Thursday, January 07, 2010

Cuma karena lumpur ....


Dari jendela kantor, aku lihat hujan datang.

Tadinya pelan-pelan

Mengendap-endap

Kemudian deras.

Orang suka menikmati matahari turun pelan-pelan.

Orang suka menikmati matahari naik pelan-pelan.

Aku, tidak pernah suka dua hal itu.

Dua hal yang aku suka.

Aku suka saat menjelang hujan turun.

Seperti menunggu dan menebak kapan air mata jatuh ketika seseorang sedang berkaca-kaca.

Menebak, di detik keberapa air mata kalah melawan gravitasi.

Aku suka saat kabut pelan-pelan lari dari atas

Menebak, di detik keberapa ujung hidung dicubit dingin.

Dari jendela, aku lihat hujan.

Dulu, betapa pun sedihnya aku.

Ketika mendung muncul, Aku seperti menunggu hadiah.

Jantungnya deg-degan parah.

Sampai kemudian air hujan datang bersenggama dengan tanah.

Dan aku membayangkan tanah lapang di belakang rumah.

Membayangkan hasil senggama tanah dan air hujan

Berupa lapangan becek dan mereka menunggu aku menjejakkan kaki kecil disana.

Sensasi cipratan lumpur di kaki ku sungguh menyenangkan.

Sungguh indah, bagaimana aku bisa demikian bahagia karena hal yang sedemikian remeh.

Aku, si kecil yang bahagia cuma karena lumpur.

Dari jendela, aku melihat ke luar.

Dan melihat air hujan berarak.

Aku berjanji,

Aku mau selamanya bisa tetap dibuat bahagia dengan hal-hal kecil.

Seperti aku dulu,

Bahagia cuma karena air hujan... tanah ... lumpur.

No comments: