Tuesday, April 21, 2009

Surat Kangen Yu Srintil

Raka,
Rinai hujan selalu saja berhasil membuat merindu.
tetesan air yang berarak-arak dari kejauhan
aroma manis tanah saat bergesekan dengan tetes air
seperti mekanis rel pemutar film yang memainkan momen saat saya pertama kali bertemu denganmu...

ndak pernah aku melankolis macam begini.

kenyang aku dengan paparan cerita roman picisan dari jaman aku masih kecil sampai sekarang.
kekasih yang merindu pasangannya yang jauh ada di seberang
kekasih yang selalu mengirimkan pesan singkat bertulis "Aku sayang kamu"
kekasih yang selalu bertanya "sudah makan belum?" di tiap rehat siang
dan berbagai macam perlakuan yang dianggap konyol lainnya... yang selalu aku baca di buku cerita, sinetron dan film kelas kacang goreng...

ternyata, yang konyol-konyol tadi...jadi ndak konyol sama sekali kalau sedang jatuh cinta

jopa japu tai asu roso keju ...

yang bau pun jadi berasa wangi ....

tapi aku ndak mau bercerita padamu tentang tai asu

atau tentang bau ...

kamu tentu tau kenapa aku merindu

aku merindu lelaki yang selalu menemaniku menikmati uap aroma biji kopi yang menyerah kalah ketika berkencan dengan air panas di dalam cangkir

aku merindu lelaki yang selalu melotot kagum setiap membuka kotak makannya berisi bolu kukus merekah sempurna dengan wangi pandan legit yang selalu aku beri untuknya

aku merindu lelaki yang selalu berhasil menjebol setiap pori-pori kulitku saat kulitnya menempel seperti lintah

aku selalu merindu lelaki yang selalu bilang aku nggak akan pernah bisa gendut meskipun di depan matanya perutku ini melambai-lambai seperti genderang marching band .... apa mau dikata, aku memang suka hal-hal gombal

merindu lelaki yang tak pernah menolak untuk bermain bersama rinai hujan sambil pelan-pelan kubuka kain yang membungkus tubuhnya dan aku lihat jelas kelaminnya gagah menyongsong rinai hujan... apa mau dikata, aku memang sedikit nakal dan liar

dan sekarang, saat aku menulis surat kangen ini

aroma biji kopi frustasi karena ditinggal pergi

bolu kukus wangi pandan, rekahannya melayu

pori-pori kulitku menguncup

dan kelaminku sudah siap-siap migrasi ke lemari pendingin

o iya, satu hal lagi Raka ...

Jaket yang kamu tinggalkan untukku sudah mulai ngambek menebarkan bau kecut karena aku ndak pernah rela melepasnya bergumul dengan mesin cuci.

samar, eksistensimu terasa setiap aku pakai jaket itu ....

iya, setiap kata yang ditulis di kertas ini ... aku membayangkan kamu sedang mesam mesem .. ngguyang guyu ... senyum-senyum di depanku ...

jauh dimata, dekat di hati bouw .... hehehehehe

aku ndak mau telpon ... nelpon kamu selalu meninggalkan residu lidah kelu dan mata mbrebes mili mau nangis ... percaya deh, ndak enak rasane'....

mending surat-suratan saja ya ...

sensasi membayangkan kamu menikmati lembar demi lembar surat ku ... jauh lebih cihuy dibanding aku nulis surel ... alias surat elektronik ... alias e-mail ....

menurutku, menulis e-mail kayak bersenggama dengan pekerja seks komersial .... tautan batiniahnya tereduksi gila-gilaan

Raka, rinai hujan masih setia menunggu aku selesai menulis surat ini ... Ia tak sabar mendengar kaki menandak menginjak tanah becek hasil persetubuhan tanah dan air

aaah ... nampaknya sekarang sensasi rinai hujan lebih menarik hati daripada berpanjang-panjang menulis surat untukmu

aku sudahi saja ya surat kangen tak berisi apa-apa kecuali kalimat-kalimat gombal ini ...

empat kali empat sama dengan enam belas

sempat tidak sempat harus dibalas


Salam rindu,


Srintil


(tulisan ndak penting ini dibuat jam 1 dini hari saat otak sudah menyerah untuk diajak kerja lembur)

1 comment:

kepompong said...

hi
salam kenal