boleh sekalian bunuh gue?"
"Jangan-jangan Tuhan itu sebenarnya ilusi. Jangan-jangan orang yang benci sama gue itulah sebenarnya yang jadi Tuhan! Kenapa gue dihakimi setiap hari? Enak aja menghakimi hidup yang mereka nggak ciptakan! Gue mau lawan! Terus aja mencaci gue, gue buktiin kalo gue lebih kuat dari mereka dan hidupku gue akan baik-baik saja"
"Gus, katanya bilang 'nggak ada pilihan' sesungguhnya adalah pilihan. Lah, kalo opsinya cuma satu? Gimana?"
"Gus, teman terbaik gue sekarang cuma toket palsu. Dan elu hehehe. Thank you"
........................
Tadi pagi, aku dan Lia bertukar kabar dengan hati senang.
Dan kamu, masih punya niat ngganggu banci?
Sunday, March 11, 2012
Rumah baru ..
Jadi ini sih gara-gara sempat temu janji dengan Sari.
Karib lama jaman kuliah.
Dulu kami sering saling bertukar buku berisi puisi kami masing-masing seperjalanan kereta dari UI menuju Bogor.
Ritual ini terhenti selepas kami lulus.
Semenjak itu, aku ndak pernah lagi secara serius menulis puisi.
Aku sejatinya ndak jago berbahasa indah.
Tapi, justru dengan puisi itulah aku berlatih mencari padanan kata atau kalimat singkat yang mampu merangkum makna besar. Tidak hanya sekedar indah untukku sendiri. Tapi orang lain pun harus mampu secara mudah mencerna.
Ini kemudian sungguh berguna untuk pekerjaanku sekarang. Pekerjaan dimana seringkali aku harus merangkum pesan dalam kalimat singkat, padat, dan harus mudah dimengerti.
Terima kasih Sari :)
dan sekarang, aku mengganti buku tulis berisi puisi dulu itu ke dalam bentuk baru.
Kunjungi rumah puisi dan cerita pendekku di sini:
www.pojokruang.tumblr.com
silakan kakaaaak :)
Karib lama jaman kuliah.
Dulu kami sering saling bertukar buku berisi puisi kami masing-masing seperjalanan kereta dari UI menuju Bogor.
Ritual ini terhenti selepas kami lulus.
Semenjak itu, aku ndak pernah lagi secara serius menulis puisi.
Aku sejatinya ndak jago berbahasa indah.
Tapi, justru dengan puisi itulah aku berlatih mencari padanan kata atau kalimat singkat yang mampu merangkum makna besar. Tidak hanya sekedar indah untukku sendiri. Tapi orang lain pun harus mampu secara mudah mencerna.
Ini kemudian sungguh berguna untuk pekerjaanku sekarang. Pekerjaan dimana seringkali aku harus merangkum pesan dalam kalimat singkat, padat, dan harus mudah dimengerti.
Terima kasih Sari :)
dan sekarang, aku mengganti buku tulis berisi puisi dulu itu ke dalam bentuk baru.
Kunjungi rumah puisi dan cerita pendekku di sini:
www.pojokruang.tumblr.com
silakan kakaaaak :)
Friday, March 09, 2012
Berhenti Meminta ...
Katanya, berdoa itu bicara.
Lima tahun lalu, pencerahan baru tiba.
Saat bicara padaNYA, aku sebenarnya sedang tak bicara padaNYA.
Aku menjadikan saat bicara padaNYA sebagai tempat sampah.
Saat dimana aku sedang membuang 'sampah' hati dengan banyak berkeluh kesah.
Aku menjadikan momen bicara padaNYA sebagai ritual membuang energi negatif.
Mungkin nggak salah.
Cuma kesannya kok jadi kurang ajar.
Saat bicara padaNYA, aku seperti preman.
Minta ini.
Minta itu.
Dengan justifikasi bahwa IA lah tempat meminta.
Minta banyak. lebih menjurus nodong!
Padahal kalau memang percaya IA itu ada. Tak perlu diminta, IA memberi.
Sekarang, setiap bicara padaNYA. Aku berhenti meminta.
Aku akan mengabarkan berita baik saja dan bersyukur.
Bersyukur bahkan saat sedang menerima ujian.
Mengabarkan berita baik bahwa aku menjalani hidup dengan penuh.
Sedihnya ada.
Senangnya ada.
Malasnya ada.
Semangatnya ada.
Bosannya ada.
Marahnya ada.
Kecewanya ada.
Hidup yang penuh.
Karena (asumsiku), tak ada kabar yang lebih menggembirakanNYA selain kabar bahwa ciptaannya menjalani hidup yang penuh.
Salah satu ciptaanNYA itu, aku :)
Aku ternyata berhenti meminta, sudah cukup lama.
Thursday, March 08, 2012
Menua bersama, itu saja...
Yang tertinggal dari cerita Java Jazz kemarin.
Suami istri ini kujumpai saat menemani kinyis-kinyis di Java Jazz...
Duduk di depanku karena tak ada lagi tempat yang kosong di kedai makan yang ada di tengah Java Jazz.
Sang istri kelelahan.
"Nak, dua kursi ini bisa Ibu pakai?"
"Silakan Ibu..."
Sang suami berkeliling membeli makanan.
"Capek ya Bu ..."
"Iya. Aduuuuh mesti berdiri hampir dua jam..."
"Ibu nonton Stevie Wonder juga? pacar saya juga tadi ikut antri.."
"Oh ya, aduh telat luar biasa ya ... Ibu capek nunggunya .. Tapi bahagia! It was one good performance!"
"Berdua saja Bu?"
"Iya dong, kami mau pacaran heheheh ..."
Dan sepanjang suami istri itu duduk di depanku
Rasa dimanjakan dengan pemandangan cinta
Tatapan penuh rasa
Perhatian yang datang dalam bungkusan yang sederhana
Istri mengeluarkan saputangan dan menyeka ujung bibir suami
"Ibu mau minum apa? Bapak mau belikan ..."
"Pak, makannya pelan-pelan ..."
Menua bersama
Bahagia bersama
Aku juga ingin yang sama
Sesederhana itu
Suami istri ini kujumpai saat menemani kinyis-kinyis di Java Jazz...
Duduk di depanku karena tak ada lagi tempat yang kosong di kedai makan yang ada di tengah Java Jazz.
Sang istri kelelahan.
"Nak, dua kursi ini bisa Ibu pakai?"
"Silakan Ibu..."
Sang suami berkeliling membeli makanan.
"Capek ya Bu ..."
"Iya. Aduuuuh mesti berdiri hampir dua jam..."
"Ibu nonton Stevie Wonder juga? pacar saya juga tadi ikut antri.."
"Oh ya, aduh telat luar biasa ya ... Ibu capek nunggunya .. Tapi bahagia! It was one good performance!"
"Berdua saja Bu?"
"Iya dong, kami mau pacaran heheheh ..."
Dan sepanjang suami istri itu duduk di depanku
Rasa dimanjakan dengan pemandangan cinta
Tatapan penuh rasa
Perhatian yang datang dalam bungkusan yang sederhana
Istri mengeluarkan saputangan dan menyeka ujung bibir suami
"Ibu mau minum apa? Bapak mau belikan ..."
"Pak, makannya pelan-pelan ..."
Menua bersama
Bahagia bersama
Aku juga ingin yang sama
Sesederhana itu
Tuesday, March 06, 2012
Menua dan bahagia di Java Jazz
Tak ada yang lebih menyenangkan dilakukan di akhir pekan selain menghabiskannya dengan sahabat terdekat dan juga ... (uhuuuk)... pacar tentunya ;)
Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat orang yang paling disayang bahagia bukan kepalang.
"Bebe, Aku mau liat Stevie Wonder ..."
"Tapi Aku lagi nggak punya uang"
"Tapi... Aku mau nonton!" (tatapan memelas)
"Let's see what I can do.." (tatapan kesian)
Keajaiban katanya datang kepada orang yang beriman.
Nah, untuk kasus yang satu ini, keajaiban juga bisa datang untuk lelaki yang sayang sama pacarnya... Hahahaha
Dapat satu tiket Stevie Wonder.
Aku memang berdoa nggak minta dua tiket kok.
Lha wong duitnya nggak ada :)
Doa dijawab secukupnya.
Satu tiket daily pass. Satu tiket Stevie Wonder. Terbeli.
Udah.
Kepengen sih menyambangi Java Jazz.
Katanya banyak brondong! :) -siap2 dijewer-
Tapi ya udahlah. Asal si kinyis kinyisku bisa datang. Aku sih senang-senang saja kok duduk manis di rumah.
Tapi, lagi-lagi keajaiban datang untuk lelaki yang sayang dengan pacarnya :) (uhuuk...)
Ndilalah dapat satu tiket daily pass. Ya sudahlah, sini keliling liat pertunjukkan musik ......... sambil cuci mata hahahaha.
Nah, bahagia itu ditambah berlipat.
Sahabat turut serta.
Seperti biasa, celetukan konyol berhamburan.
Dan pembicaraan paling berkesan terjadi antara Indira dan saya:
"Gus, seneng ya kita bisa kumpul begini ... one big happy family"
"Iya, and i'll be watching you and Aryan grow old together and happy.."
"Terus kita liat Naga sama Caya anak-anakmu itu pacaran..."
"Iya, tapi sebelum mereka pacaran, mereka harus nganter gue nonton konser kayak begini! Kalo pacarnya Naga protes, sikat!"
"Terus kita nyinyirin ceweknya Naga ..."
"Ehmmm itu mah elu kali Ndi ..."
"Terus Naga ngeband sama temen-temennya, dan manggung di Java Jazz ..."
"Nyet, ya kali masih ada Java Jazz ..."
"Iya, terus bandnya Naga nyanyi apa ya? ..."
"Tribute to ST12?"
"Bukan ... tribute to Nirvana"
"Bo' itu mah bandnya kiteee bukan Naga ... pan Nirvana udah hampir 20 tahun yang lalu nyet!"
"Oh, iya ya ..."
"Ndi, emang lo masih mau berteman sama gue kalo gue menua?"
"Lo pikir?"
"Oh, i love you Indi .. I love you Aryan ..."
"Kalo pun ya Ndi, gue harus menua sendirian ... Gue tetap bahagia kok surrounded by you guys... Indi, Arya, Ibeth, Sandy, Inu, Nanit... semuanya!" (yang ini gue ucapkan dalam hati, karena kalo gue bilang sama Indi saat itu ... pasti gue bakal mewek)
.................................
Selebihnya? well, foto-foto diatas sudah menjelaskan.
Java Jazz menegaskan.
Aku akan menua, bahagia, sama-sama.
Dengan kalian.
Sekian.
Yuk, berpelukan.
Subscribe to:
Posts (Atom)