Sunday, January 24, 2010

Anak Bawang



Anak bawang mandi di kali, disuruh mandi di pinggir dan dijaga sama anak badung lainnya yang lebih tua.


Anak bawang main petak umpet selalu dibolehkan menang sama anak badung lainnya

Anak bawang bikin salah, salahnya dianggap seperti debu.

Senangnya jadi anak bawang.

Belakangan ini aku menghabiskan waktu di luar kantor dengan karib yang secara usia jauh di atasku.

Matang karena pengalaman.

Bijak karena ditabrak oleh hidup.

Saat ada di kumpulan, aku senang memposisikan diri jadi orang yang paling bodoh.

Senang dianggap jadi orang yang nggak tau apa pun.

Karena dengan demikian, aku bisa bertanya macam-macam.

"Apaan sih itu? kok aku nggak tau?"

"Emang bisa begitu?"

"Kenapa?"

"Lho, bukannya harusnya ini begini itu begitu?"

"Masa sih?"

Menyenangkan melihat mereka berbinar.

Mereka merasa lebih tau.

Mereka bicara.

Kadang bicara berlebihan.

"Jadi ya, anak bawang, kamu mestinya ina inu gini ginu gono gini!"

"Nih ya, anak bawang, dulu itu aku kena kinu kini kono sampe dadi ngono"

"ginul ginul godal gadul"

"mencungul cungul gobal gabul ngalor ngidul"

Nah, kembali lagi ke cerita tentang para tetua yang belakangan ini aku sering ngintil jadi ekor tikus... jadi anak bawang.

Pelajaran yang paling mengena kemarin adalah:

Tentang K-O-N-S-I-S-T-E-N-S-I

Orang banyak maunya macam aku ini ternyata sangat kekurangan hal yang satu itu. Konsistensi.

Gampang bosan.

Disimpulkan, ibarat armada perang. Aku ini seperti garda depan yang sungguh bergairah ampun-ampunan untuk mendobrak pintu benteng. Beragam cara dilakukan.

Begitu pintu robek dibuka, Aku si garda depan malas untuk bersih-bersih musuh di dalam .... mestinya, harus sama trengginasnya ketika sudah ada di dalam.

Lha ini, begitu sudah di dalam, Aku malah sudah mikir pintu benteng musuh mana lagi yang harus aku hajar...

Menaklukan kota musuh ndak cuma sekedar menghajar pintu bentengnya. Tapi juga harus rajin bersih-bersihnya.

Tentang bosan, disimpulkan saat para karib tetuaku selesai bicara

"Your greatest enemy is nothing but yourself, wahai anak bawang!"

Betul sekali.

Para tetua, karibku tercinta, Anak bawang mau bersih-bersih dan mawas diri dulu ya.



note: gambar dipinjam dari www.gettyimages.com

1 comment:

De said...

wah, asiknya jadi anak bawang
tapi saking asiknya kadang kita ngerasa teraibaikan. karna sering dianggap anak bawang, jadinya sering diremehkan. sama dengan kesalahan kita yang dianggap debu, demikian juga sama pendapat kita.
so, jadi anak bawang, mungkin pada saat dan situasi tertentu saja, ya.
:p